Selasa, 20 September 2016

Sepucuk Kenangan (Cinta Pertama)



Indahnya kelopak bunga sakura yang berbaris rapi, Deretan bunga matahari yang menengadahkan wajahnya dengan tulus, Tak akan pernah mampu melampaui indahnya kenangan mengenai cinta pertama…

Sepucuk kertas putih memudar, Sekuntum bunga mawar mengering, Sebingkai foto tak lagi membiaskan warnanya, Menandakan bahwa waktu telah berlalu begitu lama. Seorang gadis kecil yang sangat lugu, berwajah ‘baby face’ itu membuka lagi sebuah kotak kecil yang berisi begitu banyak kenangan yang berjajar rapi di dalamnya. Dengan helaan nafas panjang gadis itu mengambil satu persatu barang yang ada di dalam kotak itu, menutup kembali sebuah kotak berwarna pelangi itu dan mengusapnya lembut. Dia melirik ke arah kertas yang menempel di atas kotak itu ’28 September 2011’ Iya benar! Itu tanggal dimana jalinan kasihnya dengan seorang pangeran yang amat di cintainya berakhir. Dia kembali menghela nafas panjang, dan memperhatikan ke arah barang barang yang berserakan di sampingnya. Gadis itu mengambil sepucuk surat yang amat kusam dengan amplop yang di penuhi coretan tinta merah berbentuk hati, Pipinya bersemu merah hanya dengan memandangan tanda hati di amplop itu. ‘Ah! Ini tidak benar’ batin nya. Dengan memberanikan diri gadis itu membuka nya dengan amat berlahan dan membaca kembali deretan kata yang berbaris rapi itu.
Untuk Adinda
Dinda... Bagaimana kabarmu? Mungkin kamu belum mengenalku, namun aku sudah bersikap tidak sopan dan memberanikan diri menghubungimu dengan sepucuk surat ini, Kita berada dalam satu sekolah yang sama, namun aku tak pernah melihatmu sekalipun. Apa mungkin karena murid di sekolah kita terlalu banyak? Tapi biasanya gadis cantik dan kalem sepertimu sangat terlihat dan populer kan? Apa aku yang tidak pernah tau kepopuleranmu itu hehe..
Dinda, Aku sering memperhatikanmu sejak aku memulai sadar diri untuk belajar di akhir semester ini. Aku sering melihatmu di pojok kanan bangku perpustakaan. Kamu selalu berada di bangku sana sendirian dan sibuk dengan tumpukan tugas dan buku yang berjejeran rapi di sampingmu, dan itu membuatku sangat kagum. Apa yang kamu lakukan di akhir pekan nanti? Kalau tidak keberatan aku ingin mengajakmu belajar bersama di perpusatakaan, bangku yang biasa kamu duduki dan di jam yang sama saat kamu berkunjung setiap minggunya. Aku sangat berharap mempunyai kesempatan untuk sekedar berjumpa denganmu walaupun hanya sekali.
26 Januari 2010
Dari seorang pangeran yang sangat mengagumimu
“Tch! Ini surat resmi atau apa? Formal sekali! Dia juga sudah tahu banyak tentangku dari awal, bahkan dia tahu namaku” Dia masih mengingat betul bagaimana surat itu teselip di dalam bukunya yang berada di bangku dimana Ia biasa belajar dan membaca berbagai buku dalam tiap minggunya. Gadis itu kembali menghela nafas dan mengingat kenangan yang indah itu, Dia masih ingat jelas bagaimana pertemuan pertama dengan pangeran nya itu dan ingatan itu kembali Ia munculkan dalam benaknya.
Hari itu akhirnya datang juga, Tepat seminggu setelah dia memenerima surat dari seseorang yang tak Ia kenal sama sekali. Sebenarnya gadis itu tak mengindahkan surat yang di terimanya, namun tak bisa di pungkiri bahwa hadirnya surat itu sangat mengganggunya! Dengan menata niatnya kembali, gadis itu melangkah menuju ke perpustakaan dimana dia biasa belajar sendiri setiap minggu. Gadis itu menyeret lirih kursi yang akan di dudukinya, Gadis itu duduk di pojok kanan perpustakaan seperti biasanya, dia melihat sekeliling nya yang masih sangat sepi. Entah kenapa hari itu dia sangat gelisah dan tak bisa belajar dengan nyaman, gadis itu melirik jam hello kitty miliknya. “Sudah jam sepuluh, ternyata sudah dua jam aku belajar. Apa dia melupakan janjinya sendiri” Gadis itu berbisik lirih.
“Dinda... Apa kamu menungguku?” Ucap seseorang dengan suara lembut namun sangat tegas. Itu! Benar! Suara laki-laki! Aku tidak salah dengar! Gadis itu terkejut dan tanpa sadar menjatuhkan bukunya, dan laki laki itu mengambilnya dan memberikan nya kepada gadis itu. “Te..Terima Kasih” Gadis itu tergagap dan pipinya bersemu. Seorang lelaki berparas tampan, dengan rambut yang tertata rapi, Celana jeans biru pekat dan memakai baju polos putih. ‘Sangat tampan! Dia Pangeran atau apa’ batin nya. Lelaki itu menyeret kursi dengan lirih dan mendekat ke arah dinda, dan dengan sopan nya mengulurkan tangan “Aku Bayu, kamu dinda kan? ” Gadis itu tanpa sadar menatap pangeran nya itu, dan membalas lembut uluran tangan laki laki yang baru diketahuinya bernama bayu. “Ah.. Iya aku adinda” Jawab gadis itu sekenanya.
Entah kenapa seluruh tubuh gadis itu menjadi tersengat listrik, Pipi nya memerah merona dan seperti ada ribuan kupu kupu terbang mengelilinginya. Tidak! Jangan mengatakan nya! Jangan bilang aku sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya dan pada panadangan pertama pula! Hahaha! Benar benar tidak masuk akal! “Kamu sedang belajar apa? Aku tidak mengganggu kan?” Mengganggu! Ia sangat mengusik pikiran dan lebih tepatnya hatinya! “Ti..Tidak, aku sedang belajar untuk ujian tengah semester besok” Jawab gadis itu masih dengan tergagap dan masih amat sekenanya dalam menjawab setiap perkataan sang pangeran itu.
“Oh, sudah ujian tengah semester ya? Cepat sekali ya” Lelaki itu tetap berusaha membuat percakapan dengan sekenanya juga, karena dia tahu ini masih sangat canggung dan dia juga masih sangat malu. “Kakak tidak belajar? Bukankah besok juga sudah ujian?” gadis itu mulai memberanikan diri untuk bertanya dengan lancangnya. Lelaki di sampingnya itu tampak terkesiap dan menyunggingkan senyuman kecil. “Aku kan sudah kelas tiga, jadi fokus ke ujian nasional. Aku sudah dua jam belajar dan memandangimu dari jauh sejak kamu datang tadi” Gadis itu memegang ujung bajunya dan memainkan nya seperti orang bodoh, menandakan bahwa dia benar benar tidak tenang sekarang. Gadis itu kembali melirik pangeran nya itu
“Kakak tau aku datang? Sepertinya aku datang masih sepi” Ah.. Jadi dia sudah kelas tiga, dia harus banyak belajar berarti. Seperti ada sedikit penyesalan yang entah kenapa dia berharap bahwa masih dapat bertemu lebih sering lagi dengan pangeran di sampingnya itu. “Aku berada di ujung kiri di dekat rak buku, bagaimana bisa kamu melihatku hehe” Lelaki itu terkekeh dan menyunggingkan senyuman. Manis! Sangat manis! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan makhluk seperti ini! Benar benar menakjubkan! Tak sadar percakapan mereka sudah berlangsung satu jam, banyak hal yang mereka bicarakan mulai dari kegiatan sekolah dan teman-teman nya di sekolah.
“Sepertinya sudah sangat siang” Gadis itu kembali melirik jam Hello Kitty miliknya dan melihat jarum jam yang sudah menunjukkan jam sebelas lewat lima belas menit. “Ayo pulang bersama, setidaknya sampai di ujung jalan depan” Gadis itu membelalakkan matanya, berbagai hal baru dalam hidupnya terlewati hari ini, Benar benar hari yang sangat indah untuk di kenang. “Iya kak” Jawabnya singkat lalu membereskan buku bukunya yang masih berjejer di meja dan memasukkan ke tas ransel pink miliknya. Mereka berjejeran melangkah keluar perpustakaan, mata gadis itu melihat sekelilingnya dan mendapati bahwa puluhan pasang mata sedang mengekori mereka ‘Apa aku membuat kesalahan?’ ‘Apa salahnya keluar bersama dengan laki laki’ ‘Apa dia lelaki yang populer?’ Batin nya teriris perih.
“Sepertinya akan ada banyak orang yang membenciku” Pungkas gadis itu, dan kembali melirik pria di sampingnya itu. Bagaimana tidak! Pasalnya lelaki yang berada di sampingnya itu merupakan pangeran paling populer di sekolahnya, gadis gadis di sekolahnya juga sangat kagum dengan segala keuletan, kecerdasan dan terutama ketampanan lelaki itu. Yang aneh itu adalah bagaimana bisa gadis itu tidak mengenalnya sama sekali! “Sepertinya hujan, kamu bawa payung?” gadis itu kembali tersadarkan dengan percakapan kecil yang di  buat oleh lelaki di sampingnya. “Tidak, aku tidak mengira bahwa akan hujan jadi aku tidak bawa payung, kakak bawa payung?” Seingatnya ini merupakan kata kata paling panjang yang di ucapkannya selama ini.
“Aku juga tidak membawa payung, ayo kita berlari saja dulu sampai ke gazebo ujung jalan itu” Belum juga sempat menjawab perkataan sang pangeran itu, lelaki itu sudah terlebih dahulu menggandeng tangan kiri sang gadis dan membawanya lari bersama di bawah guyuran hujan yang membasahinya. Gadis itu sangat kaget bukan kepalang, dia hanya membelalakkan matanya lebar dan mengikuti langkah lebar sang pangeran. Setelah sampai di gazebo di ujung jalan yang membelah kedua jalan ke rumah mereka masing masing mereka saling memandang. “Ma..Maaf aku tidak sengaja, Aku tadi terburu buru” Lelaki itu melepaskan gandengan tangan mereka dan duduk di ujung gazebo itu, Entah kenapa suasana menjadi sangat canggung! Gadis itu duduk di ujung yang berlawanan dengan sang pangeran itu dan kembali memelintir ujung bajunya, dan sesekali melirik lelaki di ujung yang berlawanan dengannya itu.
Lelaki itu sibuk mengeringkan dan menyibakkan rambutnya, dan anehnya lagi itu membuat ketampanan nya beratambah tiga ratus enam puluh derajat! Astaga apa yang aku pikirkan! “Kamu kedinginginan?” Ucap lelaki itu berhati hati, karena dia tahu bahwa gadis itu sangat tidak nyaman sekarang, kesimpulan itu dia ambil karena melihat polah gadis itu yang terus memelintir ujung bajunya. “Tidak kak” Gadis itu mengelak bahwa sebenarnya dia amat sangat kedinginan, lelaki itu membuka tas nya dan mengambil jaket abu abu tebal miliknya dan mendekat kepada gadis itu. “Sepertinya hujan sudah berhenti, kamu pakai saja jaket ini dulu dan pulanglah, ini sudah sangat siang nanti orang tua mu bingung mencarimu”
Gadis itu hanya memandang kepada sang pangeran, dan mengulurkan tanganya untuk mengambil jaket itu dan memakainya. Sebenarnya dia tak ingin menerimanya, karena dia tahu bahwa sang pangeran pasti juga sangat kedinginan, Entah ini alibi dari sang pangeran untuk bisa bertemu dengan nya kembali atau apapun itu gadis itu sangat senang menerimanya. Lebih lagi gadis itu tak ingin membuat lelaki di sampingnya itu kecewa, karena ini kali pertama mereka pertemu bukankah alangkah baiknya membuat kesan yang baik? Entahlah yang pasti gadis itu sangat senang. “Sekarang kamu pulang lah, sebelum hujan kembali turun. Aku harap kita masih bisa bertemu kembali” Ucap lelaki itu dengan penuh rasa perhatian yang tercurahkan kepada sang gadis. “Iya kak, terima kasih banyak”
Gadis itu melangkahkan kakinya ke arah ujung jalan yang mengarah di rumahnya, bahkan lidah nya sangat kelu untuk sekedar mengucapkan ‘senang bertemu denganmu’ ‘aku juga ingin menemu lagi’ dengan perhatian yang tetap tertuju kepada sang gadis, mata laki laki itu terus mengekori punggung gadis itu hingga menghilang di kejauhan. Lelaki itu bahkan berjanji pada dirinya sendiri bahwa mulai saat itu dia akan menyukai hujan.
Tetes demi tetes air hujan yang penuh kenangan, melahirkan indahnya sang pelangi yang membias di angkasa, melukiskan segala indahnya kenangan yang memancar, membuat semua orang iri akan indahnya dan indahnya cinta pertama...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar