Banyak yang berkata bahwa kkn adalah hal yang menakutkan
Banyak persepsi jika saat kkn akan banyak hal yang menyulitkan
Apakah saat kkn memang selalu seperti itu?
Bagiku kkn adalah…
Semua
berawal dari kesalahan yang mengharuskanku berada di desa yang tak aku inginkan
dan tak terprediksi sama sekali. Berawal dari kesalahan itulah aku memulai
langkah untuk menemukan teman baru dan petualangan baru yang menantang yang
kami sebut kkn. Hari itu pertemuan pertama kami dengan masing-masing kelompok,
kami berkumpul dengan kelompok untuk membicarakan barang apa saja yang ingin
kami bawa. Aku melihat beberapa orang di sekelilingku dan hanya membatin ‘Ah~
firasatku tidak enak, apakah kami bisa akur?’ ‘Ah~ kenapa mereka terlalu
serius, benar-benar tidak menyenangkan’
Setelah
pertemuan itu, kami sering berkumpul untuk membicarakan keperluan kelompok dan
individu. Beberapa pertemuan di masjid kampus dan berkumpul di pengarahan dari
kecamatan di Aula, bersama bapak pembimbing di kelas. Dalam beberapa pertemuan kesanku
terhadap mereka tetap sama ‘Mereka orang-orang yang serius, aku benar-benar
dalam masalah’ saat itu sedang bulan puasa dan kami harus berangkat setelah
lebaran tepat tanggal 10 Juli 2017. Hari-hari mendekati pemberangkatan menuju
posko merupakan hal yang tak ingin aku hadapi. Hanya ingin menikmati beberapa
hari dengan keluarga di libur sekolah dan libur hari raya. Namun hari itu
benar-benar datang begitu cepat...
Hari
itu dirumah mati lampu dari jam sembilan malam, karena ada layang-layang yang
mengenai jalur listrik ‘Ah~ pertanda apa ini? Kenapa disini orang-orang yang
sudah berumur masih bermain layang-layang! Argh!’ Aku malamnya sebelum mati
lampu sudah janjian akan berangkat jam lima karena upacara akan di laksanakan
pukul enam pagi. Dan saat itu aku telat bangun, aku baru saja selesai mandi
temanku sudah datang dan harus menungguku. ‘Awal yang berantakan benar huh!’
Aku segera berangkat ke kampus untuk menemui teman yang lain dan mengikuti
upacara.
Tak
kusangka ternyata upacara baru dimulai pukul setangah delapan. ‘Astaga aku tadi
tidak sempat sarapan, tidak sempat setlika, harus memakai bedak di jalan
sembari naik motor, memakai baju dirumah dengan gelap-gelapan dan ternyata
disini tidak dimulai pukul enam! Wow~ Terima kasih banyak’ Benar-benar awal
yang tidak menyenangkan untuk memulai semua ini, hanya bisa berharap semua akan
baik-baik saja dan bisa rukun dengan mereka semua.
Setelah
upacara, karena aku sudah membawa barang ke posko terlebih dahulu aku lebih
memilih mencari makan siang di kantin dengan temanku karena terlalu lapar
setelah upacara. Alih-alih ikut nimbrung mereka yang akan membawa barang mereka
ke posko, aku lebih memilih duduk di gazebo dan melihat mereka yang mengangkut
barang. Karena kupikir hari ini langsung ke posko, aku membawa semua barang di
tas dan di jok motor, karena berangkat di mulai besok aku lebih memilih
mendownload untuk stok saat boring di posko. Manyapa beberapa teman yang sibuk
menata barang, dan beberapa teman yang ikut nimbrung di gazebo membuatku dan
temanku tak sadar bahwa sudah akan dhuhur. Akhirnya kami berdua memutuskan
untuk pulang. Hari setelah pembukaan di akhiri disini, dan berharap semoga
besok setelah di posko akan baik baik saja.
Setelah
janjian yang panjang di grup whatsapp, kami memutuskan untuk berangkat pukul
sepuluh pagi
menuju posko dengan rute masing-masing. Aku lagi-lagi berangkat dengan
temanku hanya berdua. Karena kami hanya pernah sekali ke posko saat mengantar
barang dan itupun kami di dalam pick up, kami berangkat dengan perasaan yakin.
Saat itu aku,temanku dan salah satu teman dari posko satu berangkat bersama. Di
persimpangan jalan aku berhenti dan menyuruh teman dari posko satu untuk lurus
dan aku belok. Aku yakin bahwa itu jalannya, namun setelah melewati jalan lurus
dan lurus hanya lurus kami menemukan hutan panjang dan bukan seperti jalan yang
kami lewati saat mengantar barang. Iya benar! Kami salah jalan!
Setelah
mengikuti jalan kami beberapa kali bertanya kepada orang di sekitar dan
mendapat beberapa petunjuk. Kami ternyata salah rute menuju lapangan utama
kecamatan bakung. Kami melewati jembatan merah, disitu aku sedikit mengingat
bahwa pernah melewati jembatan ini saat mengantar barang. Aku bertanya lagi
kepada seseorang yang berhenti di jembatan itu, seseorang yang membawa barang
rongsokan. Dengan berani temanku bertanya, aku sedikit ragu melihat raut wajah
orang itu. Aku hanya di atas motor dan melihat jawaban orang itu benar-benar tidak
sesuai dengan rute jalan dan terus mendesak kami. Karena aku semakin takut
akhirnya aku memberi kode kepada temanku untuk mengakhiri pembicaraan, aku
hanya bisa berjalan lurus dan turun di jalan yang sedang menanjak. Aku kembali
bertanya kepada seseorang yang berada di rumah sekitar.
Karena
ketakutanku kepada orang yang berada di jembatan tadi belum reda, aku akhirnya
menunggu beberapa kendaraan lewat untuk berjalan beriringan. Jalan itu
benar-benar sepi hanya pepohonan yang mengisi sekitar jalan, benar-benar
menakutkan. Akhirnya dengan petunjuk seadanya kami berangkat menuju posko
dengan keadaan yang semakin mencekam. Aku belok arah mengikuti insting dan
mengingat kembali saat kami membawa barang, aku masih saja ragu. Karena jalan
yang tak kunjung mencapai lokasi tapi temanku sangat yakin, aku juga harus
menguatkan diri hingga mencapai posko. Saat itu yang aku pikirkan adalah ‘Ibu,
aku ingin pulang’
Belum
juga satu hari di posko aku sudah merindukan rumah, hari ini karena salah jalan
aku benar-benar ingin pulang. Hari terasa sangat panjang saat itu, kami
mengingat dan mengingat melalui insting. Jalan terasa semakin panjang dan tidak
ada ujung, aku bersyukur saat itu siang hari jika malam hari tamatlah sudah. Setelah
melewati beberapa desa yang kami baca di papan petunjuk, aku akhirnya melihat
desa bertuliskan ‘pulerejo’ akhirnya kami berada di jalan yang benar, setelah
tersesat di mana-mana. Aku saat itu benar-benar senang hanya melihat papan nama
dusun kalipucung, kami terus berjalan lurus mengikuti jalan utama. Akhirnya
kami melihat posko kami, hari itu sangat-sangat panjang dan melelahkan wah~
Belum
juga memulai aktivitas, hari itu aku sudah merasa sangat lelah. Namun kami
harus memulai membersihkan posko. Saat itu masih ada dua orang Tania, Laili
yang telah sampai di posko dulu. Aku dan temanku Rina menyusul membersihkan
posko dan di bantu oleh ibu pemilik rumah. Aku memilih kamar yang rencananya
diisi oleh empat orang. Aku, Tania, Rina dan salah satu temanku yang belum
datang, kami menyapu dan menata alas yang akan kami pakai untuk tidur. Menata
barang kami kedalam kamar, dan setelah beberapa saat satu persatu orang
berdatangan. Mereka telah datang, aku benar-benar tidak bisa berpikir apa-apa
hanya dapat membatin ‘Apakah kami bisa akur?’
Hari-hari
berlalu dengan minggu pertama masih merencanakan untuk program kerja yang akan
kami laksanakan untuk tujuh minggu kedepan. Minggu pertama terlewati dengan
perasaan yang hangan dan pikiran yang masih jernih. Saat itu aku masih sempat
berfikir ‘KKN tidak seburuk yang aku pikirkan, ini masih dapat dikategorikan
menyenangkan’ Minggu pertama kami hanya fokus dengan pembukaan kecamatan,
pembukaan desa, program kerja. Saat itu benar-benar terasa seperti liburan yang
kami jalankan, kami juga sempat berkunjung ke pantai pasur bersama-sama, makan
bersama dengan pikiran tenang.
Minggu
dimana program kerja telah dijalankan, mulai dari mengajar sd/tk, mengajar TPQ,
mengikuti yasinan dan berbagai program dari devisi masing-masing telah berjalan
semua benar-benar berubah. Orang-orang menjadi sensitif karena lelah,
orang-orang berbicara tanpa melihat bagaimana perasaan orang lain, orang-orang
benar-benar menjadi seperti musuh dan terlihat jahat semua karena perasaan
lelah kami. Karena program yang kami jalankan seperti menggebu-gebu, keinginan
yang kami ajukan berbeda satu sama lain, kemampuan yang kami punya berbeda-beda
membuat berbagai perselisihan diantara kami. Saat itu pulang pun sulit, karena
tidak enak dengan yang lain.
Aku
benar-benar banyak menangis karena berbagai hal buruk yang aku alami, ingin
pulangpun tak bisa. Seingatku aku hanya bermalam dua kali dirumah, selebihnya
aku habiskan di posko. Hari-hari aku menuliskan tulisan di buku yang isinya aku
ingin pulang, benar-benar kkn yang menjadi beban dan tak bisa merasakan nikmat
kebersamaan sama sekali. Begitu pula antara posko satu dan dua mempunyai
berbagai perbedaan yang membuat kami jauh satu sama lain. Aku dan temanku yang
dekat di posko satupun perlahan menjadi jauh karena berbagai pandangan yang
kami punyai saat itu. Seumur-umur aku tidak pernah terlalu banyak menangis
seperti saat menjalani kkn ini, ada kenangan namun juga berbagai belati yang harus
di kenang terlalu banyak. Saat itu karena terlalu lelah kami tidak bisa
berfikir jernih antara satu dengan yang lain.
Penutupan
desa, penutupan dusun, dan penutupan kecamatan yang diundur hingga empat hari
semua telah dilaksanakan dengan perasaan yang masih buruk dan bercampur aduk. Karena
saat itu aku hanya menumpang di pick up temanku jadi setelah upacara di
kecamatan aku pulang menaruh barang dan langsung ikut pulang berpamitan kepada
teman-teman dan pemilik rumah. Aku dan rina pulang menjadi penunjuk jalan
menuju rumahku untuk mengantar barangku dan barang rina, juga barang salah satu
temanku. Aku sampai rumah dan bahagia sekali bertemu orang-orang dirumah,
saking lamanya aku tak pulang aku benar-benar bahagia. Keesokan harinya aku dan
rina kembali ke posko untuk mengecek apakah masih ada yang harus kami
bersihkan. Ternyata posko telah bersih, dan kami hanya menguras kedua kamar
mandi, setelah itu kami berpamitan kembali dengan pemilik rumah dan
teman-teman. KKN 2017 yang kami jalani di dusun kalipucung desa pulerejo telah
resmi berakhir.
Jika
orang-orang bertanya ‘bagaimana rasanya mengikuti kkn?’
Aku pasti
akan menjawab
‘Aku hanya
akan mengenangnya, aku tidak sanggup mengulainya’
KKN 2017
dusun kalipucung, Desa Pulerejo.
Terima kasih
banyak atas berbagai kenangan indah.
Kami akan
merindukanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar