Selasa, 08 November 2016

DAN


Memberikan harapan kepada seseorang yang tulus mencintaimu merupakan kejahatan paling keji yang harus orang lain tanggung. Lebih baik mengabaikan perasaannya dari pada sekedar melampiaskan perasaanmu. Kamu, terima kasih atas luka yang kau goreskan. Dan kamu, aku tak akan melupakan luka yang harus ku pendam.
Hari cerah di awal perkuliahan semester tiga menyambut semua mahasiswa. Di depan pengadilan semu gedung Fakultas Syariah dan Ilmu terlihat para perempuan sedang bercakap-cakap mengenai hasil yang mereka dapat di semester dua kemarin.
“Ka, IP mu semester kemarin meningkat atau menurun?” Gadis yang mempunyai nama akhiran ‘ka’ semua menuju kepada pusat suara. Gadis kecil munggil dengan kulit putih susu itu menjawab lebih cekatan.
“Alhamdulillah… tetap” gadis itu menjawab dengan riang dan di iringi ledakan tawa teman-teman nya. Dan dia fika, seorang gadis dari jurusan Fakultas Tarbiyah dan juga teman akrab dari Eka, gadis yang beberapa waktu lalu menjawab pertanyaan dengan polah tengilnya.
Dua lelaki bertubuh tinggi, namun berbeda postur yang ku ketahui bahwa mereka adalah teman akrab itu saling bertegur sapa dengan teman lainnya dan saling berjabat tangan seakan melepas rindu selama beberapa pecan yang mereka habiskan dengan kesibukan mereka masing masing.
Andre, salah satu lelaki dengan postur yang tinggi, tegap memalingkan wajahnya sejenak dari percakapan teman-temannya. Dia mengetahui bahwa fika duduk bersama teman-temannya, dan keduanya saling melempar senyum.
“Ndre… Pacarmu baru ya, kemarin yang jalan ke batu malang siapa tuh” pertanyaan yang tak dia inginkan muncul. Andre melirik sejenak ke arah fika dan mendapati bahwa pipi gadis itu bersemu memerah. Lucu sekali saat fika salah tingkah, begitulah batin Andre.
“Siapa to gun, itu adik ku” Andre berusaha memberikan alasan singkatnya kepada gugun salah satu teman yang paling penasaran mengenai apapun di kelasnya. Dia melirik lagi ke arah fika, sekali lagi fika hanya bisa bertukar senyum. Mereka tidak ingin bahwa teman-temannya mengetahui hubungan mereka. Mereka hanya ingin menyimpannya dengan teman-teman dekatnya.
“Teman-teman bu Ifatin datang, ayo cepat konsultasi nanti bu Ifati ada acara kalau siang” suara cempreng dari meli memecahkan seluruh peradilan semu dan membuat teman-temannya yang sedang asik berbincang di gazebo berbaris rapi di depan meja sang kajur dari fakultasnya itu.
Begitulah sepucuk kenangan yang gadis itu ingat, ketika saling bertukar senyum tanpa sepengetahuan teman-temannya. Namun kisah seumur jagung yang mereka rajut, harus berakhir pula dengan kejamnya. Dia. Lelaki itu. Menghianati cinta sucinya.
Fika masih ingat bagaimana dia dengan senangnya memberikan sebungkus hadiah untuk andre dan meletakkan nya di motor andre yang terparkir rapi di parkiran kampus IAIN Raden Syahid kebanggaan dari para masyarakat Tulungagung. Kecewa, itulah yang fika rasakan saat dia mengetahui bahwa Andre tidak menerima pemberiannya dan lebih memilih meninggalkan hadiah itu di parkiran kampus dengan seribu alasan yang selalu dapat di paparkan.
“Begini ya rasanya pacaran ka? Harus ya ada bertengkar begini? Aku inginnya hanya bahagia terus tanpa ada pertengkaran” begitulah keluh fika kepada sang teman akrabnya. Eka, sang teman akrab menepuk punggung sang sahabat, mencoba untuk menenangkan tangis sang teman yang sedari tadi tak kunjung mongering.
Ka, mungkin kita sudah tidak ada kecocokan lagi. Saat mendengarkan ustadz ceramah saat pembukaan pembelajaran di lapangan kemarin, membuatku berpikir bahwa pacaran hanya akan membuat kita terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan
Begitulah pesan yang dia terima setelah kejadian hadiah yang Andre tinggalkan di parkiran kampus. Seperti tersambar petir di siang bolong, fika hanya melongo melihat pesan yang baru saja dia dapat. Dia masih dapat menyunggingkan senyum karena pesan yang dia dapat terlihat sangat bijak dan dengan cepat iya setujui karena ini demi kebaikan mereka berdua.
Waktu berjalan hingga beberapa minggu terlalu tanpa fika sadari, dia mendengar kabar bahwa andre telah kembali ke pelukan sang mantan kekasih. Deg! Sakit, sangat sakit. Begitulah perasaan yang ia ingat saat mendengar berita tersebut. Namun ia tak langsung percaya, hingga temannya akhirnya menunjukkan foko keduanya sedang asik duduk di kafe dekat kampus.
“Tapi kenapa? Kenapa dia membuat alasan yang begitu masuk akal untuk meinggalkanku? Dan kenapa dia juga yang mengingkarinya? Kenapa semua rasa yang telah aku curahkan segalanya ia tepis begitu saja? Apa salahku”
Fika tak sanggup lagi menahan rasa kecewanya yang mendalam, ia lebih memilih untuk diam sementara waktu dan berdebat dengan dirinya sendiri. Dia tahu bahwa di balik semua hal yang ia alami pasti ada manfaatnya.
Dan untukmu yang telah meninggalkan goresan di hatiku, aku sangat berterima kasih.
Dan kamu yang telah membuatku tahu bahwa cinta itu tak akan pernah setulus kata-kata yang mengalir, aku juga selalu mengucapkan terima kasih

Dan teruntukmu yang telah berbahagia, aku semogakan agar selalu bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar