“Hingga
kamu melabuhkan hatimu ke orang lain lagi! Dengan bodohnya aku akan tetap
menunggu”
Sepucuk kertas putih memudar
berganti warna menjadi kusam, angin berhembus menandakan bergantinya musim,
Matahari menyembunyikan sinarnya, langit biru cerah menjadi gelap, kelopak
bunga berguguran, tanah berubah menjadi tandus. Hingga musim hujan menjadi kemarau,
Kemarau menjadi hujan lagi! Sampai kapanpun itu! Aku akan tetap menunggumu!
Seorang
gadis kecil, berparas imut itu sedang melipat kedua tangannya dan memangku
dagunya di atas pembatas tangga. Mengenang semua perjuangan keras yang telah
dia lalui selama ini. Sambil memainkan jari jarinya dan menggelengkan kepalanya
sendiri mengingat seberapa besar perjuangan nya dalam menahan perasaanya.
“Lebih dari lima tahun apa itu waktu yang kurang untuk menunggu? Aku sudah
terlalu lelah melihatmu dengan orang lain, Kapan kamu berpaling dari orang itu
dan mengulurkan tanganmu kepadaku?” Gadis itu mengulurkan tanganya ke bawah
sembari menggelengkan kepalanya. Tiba Tiba saja seseorang teman menepuk
bahunya, dan orang yang dia labeli dengan kata teman itu menengok kebawah dan
ikut menggelengkan kepalanya. Melihat dua insan yang saling berpandangan dan
berbincang di gazebo lantai dasar itu. “Apa itu pacar barunya? Kamu masih ingat
yang aku katakana bukan? Dia tidak akan lama dengan gadis itu, seperti yang
sebelumya, Ayo kita ke kantin jangan membuat hatimu kalang kabut lagi” Teman
baik nya itu meraih tangan nya dan memanggil kedua teman lain nya untuk di ajak
ke kantin dan tentu saja untuk menghibur gadis kecil itu. Ke empat anak yang
berada pada semester empat akhir itu menuruni tangga bersama sama dengan penuh
canda tawa bahagia, Sambil memeluk dan bergandeng tangan mereka bergurau, Aku
bersumpah orang yang melihatnya pasti iri dengan cara mereka berteman, karena
mereka memiliki karakter yang berbeda, dilihat dari fisik maupun kepribadian
mereka, benar-benar berbeda namun mereka bisa meleburkan perbedaan itu kedalam
sebuah pertemanan yang hangat, bahkan mereka sudah seperti keluarga.
Ketika
mereka sudah sampai lantai dasar untuk menuju ke kantin yang notabene harus
melewati gazebo tempat dua insan paling bahagia yang kami ratapi di lantai atas
tadi, mata gadis itu tidak lepas dari dua orang itu, dengan tatapan seolah olah
matanya berkata “seharusnya itu aku! Orang yang berada di sampingmu itu aku!
Bukan dia!” dia tersadar dari lamunan nista nya ketika tangan lembut gadis lain
memegang tanganya “Apa yang kamu lakukan! Ayo lari hujan semakin deras nanti,
kamu tidak bawa payung juga kan?” “Hah? Eh? Itu?” Gadis itu gelagapan menjawab
pertanyaan temannya, sebenarnya dia membawa payung, karena melihat dua orang
yang paling membuat hatinya seperti mau meledak itu membuat pikiran nya tidak
karuan. Akhirnya mereke berempat berlari dengan bodohnya sambil berteriak sudah
seperti anak kecil yang kehilangan akal sehatnya, Karena perbuatan mereka
sangat mencolok di depan gazebo itu membuat anak laki-laki yang berada di
gazebo itu menoleh dan menunjukkan sedikit senyuman nya melihat apa yang di
lakukan teman lamanya itu. Ya! ‘Teman Lama’ karena mereka berteman sudah lama,
mengenal sudah lama hanya sebatas itu yang anak itu labeli untuk gadis itu,
Benar-benar tidak sebanding dengan yang gadis itu rasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar