Senin, 05 Desember 2016

UNFORGETABLE

Sebuah awal untuk memulai
Sebuah awal untuk belajar
Sebuah awal untuk sebuah karya
Penulisan kreatif, adalah mata kuliah yang tak pernah terbesit di benak ku untuk mendapatkan mata kuliah ini. Ini merupakan mata kuliah pilihan yang di paksakan. Entahlah, mata kuliah ini mempunyai seribu arti untuk ku. Dari mata kuliah inilah kami belajar menulis dari dasar, dari mata kuliah inilah kami belajar budaya membaca, dari mata kuliah inilah kami belajar membuat blog dan dari mata kuliah inilah kami belajar bahwa dosen dapat membaur dengan mahasiswa. Hangat, kesan yang selalu muncul dalam belajar mata kuliah ini dan sangat amat menyenangkan bagiku.
Bagiku menulis adalah hal yang menyenangkan jika kita tahu dan belajar dari orang-orang yang telah lebih dahulu mengenal dunia penulisan. Bagiku menulis adalah ungkapan rasa dan emosi yang menjadi sebuah karya yang begitu indah dinikmati ketika kita tahu bagaimana cara melampiaskan emosi dengan benar melalui tulisan. Dari matakuliah inilah aku dapat belajar bahwa apa yang kita rasakan dapat menjadi sebuah ungkapan rasa lega, menulis dapat mengurangi tingkat kesetresan ketika kita dapat melampiaskannya dengan benar.
Begitu banyak kenangan yang tersimpan dalam mata kuliah ini. Dosen yang menyenangkan adalah salah satu daya tarik pada matakuliah ini. Aku yakin kelas yang tidak di ajar oleh beliau akan sangat iri dengan kami, dan kini aku bersyukur bahwa telah dapat menimba ilmu yang menyenangkan dari beliau, belajar rasa percaya diri dari beliau. Semua hal yang ada dari diri beliau merupakan lautan pesona bagiku.
Aku sangat berharap bahwa mata kuliah ini juga ada di semester depan, walaupun kemungkinannya hanya seujung kuku, aku sangat berharap di ajar oleh beliau lagi. Terimakasih atas segala ilmu yang telah engkau berikan bapak, kami sangat menghargai setiap hal yang bapak ajarkan dan bapak sarankan kepada kami.
Tidak ada kata yang dapat menggambarkan bagaimana indahnya pembelajaran saat mata kuliah ini berlangsung, sangat luar biasa. Semua hal yang telah menjadi kenangan hangat saat pembelajaran berlangsung akan menjadi kenangan yang tak mampu kami lupakan, terima kasih bapak atas jasa dan kesabaran bapak dalam membimbing kami. Terima kasih atas segala hal, dan kami juga meminta maaf atas ketidaknyamanan dan perlakuan kami yang pernah menyakiti hati bapak. Terima kasih banyak.
Nama              : Rizka Nur Rofi’ah
Kelas               : PGMI 5C
NIM                : 1725143255

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen yang amat kami sayangi dan banggakan. Ungkapan di atas untuk memenuhi tugas ‘Penulisan Kreatif’ yang diampu oleh Bapak Dosen yang amat saya kagumi “Bapak Habibur Rohman, M.Pd

Selasa, 08 November 2016

DAN


Memberikan harapan kepada seseorang yang tulus mencintaimu merupakan kejahatan paling keji yang harus orang lain tanggung. Lebih baik mengabaikan perasaannya dari pada sekedar melampiaskan perasaanmu. Kamu, terima kasih atas luka yang kau goreskan. Dan kamu, aku tak akan melupakan luka yang harus ku pendam.
Hari cerah di awal perkuliahan semester tiga menyambut semua mahasiswa. Di depan pengadilan semu gedung Fakultas Syariah dan Ilmu terlihat para perempuan sedang bercakap-cakap mengenai hasil yang mereka dapat di semester dua kemarin.
“Ka, IP mu semester kemarin meningkat atau menurun?” Gadis yang mempunyai nama akhiran ‘ka’ semua menuju kepada pusat suara. Gadis kecil munggil dengan kulit putih susu itu menjawab lebih cekatan.
“Alhamdulillah… tetap” gadis itu menjawab dengan riang dan di iringi ledakan tawa teman-teman nya. Dan dia fika, seorang gadis dari jurusan Fakultas Tarbiyah dan juga teman akrab dari Eka, gadis yang beberapa waktu lalu menjawab pertanyaan dengan polah tengilnya.
Dua lelaki bertubuh tinggi, namun berbeda postur yang ku ketahui bahwa mereka adalah teman akrab itu saling bertegur sapa dengan teman lainnya dan saling berjabat tangan seakan melepas rindu selama beberapa pecan yang mereka habiskan dengan kesibukan mereka masing masing.
Andre, salah satu lelaki dengan postur yang tinggi, tegap memalingkan wajahnya sejenak dari percakapan teman-temannya. Dia mengetahui bahwa fika duduk bersama teman-temannya, dan keduanya saling melempar senyum.
“Ndre… Pacarmu baru ya, kemarin yang jalan ke batu malang siapa tuh” pertanyaan yang tak dia inginkan muncul. Andre melirik sejenak ke arah fika dan mendapati bahwa pipi gadis itu bersemu memerah. Lucu sekali saat fika salah tingkah, begitulah batin Andre.
“Siapa to gun, itu adik ku” Andre berusaha memberikan alasan singkatnya kepada gugun salah satu teman yang paling penasaran mengenai apapun di kelasnya. Dia melirik lagi ke arah fika, sekali lagi fika hanya bisa bertukar senyum. Mereka tidak ingin bahwa teman-temannya mengetahui hubungan mereka. Mereka hanya ingin menyimpannya dengan teman-teman dekatnya.
“Teman-teman bu Ifatin datang, ayo cepat konsultasi nanti bu Ifati ada acara kalau siang” suara cempreng dari meli memecahkan seluruh peradilan semu dan membuat teman-temannya yang sedang asik berbincang di gazebo berbaris rapi di depan meja sang kajur dari fakultasnya itu.
Begitulah sepucuk kenangan yang gadis itu ingat, ketika saling bertukar senyum tanpa sepengetahuan teman-temannya. Namun kisah seumur jagung yang mereka rajut, harus berakhir pula dengan kejamnya. Dia. Lelaki itu. Menghianati cinta sucinya.
Fika masih ingat bagaimana dia dengan senangnya memberikan sebungkus hadiah untuk andre dan meletakkan nya di motor andre yang terparkir rapi di parkiran kampus IAIN Raden Syahid kebanggaan dari para masyarakat Tulungagung. Kecewa, itulah yang fika rasakan saat dia mengetahui bahwa Andre tidak menerima pemberiannya dan lebih memilih meninggalkan hadiah itu di parkiran kampus dengan seribu alasan yang selalu dapat di paparkan.
“Begini ya rasanya pacaran ka? Harus ya ada bertengkar begini? Aku inginnya hanya bahagia terus tanpa ada pertengkaran” begitulah keluh fika kepada sang teman akrabnya. Eka, sang teman akrab menepuk punggung sang sahabat, mencoba untuk menenangkan tangis sang teman yang sedari tadi tak kunjung mongering.
Ka, mungkin kita sudah tidak ada kecocokan lagi. Saat mendengarkan ustadz ceramah saat pembukaan pembelajaran di lapangan kemarin, membuatku berpikir bahwa pacaran hanya akan membuat kita terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan
Begitulah pesan yang dia terima setelah kejadian hadiah yang Andre tinggalkan di parkiran kampus. Seperti tersambar petir di siang bolong, fika hanya melongo melihat pesan yang baru saja dia dapat. Dia masih dapat menyunggingkan senyum karena pesan yang dia dapat terlihat sangat bijak dan dengan cepat iya setujui karena ini demi kebaikan mereka berdua.
Waktu berjalan hingga beberapa minggu terlalu tanpa fika sadari, dia mendengar kabar bahwa andre telah kembali ke pelukan sang mantan kekasih. Deg! Sakit, sangat sakit. Begitulah perasaan yang ia ingat saat mendengar berita tersebut. Namun ia tak langsung percaya, hingga temannya akhirnya menunjukkan foko keduanya sedang asik duduk di kafe dekat kampus.
“Tapi kenapa? Kenapa dia membuat alasan yang begitu masuk akal untuk meinggalkanku? Dan kenapa dia juga yang mengingkarinya? Kenapa semua rasa yang telah aku curahkan segalanya ia tepis begitu saja? Apa salahku”
Fika tak sanggup lagi menahan rasa kecewanya yang mendalam, ia lebih memilih untuk diam sementara waktu dan berdebat dengan dirinya sendiri. Dia tahu bahwa di balik semua hal yang ia alami pasti ada manfaatnya.
Dan untukmu yang telah meninggalkan goresan di hatiku, aku sangat berterima kasih.
Dan kamu yang telah membuatku tahu bahwa cinta itu tak akan pernah setulus kata-kata yang mengalir, aku juga selalu mengucapkan terima kasih

Dan teruntukmu yang telah berbahagia, aku semogakan agar selalu bahagia.

Senin, 07 November 2016

RESENSI FILM ALICE : BOY FROM WONDERLAND




Judul                          : Alice : Boy from wonderland
Romanization            : Aerriseu : Wondeoraendeueoseo on sonyeon
Hangul                       : 앨리스 : 원더랜드에서 소년
Sutradara                  : Huh Eun Hee
Penulis                       : Huh Eun Hee
Produser                    : Choi Yoon, Choi Wook
Rilis                           : 10 Desember 2015
Durasi                        : 115 Menit
Genre                         : Romantis / Misteri / Horor
Negara                       : Korea Selatan
Pemain                       : Hong Jong Hyun sebagai Hwan
                                      Jung So Min sebagai Hye Joong
                                      Jung Yeon Joo sebagai Soo Ryun
                                      Lee Sung Yeon sebagai shaman

Resensi Film:
            Di dalam film ini diceritakan bahwa Hye Joong yang di perankan oleh Jung So Min tidak dapat mengingat apapun kenangan nya sebelum usianya menginjak empat tahun. Sejak saat itu Hye Joong setiap malam selalu mengalami mimpi buruk yang tidak ada hentinya dan selalu mengarah kepada tindak pembunuhan. Bibi Hye Joong yang di perankan oleh Park Hyun Suk memutuskan untuk mengobati Hye Joong saat usianya menginjak dua puluh delapan tahun. Dia meminta tolong kepada teman nya yang mengerti tentang dunia ghaib atau dukun.
            Dukun tersebut melihat bahwa Hye Joong di ikuti roh jahat yang mencekiknya dan selalu mengarahkan nya untuk bunuh diri, akhirnya sang dukun memberikan jimat kepada Hye Joong dan memberikan saran kepada Hye Joong agar tinggal di villa yang bernama wonderland. Hye Joong harus mencari sendiri kenangan yang hilang itu, dan dia juga harus mencari tahu apa arti dari angka 3, 28 dan 24. Jika dia berhasil menemukan kenangan itu maka dia akan terlepas dari mimpi buruknya, namun jika dia tidak dapat menemukan kenangan itu dia akan mati.
Kelebihan      :           Cerita tersebut membuat para penontonya menyadari bahwa tak seharusnya kita melupakan orang-orang yang telah lebih dahulu meninggalkan kita, karena mereka sangat merindukan kita. Selain itu para pemain juga dapat menggambarkan dengan jelas melalui akting mereka dalam cerita itu. Penggambaran tokoh yang sangat bagus, peran yang sangat baik, alur cerita yang dapat di petik kisahnya juga latar tempat yang membuat para penonton kagum dengan film ini.
Kekurangan   :         Dalam film, akan banyak penonton yang kurang memahami alur cerita yang selalu maju dan mundur. Penonton akan sulit membedakan mana hal yang nyata dan hanya sebuah mimpi di film ini. 
SINOPSIS :
            Apabila orang-orang kehilangan kenangan, mereka akan berubah menjadi dewasa. Lebihlagi, bagian kenangan yang terlupakan, tanpa disadari sirna. Dalam ingatan yang samar-samar itu, pernah sekali aku membunuh orang.
                                                -Alice : Boy From Wonderland-
            Bulan purnama tertutup oleh awan, terlihat rumah di tengah kerumunan pepohonan yang lebat ada seorang gadis kecil yang berjalan di lantai kayu dengan memakai sepatu putih balet dan baju putih. Gadis tersebut berubah menjadi sosok yang telah dewasa dengan rambut yang terikat berantakan pergi menuju kesebuah ruangan dan kakinya menginjak sebuah pisau yang di penuhi dengan darah. Dan seorang dukun perempuan dengan segala peralatan ritualnya terkejut mengetahui sepenggal kenangan yang hilang dari memori Hye Joong.
Hye Joong rebahan di tempat tidur berselimutkan selimut putih, dan bibinya setia berada di samping nya hingga tertidur pulas. Hye Joong menyelimuti bibinya, dan meninggalkan sang bibi untuk membuatkan sarapan. Sang bibi menghampiri Hye Joong dengan ekspresi kekesalan di wajahnya.
“Bukankah kamu sedang sakit, tanganmu terluka lagi?” Sang bibi memarahi Hye Joong karena masih sakit dan harus repot mempersiapkan sarapan. Bibinya khawatir melihat jari Hye Joong yang terluka bukan untuk pertama kalinya.
“Tidak apa-apa, Demi orang yang di cintai ini adalah sebuah kehormatan.” Hye Joong menjawab sang bibi dengan perkataan polosnya, dia sudah tiga hari berbaring di tempat tidur namun masih berusaha membuat bibinya tersenyum. Sang bibi meminta Hye Joong untuk pergi kerumah sakit dan melarangnya ke kampus untuk menemui sang profesor, namun Hye Joong dengan wajah yang di penuhi senyum tetap berangkat menemui sang profesor.
Sebuah gedung tinggi menjulang di penuhi oleh mahasiswa yang berlalu-lalang, terlihat di ruangan sang profesor Hye Joong sedang mendapat umpatan dari sang profesor karena tugasnya tidak sesuai dengan permintaan profesor itu. Profesor itu meminta Hye Joong keluar ruangannya dan gadis itu menuju ke ruangan pembuatan naskah yang di penuhi dengan para junior nya.
“Senior, saat kau kecil hal apa yang paling membuatmu sedih? Siapa tokoh dongeng yang paling kau sukai? Kalau aku Alice. Karena itu waktu kecil aku suka kabur dari rumah untuk mencari kelinci putih” ucap salah satu juniornya. Hye Joong terlihat sedang berpikir lalu menjawab. “Aku tidak terlalu mengingatnya”
Kembali sang dukun  membacakan mantra dan gambaran bahwa Hye Joong sedang memegang pisau saat dewas kembali terlihat. Sementara itu Hye Joong kembali mengalami mimpi buruk, dan melukai tangannya lagi. Sang bibi terkejut mendengar jeritan Hye Joong lalu memeluk Hye Joong.
Sang bibi menemui dukun wanita itu dan memintanya datang menemui Hye Joong, dukun itu melihat bahwa Hye Joong di ikuti oleh hantu perempuan yang menutupi wajahnya dengan rambut panjang. Sang bibi dan dukun itu mendiskusikan keadaan Hye Joong, akhirnya sang dukun meminta agar Hye Joong di bawa ke Hwaryeongi. Namun sang bibi menentangnya karena banyak kejadian buruk terjadi disana. Hye Joong akan maati jika tidak dapat menemukan ingatannya kembali yang berkaitan dengan 3, 28 dan 24.
Hye Joong melihat lemari tua pemberian sang nenek, dia melihat catatan dan di dalamnya ada foto bayi dan ada kunci di atasnya. Di foto tersebut terdapat alamat yang pada hari berikutnya dia bersama sang bibi dan dukun perempuan itu mengunjungi tempat itu.
“Jimat ini harus selalu di bawa. Jika bermimpi buruk yang tidak menyerupai mimpi buruk, jimat ini harus dibuka” Sang bibi berpesan pada Hye Joong yang sedang berada di tengah hutan untuk menemukan wonderland dan kenangan yang hilang. Dukun wanita itu dan sang bibi meninggalkan Hye Joong sendiri dan pergi untuk mencari tahu alamat villa itu.
“Mau pergi melihat kelinci?” Hye Joong yang berjalan dengan senang dan menyapukan tangannya di antara rerumputan, terkesiap dengan suara seorang laki-laki itu. Hye Joong memandangi dengan seksama laki-laki yang mengenakan baju putih polos lalu berjalan mengikutinya. Hye Joong terjatuh di antara rerumputan, namun sang laku-laki hanya memandanginya tanpa ekspresi. Dan sampailah di rumah sang laki-laki yang di sambut oleh perempuan yang mengikat rambutnya dengan asal dan mereka saling melambaikan tangan.
Perempuan itu mengetuk pintu dan membawakan makanan untuk mereka, perempuan itu melontarkan tatapan yang tidak suka kepada Hye Joong dan membisikkan sesuatu kepada sang laki-laki.
“Tempat apa ini? Kenapa telpon tidak dapat digunakan disini” gadis itu ingin menghubungi bibinya dan memberi tahu bahwa dia sudah sampai, namun telpon, komputer atau internet tidak dapat digunakan disana, dan dia hanya mendapat tatapan polos dari sang laki-laki.
“Mudah sekali kamu tersandung, Sedikitpun tidak berubah” sang gadis memandang dengan heran dan bertanya apakah dia mengenalnya, namun sang laki-laki kembali bertanya apakah dia sama sekali tidak mengenalnya. Dan setelah sekian lama tidak bertemu sang laki-laki meminta agar diberikan sebuah pelukan. Hye Joong berjalan mundur, karena dia tak mungkin memberikan pelukan kepada orang asing. Laki-laki itu mengambil gitar dan menyanyikan sebuah lagu hingga tertidur.
Sang bibi menghubungi Hye Joong berkali-kali namun tidak dapat tersambung, Sementara itu Hye Joong pergi ke perpustakaan di rumah itu dan mengambil buku yang berjudul Alice in Wonderland.
“Apa kamu menyukai Alice? Aku suka kapten Hook. Aku  juga menyukai itu. Peterpan” sang gadis kembali terkejut dengan kedatangan sang laki-laki yang selalu mendadak, dan dia bertanya kenapa tempat ini Wonderland bukan Neverland. Kembali sang laki-laki berkata bahwa itu semua tidaklah penting. Wonderland adalah tempat yang dipenuhi hal-hal aneh, sementara Neverland adalah tempat yang di penuhi dengan mara-bahaya ucap gadis itu mencoba menjelaskan.
Tanpa mendengarkan sang gadis, laki-laki itu mengenggam tangan Hye Joong dan mengantarkan ke kamarnya. Dia membuka tirai kamar dan mendapati pemandangan hutan yang terbentang. Laki-laki itu kembali memberikan larangan yang disertai alasan aneh, dia melarang Hye Joong pergi kehutan karena akan tersesat. Dia kembali berpesan bila akan masuk di kamar manapun harus mengetuk pintu.
Hye Joong tertidur pulas di ranjangnya dan membuka mata mendapati laki-laki itu tidur disampingnya dengan lumuran darah, dia takut tidak bisa membedakan mana mimpi dan kenyataan. Gadis itu memejamkan mata dan mendapati bahwa laki-laki itu tidak ada di sampingnya. Dia terbangun dan mendapati laki-laki itu tersenyum lembut di sampingnya dan mengajaknya pergi melihat kelinci.
Saat laki-laki itu pergi sejenak, seekor kelinci lepas ke hutan dan Hye Joong mengikuti kelinci itu hingga ke tengah hutan hingga akhirnya dia tersandung dan menengadahkan wajahnya melihat ada seorang perempuan tergantung di pohon.
Sementara itu laki-laki itu bercakap-cakap dengan sang perempuan di rumahnya dan sedang mendebatkan sesuatu. Mereka membuat kesepakatan dan di tolak oleh sang wanita karena tidak sampai satu bulan lagi adalah tanggal dua puluh delapan.
“Hwan-ah” wanita itu memanggil sang laki-laki dengan lembut, dan laki-laki itu berharap bahwa Hye Joong juga dapat memanggilnya seperti itu. Hye Joong sudah di kamarnya di temani hwan yang setia menunggunya, gadisi itu lalu menuju ke kamar mandi dan melihat potongan kenangan nya sewaktu kecil muncul. Gadis itu terlihat mengajak sang perempuan yang sedang memasak untuk bermain dengan nya karena dia bosan.
Hye Joong mengikuti arah gadis kecil itu yang berjalan di atas lantai kayu dan menuju ke sebuah ruangan, kembali dia dikejutan dengan kedatangan hwan yang mengajaknya melihat kelinci lagi. Mereka berbincang-bincang dan Hye Joong terus memberikan pertanyaan atas segala rasa penasarannya.
“Apakah kamu yakin disini tidak ada orang lain? Mungkin seorang gadis” Hye Joong mencoba menanyakan segala hal, hingga seorang wanita yang selalu menatapnya dengan aneh. Hwan mengelaknya dan dia menjawab bahwa wanita itu bernama Soo Ryeon. Sembari menatap kelici, Hye Joong menanyakan namanya.
“Lalu kamu. Siapa namamu? ” lalu hwan menjawab bahwa dia sudah mengatakannya bahwa nama kelinci itu myodori. Lalu Hye Joong kembali bertanya bahwa bukan nama sang kelinci namun nama laki-laki itu.
“Hwani-i. Kim Hwan” Hwan menjawab tanpa menatap sang gadis, gadis itu mencercanya dengan berbagai pertanyaan. Menanyakan sejak kapan dia tinggal disini. Hingga menanyakan apakah mengerti tentang 3, 28 dan 24. Lalu Hwan menangis karena Hye Joong tidak mengenalinya. Mimpi buruk itu datang lagi, dan Hye Joong kembali melihat Hwan berlumuran darah.
Hye Joong pergi ke kamar yang di larang di datangi oleh Hwan, dan seorang nenek memberinya sebuah jimat. Hye Joong mendapat amarah yang besar dari hwan, dan dia pergi ke hutan untuk mencari ingatannya yang hilang. Dia bertemu dengan Soo Ryeong yang membawa pisau dan akan menikamnya, lalu Hye Joong lari kerumah dan meminta Hwan untuk pergi bersamanya.
Hwan menolaknya, dan akhirnya tertidur di kursinya. Hye Joong kembali mencari kumpulan ingatanya dan menemukan barang-barang di dalam bungkusan merah muda. Dia menghubungi bibinya dan tersambung untuk beberapa detik. Dia kembali ke ruangan itu dengan mencari kuncinya, setelah kuncinya dapat dia mencoba membukanya namun Hwan sudah di belakangnya dan membuang kunci itu.
Hye Joong pergi ke halaman untuk mencari sinyal, mengetahui itu Hwan bermain-main dengannya dan membuang handpone milik Hye Joong. Dan malam harinya dia ke hutan untuk mencari Hwan yang dia kembali melihatnya berlumuran darah, hingga bertemu dengan Soo Ryeong.
“Dimana Hwan?” Gadis itu bertanya kepada Soo Ryeong, lalu Soo Ryeong menunjuk ke arah tanah yang menggunduk. Gadis itu menggarukkan tanganya di gundukan tanah itu, lalu Hwan datang dan memintanya untuk berhenti. Hye Joong pingsan dan di angkat oleh Hwan, lalu Hwan mengikat jari-jari Hye Joong dengan kain agar tidak menggaruk tanah lagi.
“Pakaianmu hanya itu saja?” Hye Joong bertanya kepada Hwan yang selalu mengenakan baju putih polos, lalu Hwan menunjukkan lemarinya yang penuh dengan baju berwarna putih. Hye Joong bertanya apakah sebelumnya dia pernah ke tempat ini, dan Hwan hanya menjawab dengan kata mungkin. Hwan menjawab bahwa besok adalah ulang tahunnya, tanggal dua puluh delapan maret dan dia kan berumur dua puluh empat.
“Kematian bukanlah hal yang menakutkan, hal yang menakutkan adalah apabila telah terlupakan setelah kematian itu” Hwan memberikan penjelasan dengan memetik gitarnya, dan Hye Joong sama sekali tidak mengerti perkataan Hwan. Hye Joong kembali menggali gundukan tanah itu dan kembali ke rumah dan mendapati Hwan bersama Soo Ryeong. Hwan membakar bungkusan merah muda itu dan memeluk Soo Ryeong.
“Hwan kamu harus pergi, wanita itu akan membunuhmu” lalu mereka berdebat dan saling beradu argumen tentang siapa yang membunuh Hwan, gadis itu yakin bahwa hal-hal buruk yang terjadi hanyalah mimpi buruk. Soo Ryeong mengelaknya, dia membatah gadis itu.
“Semua ini bukanlah mimpi, ini adalah kenyataan. Kenangan yang ingin kau lupakan, kau anggap sebagai mimpi, hanya mimpimu.” Soo Ryeong menyadarkan kepada Hye Joong bahwa semuanya bukanlah mimpi, namun semua ini kenyataan. Hye Joong pergi dengan Hwan dan mereka berbaring di ranjang.
Ingatan Hye Joong kembali bermunculan, dan menuju ke kamar itu. Dia mendapati seorang perempuan dan laki-laki sedang bertengkar. Lalu dia menuju ke balik lemari untuk melihat kenangan-kenangan nya yang hilang. Dia mendapati gadis kecil itu mengeluh bosan kembali kepada Soo Ryeong, lalu gadis itu bermain dengan pisau untuk membantu Soo Ryeong memasak. Gadis kecil itu meninggalkan dapur dengan membawa pisau dan memasuki ruangan yang sama dengan Hye Joong.
Gadis kecil itu pergi ke kamar untuk menemui laki-laki kecil yang mengenakan pakaiann serba putih, Laki-laki kecil itu belum genap berusia satu tahun. Gadis kecil itu mengajarkan bahasa tubuh kepada sang bayi, bahasa yang di tunjukan Hwan kepada Hye Joong saat bermain dengan myodori dan Hye Joong juga tahu bahasa tubuh itu. Gadis itu mengajak sang bayi untuk bermain dengan menggunakan pisau bersama boneka kelinci putih.
Seorang perempuan memasuki ruangan itu dan mendapati sang bayi berlumuran darah dengan gadis kecil itu di sampingnya yang bermain pisau. Perempuan itu menutup pintunya kembali. Seorang laki-laki memasuki ruangan itu, dan kini melihat sang bayi dan gadis itu bersimbah darah dengan pisau dan boneka kelinci disampingnya. “Hye Joong-ah, Hwan-ah” teriak sang laki-laki itu.
Dengan cucuran air mata, Hye Joong keluar kamar itu dengan menggelengkan kepala nya. Hye Joong berjalan mundur dan mendapati bahwa Hwan telah di belakangnya. “Apakah kamu masih bosan, kakak” Hye Joong berlari meninggalkan Hwan.
Perempuan bernama Soo Ryeong merupakan ibu dari Hwan dan memilki Hwan dari hasil hubungan gelapnya bersama ayah Hye Joong. Soo Ryeong merupakan pengasuh saat Hye Joong kecil. Dan 3, 28, 24 merupakan arti dari tanggal tiga maret merupakan ulang tahun Hwan yang ke dua puluh empat. Usia disaat manusia dapat menjadi matang dan dewasa.
Terlalu sering lupa bagaimana menjalani hidup, tidak peduli berpa banyak kerinduan yang pernah ada. Sedalam apa cinta itu, sekarang saatnya berpisah telah tiba.