Sabtu, 23 Desember 2017

DÉJÀ VU


Bukankah dari sebuah cerita seharusnya kita bisa memetik hikmah dari semua yang telah terjadi? Tapi apa ini? Bukanya belajar dari kesalahan tapi dengan bodohnya mengulangi lagi dan lagi. Sebenarnya apa yang aku lakukan dengan mengulanginya lagi? Apa sebenarnya tujuanku? Aku benar-benar tak mengenal diriku dengan baik. Menyedihkan.
Mendengar cerita salah satu teman PPL ku di sekolah lain bahwa mereka memiliki hubungan yang kurang baik dengan guru-guru hingga semua guru menggertaj mereka. membuatku berkata dalam hati ‘aku akan melakukannya dengan baik dan tidak akan melakukannya’. Seperti tamparan yang keras mendarat di pipi, semua tidak semulus yang aku perkirakan sama sekali. Karena telah mengetahui kondisi sekolah dan orang-orang yang berada di dalamnya, mungkin jiwa kecilku mengabaikan kenyataan bahwa aku harus selalu sopan, harus selalu baik dan harus menyapa setiap saat.
Aku melupakan kenyataan bahwa aku harus melihat kenyataan bahwa aku disana masih anak bawang yang harus selalu menunjukkan rasa hormat, bersikap sopan dan selalu menyapa setiap saat. Aku melupakan fakta bahwa disana aku tidak melakukan PPL sendiri, banyak mata yang mengawasi, banyak mata yang siap mengkritik, banyak mata yang selalu membandingkan dengan PPL sebelumnya. Aku melupakan fakta itu dan bertingkah polah sesuka ku. Dalam hatiku aku menggertak diriku sendiri ‘Kenapa kamu tidak belajar dari kesalahan orang lain? Kenapa kamu justru mengulangnya menjadi kenyataan yang jauh lebih buruk’
Hari itu benar-benar menjadi hari yang menyedihkan, salah seorang guru memanggilku dan menjelaskan dimana letak kesalahan kami di minggu pertama. Kesalahan satu persatu di perbaiki, namun kesalahan lain juga tetap terjadi seperti tak pernah ada habisnya. Walaupun ada evaluasi, semua terlihat tak pernah ada habisnya. Semua kesalahan seperti lubang yang semakin luas, tak ada yang berubah tak ada yang dapat berubah sesuai perkiraanku. Benar-benar minggu yang melelahkan, seperti melakukan KKN untuk kedua kalinya, melelahkan. ‘Kapan semua ini berakhir? Bisakah semuanya menjadi kenangan yang berlalu?’
Permintaan dari sekolah seperti tak pernah ada habisnya, dan kami berusaha semaksimal mungkin agar dapat menebus kesalahan kami dengan sebuah kenangan seperti yang mereka minta. Sulit sekali menjadi seperti PPL sebelumnya, ingin sekali seperti mereka yang telah dianggap seperti keluarga. Sementara kami masih belum dapat menemui celah untuk berada dalam kenangan yang membahagiakan, ingin sekali seperti mereka, ingin seperti PPL sebelumnya yang penuh dengan pujian. ‘Apa yang harus kami lakukan? Semuanya terasa sangat sulit jika terus di bandingkan seperti ini.
Hari demi hari berlalu tanpa disadari karena kesibukan yang terjadi, hari demi hari terasa seperti hari-hari sebelumnya. Kami sangat sensitif karena banyak nya perselisihan antar anggota, banyak perbedaan pendapat dan juga banyak nya tugas yang harus di tanggung. Tak terasa kedekatan kami dengan berbagai guru sedikit demi sedikit terasa, walaupun kami tak dapat memenuhi ekspektasi mereka. Kami selalu berusaha untuk dekat dengan mereka. Kami dapat menikmati waktu yang indah dengan guru-guru muda, dengan Bapak Ibu guru, belajar banyak hal dan juga belajar banyak hal dari beliau.
Segala pilu, segala lelah, segala perbandingan terbayar sudah dengan kebersamaan kami. Akhirnya semua waktu yang berlalu menjadi senyuman hangat di akhir pertemuan kami. Kami akan selalu menjadi keluarga, kami akan selalu mengingat berbagai nasehat dan pengalaman yang kami dapat. Kami selalu mengingat Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum, Dan semoga mereka akan selalu mengingat kami ‘PPL IAIN Tulungagung 2017’


Tidak ada komentar:

Posting Komentar