Menggunakan kata yang sedang popular
untuk mengungkapkan sesuatu sepertinya sedang menyebar ke semua generasi. Tapi
setelah semua hal yang benar-benar terjadi di depan mata, aku baru berani
menggunakannya dalam sebuah tulisan. Entah dari mana trend ini berasal aku juga
kurang peduli sebenarnya dengan hal-hal seperti ini, tapi aku benar-benar
menggunakannya sekarang.
Semenjak PPL di sekolah dasar,
berbagai hal terjadi dengan seribu kenangan yang tak akan terlupakan. Cerita
ini akan di mulai dari salah satu sepupuku bernama dilla yang bercerita bahwa
salah satu anak di kelas yang aku ajar bernama alif pernah memberikan surat
cinta dan beberapa makanan ringan kepada teman sekelas dilla yang bernama
afika.
Dunia apa lagi ini, kupikir di kelas
yang aku ajar mereka hanya tahu cara bermain dengan teman sebayanya, bergurau,
berkelahi, cekcok dan berbagai hal buruk lainnya. Karena jika dilihat mereka
masih kelas tiga dan sama sekali tidak belum tertarik dengan lawan jenisnya.
Jika setelah mengajar beberapa temanku merampas surat cinta saat pelajaran,
tapi kupikir di kelasku hal yang langka seperti itu.
Ternyata semua dugaanku salah,
setelah mendengar bahwa anak kelasku di 3B tertarik dengan salah satu murid
terpintar di kelas 3A aku langsung menanyai anak itu, alif namanya. Aku
bertanya dengan gemasnya “Lif, kamu pernah memberi surat dan jajan kepada
afika?” Alif terlihat sedikit bingung karena aku bertanya seperti itu. Dia
dengan malunya menganggukkan kepala dan kembali bertanya “Tahu dari siapa bu?
Emi? Bu Indah?”
Astaga! Untuk pertama kalinya aku
melihat sisi yang berbeda dari alif. Dia sangat malu tapi senang ketika aku
bertanya hal yang seperti itu. Alif yang aku tahu selama ini, anak yang hanya
bermain, bernyanyi dengan membunyikan meja, pokerface dan sebenarnya dia salah satu kandidat yang
seharusnya di kelas A. Tapi kini aku menemukan sisinya yang berbeda hanya
karena aku membicarakan gadis yang disukainya.
Aku
benar-benar gemas karena baru kali ini dia berekspresi dengan girangnya.
Sebegitu sukakah anak kecil ini dengan afika? Wah! Anak jaman sekarang apa
semua pubertas sejak dini? Bagaimana sosok yang menurutku kaku tapi ternyata
dia punya ketertarikan yang besar terhadap lawan jenisnya? Benar benar lucu
tapi juga belum saatnya sama sekali untuk memulai cinta monyet yang seperti
ini.
Aku
bertanya lagi kepada alif “Siapa yang menulis suratnya lif? Emi?” Rasa
penasaranku seperti tak pernah habis dan belum terobati karena benar-benar
takjub dengan sisi anak ini. Alif masih dengan malu-malu menjawab “Aku hehe”
Yaampun~ gemesnya sama anak ini, bagaimana bisa dia mengaku semudah itu, terlihat
sekali bahwa dia sangat menyukai afika.
Karena
masih suka melihat ekspresi lucunya, aku terus menggodanya dengan bertanya “Lif,
kamu suka sama afika” dia langsung menjawab “Gak tau hehe” Duh~ anak ini kenapa
lucu sekali, apa biasanya dia penuh ekspresi seperti ini? Ternyata sisi seperti
ini hanya di temukan saat membicarakan seseorang yang disukainya. Seharian dia
hanya mengatakan “Tidak Bu! Ibu tahu dari mana?”
Setelah
bertanya tentang ini itu kepada alif, aku bertanya kepada beberapa guru alif
anak siapa, afika anak siapa. Dan ternyata mereka masih saudara dekat, dan
ternyata afika menolak alif karena masih saudara dekat. Astaga alif~ kamu harus
melupakan cinta monyetmu segera nak. Belajarlah yang rajin, dan jangan memulai
cinta monyet yang konyol lagi ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar