Judul :
Alice : Boy from wonderland
Romanization :
Aerriseu : Wondeoraendeueoseo on sonyeon
Hangul : 앨리스 : 원더랜드에서 온 소년
Sutradara : Huh Eun Hee
Penulis : Huh Eun Hee
Produser : Choi Yoon, Choi Wook
Rilis : 10 Desember 2015
Durasi : 115 Menit
Genre : Romantis / Misteri / Horor
Negara : Korea Selatan
Pemain : Hong Jong Hyun sebagai Hwan
Jung So Min sebagai Hye Joong
Jung Yeon Joo sebagai Soo Ryun
Lee Sung Yeon sebagai shaman
Resensi Film:
Di dalam film ini
diceritakan bahwa Hye Joong yang di perankan oleh Jung So Min tidak dapat
mengingat apapun kenangan nya sebelum usianya menginjak empat tahun. Sejak saat
itu Hye Joong setiap malam selalu mengalami mimpi buruk yang tidak ada hentinya
dan selalu mengarah kepada tindak pembunuhan. Bibi Hye Joong yang di perankan
oleh Park Hyun Suk memutuskan untuk mengobati Hye Joong saat usianya menginjak
dua puluh delapan tahun. Dia meminta tolong kepada teman nya yang mengerti
tentang dunia ghaib atau dukun.
Dukun
tersebut melihat bahwa Hye Joong di ikuti roh jahat yang mencekiknya dan selalu
mengarahkan nya untuk bunuh diri, akhirnya sang dukun memberikan jimat kepada
Hye Joong dan memberikan saran kepada Hye Joong agar tinggal di villa yang
bernama wonderland. Hye Joong harus mencari sendiri kenangan yang hilang itu,
dan dia juga harus mencari tahu apa arti dari angka 3, 28 dan 24. Jika dia
berhasil menemukan kenangan itu maka dia akan terlepas dari mimpi buruknya,
namun jika dia tidak dapat menemukan kenangan itu dia akan mati.
Kelebihan : Cerita tersebut
membuat para penontonya menyadari bahwa tak seharusnya kita melupakan
orang-orang yang telah lebih dahulu meninggalkan kita, karena mereka sangat
merindukan kita. Selain itu para pemain juga dapat menggambarkan dengan jelas
melalui akting mereka dalam cerita itu. Penggambaran tokoh yang sangat bagus,
peran yang sangat baik, alur cerita yang dapat di petik kisahnya juga latar
tempat yang membuat para penonton kagum dengan film ini.
Kekurangan : Dalam film, akan
banyak penonton yang kurang memahami alur cerita yang selalu maju dan mundur.
Penonton akan sulit membedakan mana hal yang nyata dan hanya sebuah mimpi di
film ini.
SINOPSIS :
Apabila orang-orang
kehilangan kenangan, mereka akan berubah menjadi dewasa. Lebihlagi, bagian
kenangan yang terlupakan, tanpa disadari sirna. Dalam ingatan yang samar-samar
itu, pernah sekali aku membunuh orang.
-Alice : Boy From
Wonderland-
Bulan
purnama tertutup oleh awan, terlihat rumah di tengah kerumunan pepohonan yang
lebat ada seorang gadis kecil yang berjalan di lantai kayu dengan memakai sepatu
putih balet dan baju putih. Gadis tersebut berubah menjadi sosok yang telah
dewasa dengan rambut yang terikat berantakan pergi menuju kesebuah ruangan dan
kakinya menginjak sebuah pisau yang di penuhi dengan darah. Dan seorang dukun
perempuan dengan segala peralatan ritualnya terkejut mengetahui sepenggal
kenangan yang hilang dari memori Hye Joong.
Hye Joong rebahan di tempat tidur
berselimutkan selimut putih, dan bibinya setia berada di samping nya hingga
tertidur pulas. Hye Joong menyelimuti bibinya, dan meninggalkan sang bibi untuk
membuatkan sarapan. Sang bibi menghampiri Hye Joong dengan ekspresi kekesalan
di wajahnya.
“Bukankah kamu sedang sakit,
tanganmu terluka lagi?” Sang bibi memarahi Hye Joong karena masih sakit dan
harus repot mempersiapkan sarapan. Bibinya khawatir melihat jari Hye Joong yang
terluka bukan untuk pertama kalinya.
“Tidak apa-apa, Demi orang yang
di cintai ini adalah sebuah kehormatan.” Hye Joong menjawab sang bibi dengan
perkataan polosnya, dia sudah tiga hari berbaring di tempat tidur namun masih berusaha
membuat bibinya tersenyum. Sang bibi meminta Hye Joong untuk pergi kerumah
sakit dan melarangnya ke kampus untuk menemui sang profesor, namun Hye Joong
dengan wajah yang di penuhi senyum tetap berangkat menemui sang profesor.
Sebuah gedung tinggi menjulang di
penuhi oleh mahasiswa yang berlalu-lalang, terlihat di ruangan sang profesor
Hye Joong sedang mendapat umpatan dari sang profesor karena tugasnya tidak
sesuai dengan permintaan profesor itu. Profesor itu meminta Hye Joong keluar ruangannya
dan gadis itu menuju ke ruangan pembuatan naskah yang di penuhi dengan para
junior nya.
“Senior, saat kau kecil hal apa
yang paling membuatmu sedih? Siapa tokoh dongeng yang paling kau sukai? Kalau
aku Alice. Karena itu waktu kecil aku suka kabur dari rumah untuk mencari
kelinci putih” ucap salah satu juniornya. Hye Joong terlihat sedang berpikir
lalu menjawab. “Aku tidak terlalu mengingatnya”
Kembali sang dukun membacakan mantra dan gambaran bahwa Hye
Joong sedang memegang pisau saat dewas kembali terlihat. Sementara itu Hye
Joong kembali mengalami mimpi buruk, dan melukai tangannya lagi. Sang bibi
terkejut mendengar jeritan Hye Joong lalu memeluk Hye Joong.
Sang bibi menemui dukun wanita
itu dan memintanya datang menemui Hye Joong, dukun itu melihat bahwa Hye Joong
di ikuti oleh hantu perempuan yang menutupi wajahnya dengan rambut panjang.
Sang bibi dan dukun itu mendiskusikan keadaan Hye Joong, akhirnya sang dukun
meminta agar Hye Joong di bawa ke Hwaryeongi. Namun sang bibi menentangnya
karena banyak kejadian buruk terjadi disana. Hye Joong akan maati jika tidak
dapat menemukan ingatannya kembali yang berkaitan dengan 3, 28 dan 24.
Hye Joong melihat lemari tua
pemberian sang nenek, dia melihat catatan dan di dalamnya ada foto bayi dan ada
kunci di atasnya. Di foto tersebut terdapat alamat yang pada hari berikutnya
dia bersama sang bibi dan dukun perempuan itu mengunjungi tempat itu.
“Jimat ini harus selalu di bawa.
Jika bermimpi buruk yang tidak menyerupai mimpi buruk, jimat ini harus dibuka”
Sang bibi berpesan pada Hye Joong yang sedang berada di tengah hutan untuk
menemukan wonderland dan kenangan yang hilang. Dukun wanita itu dan sang bibi
meninggalkan Hye Joong sendiri dan pergi untuk mencari tahu alamat villa itu.
“Mau pergi melihat kelinci?” Hye
Joong yang berjalan dengan senang dan menyapukan tangannya di antara rerumputan,
terkesiap dengan suara seorang laki-laki itu. Hye Joong memandangi dengan
seksama laki-laki yang mengenakan baju putih polos lalu berjalan mengikutinya. Hye
Joong terjatuh di antara rerumputan, namun sang laku-laki hanya memandanginya
tanpa ekspresi. Dan sampailah di rumah sang laki-laki yang di sambut oleh
perempuan yang mengikat rambutnya dengan asal dan mereka saling melambaikan
tangan.
Perempuan itu mengetuk pintu dan
membawakan makanan untuk mereka, perempuan itu melontarkan tatapan yang tidak
suka kepada Hye Joong dan membisikkan sesuatu kepada sang laki-laki.
“Tempat apa ini? Kenapa telpon
tidak dapat digunakan disini” gadis itu ingin menghubungi bibinya dan memberi
tahu bahwa dia sudah sampai, namun telpon, komputer atau internet tidak dapat
digunakan disana, dan dia hanya mendapat tatapan polos dari sang laki-laki.
“Mudah sekali kamu tersandung,
Sedikitpun tidak berubah” sang gadis memandang dengan heran dan bertanya apakah
dia mengenalnya, namun sang laki-laki kembali bertanya apakah dia sama sekali
tidak mengenalnya. Dan setelah sekian lama tidak bertemu sang laki-laki meminta
agar diberikan sebuah pelukan. Hye Joong berjalan mundur, karena dia tak
mungkin memberikan pelukan kepada orang asing. Laki-laki itu mengambil gitar
dan menyanyikan sebuah lagu hingga tertidur.
Sang bibi menghubungi Hye Joong
berkali-kali namun tidak dapat tersambung, Sementara itu Hye Joong pergi ke
perpustakaan di rumah itu dan mengambil buku yang berjudul Alice in Wonderland.
“Apa kamu menyukai Alice? Aku
suka kapten Hook. Aku juga menyukai itu.
Peterpan” sang gadis kembali terkejut dengan kedatangan sang laki-laki yang
selalu mendadak, dan dia bertanya kenapa tempat ini Wonderland bukan Neverland.
Kembali sang laki-laki berkata bahwa itu semua tidaklah penting. Wonderland
adalah tempat yang dipenuhi hal-hal aneh, sementara Neverland adalah tempat yang
di penuhi dengan mara-bahaya ucap gadis itu mencoba menjelaskan.
Tanpa mendengarkan sang gadis,
laki-laki itu mengenggam tangan Hye Joong dan mengantarkan ke kamarnya. Dia
membuka tirai kamar dan mendapati pemandangan hutan yang terbentang. Laki-laki
itu kembali memberikan larangan yang disertai alasan aneh, dia melarang Hye
Joong pergi kehutan karena akan tersesat. Dia kembali berpesan bila akan masuk
di kamar manapun harus mengetuk pintu.
Hye Joong tertidur pulas di
ranjangnya dan membuka mata mendapati laki-laki itu tidur disampingnya dengan
lumuran darah, dia takut tidak bisa membedakan mana mimpi dan kenyataan. Gadis
itu memejamkan mata dan mendapati bahwa laki-laki itu tidak ada di sampingnya.
Dia terbangun dan mendapati laki-laki itu tersenyum lembut di sampingnya dan
mengajaknya pergi melihat kelinci.
Saat laki-laki itu pergi sejenak,
seekor kelinci lepas ke hutan dan Hye Joong mengikuti kelinci itu hingga ke
tengah hutan hingga akhirnya dia tersandung dan menengadahkan wajahnya melihat
ada seorang perempuan tergantung di pohon.
Sementara itu laki-laki itu
bercakap-cakap dengan sang perempuan di rumahnya dan sedang mendebatkan
sesuatu. Mereka membuat kesepakatan dan di tolak oleh sang wanita karena tidak
sampai satu bulan lagi adalah tanggal dua puluh delapan.
“Hwan-ah” wanita itu memanggil
sang laki-laki dengan lembut, dan laki-laki itu berharap bahwa Hye Joong juga
dapat memanggilnya seperti itu. Hye Joong sudah di kamarnya di temani hwan yang
setia menunggunya, gadisi itu lalu menuju ke kamar mandi dan melihat potongan
kenangan nya sewaktu kecil muncul. Gadis itu terlihat mengajak sang perempuan
yang sedang memasak untuk bermain dengan nya karena dia bosan.
Hye Joong mengikuti arah gadis
kecil itu yang berjalan di atas lantai kayu dan menuju ke sebuah ruangan,
kembali dia dikejutan dengan kedatangan hwan yang mengajaknya melihat kelinci
lagi. Mereka berbincang-bincang dan Hye Joong terus memberikan pertanyaan atas
segala rasa penasarannya.
“Apakah kamu yakin disini tidak
ada orang lain? Mungkin seorang gadis” Hye Joong mencoba menanyakan segala hal,
hingga seorang wanita yang selalu menatapnya dengan aneh. Hwan mengelaknya dan
dia menjawab bahwa wanita itu bernama Soo Ryeon. Sembari menatap kelici, Hye
Joong menanyakan namanya.
“Lalu kamu. Siapa namamu? ” lalu
hwan menjawab bahwa dia sudah mengatakannya bahwa nama kelinci itu myodori.
Lalu Hye Joong kembali bertanya bahwa bukan nama sang kelinci namun nama
laki-laki itu.
“Hwani-i. Kim Hwan” Hwan menjawab
tanpa menatap sang gadis, gadis itu mencercanya dengan berbagai pertanyaan. Menanyakan
sejak kapan dia tinggal disini. Hingga menanyakan apakah mengerti tentang 3, 28
dan 24. Lalu Hwan menangis karena Hye Joong tidak mengenalinya. Mimpi buruk itu
datang lagi, dan Hye Joong kembali melihat Hwan berlumuran darah.
Hye Joong pergi ke kamar yang di
larang di datangi oleh Hwan, dan seorang nenek memberinya sebuah jimat. Hye
Joong mendapat amarah yang besar dari hwan, dan dia pergi ke hutan untuk
mencari ingatannya yang hilang. Dia bertemu dengan Soo Ryeong yang membawa
pisau dan akan menikamnya, lalu Hye Joong lari kerumah dan meminta Hwan untuk
pergi bersamanya.
Hwan menolaknya, dan akhirnya
tertidur di kursinya. Hye Joong kembali mencari kumpulan ingatanya dan
menemukan barang-barang di dalam bungkusan merah muda. Dia menghubungi bibinya
dan tersambung untuk beberapa detik. Dia kembali ke ruangan itu dengan mencari
kuncinya, setelah kuncinya dapat dia mencoba membukanya namun Hwan sudah di
belakangnya dan membuang kunci itu.
Hye Joong pergi ke halaman untuk
mencari sinyal, mengetahui itu Hwan bermain-main dengannya dan membuang
handpone milik Hye Joong. Dan malam harinya dia ke hutan untuk mencari Hwan
yang dia kembali melihatnya berlumuran darah, hingga bertemu dengan Soo Ryeong.
“Dimana Hwan?” Gadis itu bertanya
kepada Soo Ryeong, lalu Soo Ryeong menunjuk ke arah tanah yang menggunduk.
Gadis itu menggarukkan tanganya di gundukan tanah itu, lalu Hwan datang dan memintanya
untuk berhenti. Hye Joong pingsan dan di angkat oleh Hwan, lalu Hwan mengikat
jari-jari Hye Joong dengan kain agar tidak menggaruk tanah lagi.
“Pakaianmu hanya itu saja?” Hye
Joong bertanya kepada Hwan yang selalu mengenakan baju putih polos, lalu Hwan
menunjukkan lemarinya yang penuh dengan baju berwarna putih. Hye Joong bertanya
apakah sebelumnya dia pernah ke tempat ini, dan Hwan hanya menjawab dengan kata
mungkin. Hwan menjawab bahwa besok adalah ulang tahunnya, tanggal dua puluh
delapan maret dan dia kan berumur dua puluh empat.
“Kematian bukanlah hal yang
menakutkan, hal yang menakutkan adalah apabila telah terlupakan setelah
kematian itu” Hwan memberikan penjelasan dengan memetik gitarnya, dan Hye Joong
sama sekali tidak mengerti perkataan Hwan. Hye Joong kembali menggali gundukan
tanah itu dan kembali ke rumah dan mendapati Hwan bersama Soo Ryeong. Hwan
membakar bungkusan merah muda itu dan memeluk Soo Ryeong.
“Hwan kamu harus pergi, wanita
itu akan membunuhmu” lalu mereka berdebat dan saling beradu argumen tentang
siapa yang membunuh Hwan, gadis itu yakin bahwa hal-hal buruk yang terjadi
hanyalah mimpi buruk. Soo Ryeong mengelaknya, dia membatah gadis itu.
“Semua ini bukanlah mimpi, ini
adalah kenyataan. Kenangan yang ingin kau lupakan, kau anggap sebagai mimpi,
hanya mimpimu.” Soo Ryeong menyadarkan kepada Hye Joong bahwa semuanya bukanlah
mimpi, namun semua ini kenyataan. Hye Joong pergi dengan Hwan dan mereka
berbaring di ranjang.
Ingatan Hye Joong kembali
bermunculan, dan menuju ke kamar itu. Dia mendapati seorang perempuan dan
laki-laki sedang bertengkar. Lalu dia menuju ke balik lemari untuk melihat
kenangan-kenangan nya yang hilang. Dia mendapati gadis kecil itu mengeluh bosan
kembali kepada Soo Ryeong, lalu gadis itu bermain dengan pisau untuk membantu
Soo Ryeong memasak. Gadis kecil itu meninggalkan dapur dengan membawa pisau dan
memasuki ruangan yang sama dengan Hye Joong.
Gadis kecil itu pergi ke kamar
untuk menemui laki-laki kecil yang mengenakan pakaiann serba putih, Laki-laki
kecil itu belum genap berusia satu tahun. Gadis kecil itu mengajarkan bahasa
tubuh kepada sang bayi, bahasa yang di tunjukan Hwan kepada Hye Joong saat
bermain dengan myodori dan Hye Joong juga tahu bahasa tubuh itu. Gadis itu
mengajak sang bayi untuk bermain dengan menggunakan pisau bersama boneka
kelinci putih.
Seorang perempuan memasuki
ruangan itu dan mendapati sang bayi berlumuran darah dengan gadis kecil itu di
sampingnya yang bermain pisau. Perempuan itu menutup pintunya kembali. Seorang
laki-laki memasuki ruangan itu, dan kini melihat sang bayi dan gadis itu
bersimbah darah dengan pisau dan boneka kelinci disampingnya. “Hye Joong-ah,
Hwan-ah” teriak sang laki-laki itu.
Dengan cucuran air mata, Hye
Joong keluar kamar itu dengan menggelengkan kepala nya. Hye Joong berjalan
mundur dan mendapati bahwa Hwan telah di belakangnya. “Apakah kamu masih bosan,
kakak” Hye Joong berlari meninggalkan Hwan.
Perempuan bernama Soo Ryeong
merupakan ibu dari Hwan dan memilki Hwan dari hasil hubungan gelapnya bersama
ayah Hye Joong. Soo Ryeong merupakan pengasuh saat Hye Joong kecil. Dan 3, 28,
24 merupakan arti dari tanggal tiga maret merupakan ulang tahun Hwan yang ke
dua puluh empat. Usia disaat manusia dapat menjadi matang dan dewasa.
Terlalu sering lupa bagaimana
menjalani hidup, tidak peduli berpa banyak kerinduan yang pernah ada. Sedalam
apa cinta itu, sekarang saatnya berpisah telah tiba.