Selasa, 20 September 2016

Cinta diam diam ku



“Hingga kamu melabuhkan hatimu ke orang lain lagi! Dengan bodohnya aku akan tetap menunggu”

Sepucuk kertas putih memudar berganti warna menjadi kusam, angin berhembus menandakan bergantinya musim, Matahari menyembunyikan sinarnya, langit biru cerah menjadi gelap, kelopak bunga berguguran, tanah berubah menjadi tandus. Hingga musim hujan menjadi kemarau, Kemarau menjadi hujan lagi! Sampai kapanpun itu! Aku akan tetap menunggumu!

            Seorang gadis kecil, berparas imut itu sedang melipat kedua tangannya dan memangku dagunya di atas pembatas tangga. Mengenang semua perjuangan keras yang telah dia lalui selama ini. Sambil memainkan jari jarinya dan menggelengkan kepalanya sendiri mengingat seberapa besar perjuangan nya dalam menahan perasaanya. “Lebih dari lima tahun apa itu waktu yang kurang untuk menunggu? Aku sudah terlalu lelah melihatmu dengan orang lain, Kapan kamu berpaling dari orang itu dan mengulurkan tanganmu kepadaku?” Gadis itu mengulurkan tanganya ke bawah sembari menggelengkan kepalanya. Tiba Tiba saja seseorang teman menepuk bahunya, dan orang yang dia labeli dengan kata teman itu menengok kebawah dan ikut menggelengkan kepalanya. Melihat dua insan yang saling berpandangan dan berbincang di gazebo lantai dasar itu. “Apa itu pacar barunya? Kamu masih ingat yang aku katakana bukan? Dia tidak akan lama dengan gadis itu, seperti yang sebelumya, Ayo kita ke kantin jangan membuat hatimu kalang kabut lagi” Teman baik nya itu meraih tangan nya dan memanggil kedua teman lain nya untuk di ajak ke kantin dan tentu saja untuk menghibur gadis kecil itu. Ke empat anak yang berada pada semester empat akhir itu menuruni tangga bersama sama dengan penuh canda tawa bahagia, Sambil memeluk dan bergandeng tangan mereka bergurau, Aku bersumpah orang yang melihatnya pasti iri dengan cara mereka berteman, karena mereka memiliki karakter yang berbeda, dilihat dari fisik maupun kepribadian mereka, benar-benar berbeda namun mereka bisa meleburkan perbedaan itu kedalam sebuah pertemanan yang hangat, bahkan mereka sudah seperti keluarga.
            Ketika mereka sudah sampai lantai dasar untuk menuju ke kantin yang notabene harus melewati gazebo tempat dua insan paling bahagia yang kami ratapi di lantai atas tadi, mata gadis itu tidak lepas dari dua orang itu, dengan tatapan seolah olah matanya berkata “seharusnya itu aku! Orang yang berada di sampingmu itu aku! Bukan dia!” dia tersadar dari lamunan nista nya ketika tangan lembut gadis lain memegang tanganya “Apa yang kamu lakukan! Ayo lari hujan semakin deras nanti, kamu tidak bawa payung juga kan?” “Hah? Eh? Itu?” Gadis itu gelagapan menjawab pertanyaan temannya, sebenarnya dia membawa payung, karena melihat dua orang yang paling membuat hatinya seperti mau meledak itu membuat pikiran nya tidak karuan. Akhirnya mereke berempat berlari dengan bodohnya sambil berteriak sudah seperti anak kecil yang kehilangan akal sehatnya, Karena perbuatan mereka sangat mencolok di depan gazebo itu membuat anak laki-laki yang berada di gazebo itu menoleh dan menunjukkan sedikit senyuman nya melihat apa yang di lakukan teman lamanya itu. Ya! ‘Teman Lama’ karena mereka berteman sudah lama, mengenal sudah lama hanya sebatas itu yang anak itu labeli untuk gadis itu, Benar-benar tidak sebanding dengan yang gadis itu rasakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar