Indahnya kelopak bunga sakura yang berbaris rapi, Deretan bunga
matahari yang menengadahkan wajahnya dengan tulus, Tak akan pernah mampu
melampaui indahnya kenangan mengenai cinta pertama…
Sepucuk kertas
putih memudar, Sekuntum bunga mawar mengering, Sebingkai foto tak lagi
membiaskan warnanya, Menandakan bahwa waktu telah berlalu begitu lama. Seorang
gadis kecil yang sangat lugu, berwajah ‘baby face’ itu membuka lagi sebuah
kotak kecil yang berisi begitu banyak kenangan yang berjajar rapi di dalamnya.
Dengan helaan nafas panjang gadis itu mengambil satu persatu barang yang ada di dalam kotak itu, menutup
kembali sebuah kotak berwarna pelangi itu dan mengusapnya lembut. Dia melirik
ke arah kertas yang menempel di atas kotak itu ’28 September 2011’ Iya benar!
Itu tanggal dimana jalinan kasihnya dengan seorang pangeran yang amat di
cintainya berakhir. Dia kembali menghela nafas panjang, dan memperhatikan ke
arah barang barang yang berserakan di sampingnya. Gadis itu mengambil sepucuk
surat yang amat kusam dengan amplop yang di penuhi coretan tinta merah
berbentuk hati, Pipinya bersemu merah hanya dengan memandangan tanda hati di
amplop itu. ‘Ah! Ini tidak benar’ batin nya. Dengan memberanikan diri gadis itu
membuka nya dengan amat berlahan dan membaca kembali deretan kata yang berbaris
rapi itu.
Untuk Adinda
Dinda... Bagaimana kabarmu? Mungkin kamu belum
mengenalku, namun aku sudah bersikap tidak sopan dan memberanikan diri
menghubungimu dengan sepucuk surat ini, Kita berada dalam satu sekolah yang
sama, namun aku tak pernah melihatmu sekalipun. Apa mungkin karena murid di
sekolah kita terlalu banyak? Tapi biasanya gadis cantik dan kalem sepertimu
sangat terlihat dan populer kan? Apa aku yang tidak pernah tau kepopuleranmu
itu hehe..
Dinda, Aku sering memperhatikanmu sejak aku memulai sadar
diri untuk belajar di akhir semester ini. Aku sering melihatmu di pojok kanan
bangku perpustakaan. Kamu selalu berada di bangku sana sendirian dan sibuk
dengan tumpukan tugas dan buku yang berjejeran rapi di sampingmu, dan itu
membuatku sangat kagum. Apa yang kamu lakukan di akhir pekan nanti? Kalau tidak
keberatan aku ingin mengajakmu belajar bersama di perpusatakaan, bangku yang
biasa kamu duduki dan di jam yang sama saat kamu berkunjung setiap minggunya.
Aku sangat berharap mempunyai kesempatan untuk sekedar berjumpa denganmu
walaupun hanya sekali.
26 Januari 2010
Dari seorang pangeran yang sangat mengagumimu
“Tch! Ini surat resmi atau apa? Formal sekali! Dia juga
sudah tahu banyak tentangku dari awal, bahkan dia tahu namaku” Dia masih mengingat
betul bagaimana surat itu teselip di dalam bukunya yang berada di bangku dimana
Ia biasa belajar dan membaca berbagai buku dalam tiap minggunya. Gadis itu
kembali menghela nafas dan mengingat kenangan yang indah itu, Dia masih ingat jelas
bagaimana pertemuan pertama dengan pangeran nya itu dan ingatan itu kembali Ia
munculkan dalam benaknya.
Hari itu akhirnya datang juga, Tepat seminggu setelah dia
memenerima surat dari seseorang yang tak Ia kenal sama sekali. Sebenarnya gadis
itu tak mengindahkan surat yang di terimanya, namun tak bisa di pungkiri bahwa
hadirnya surat itu sangat mengganggunya! Dengan menata niatnya kembali, gadis
itu melangkah menuju ke perpustakaan dimana dia biasa belajar sendiri setiap
minggu. Gadis itu menyeret lirih kursi yang akan di dudukinya, Gadis itu duduk
di pojok kanan perpustakaan seperti biasanya, dia melihat sekeliling nya yang
masih sangat sepi. Entah kenapa hari itu dia sangat gelisah dan tak bisa
belajar dengan nyaman, gadis itu melirik jam hello kitty miliknya. “Sudah jam
sepuluh, ternyata sudah dua jam aku belajar. Apa dia melupakan janjinya
sendiri” Gadis itu berbisik lirih.
“Dinda... Apa kamu menungguku?” Ucap seseorang dengan
suara lembut namun sangat tegas. Itu! Benar! Suara laki-laki! Aku tidak salah
dengar! Gadis itu terkejut dan tanpa sadar menjatuhkan bukunya, dan laki laki
itu mengambilnya dan memberikan nya kepada gadis itu. “Te..Terima Kasih” Gadis
itu tergagap dan pipinya bersemu. Seorang lelaki berparas tampan, dengan rambut
yang tertata rapi, Celana jeans biru pekat dan memakai baju polos putih.
‘Sangat tampan! Dia Pangeran atau apa’ batin nya. Lelaki itu menyeret kursi
dengan lirih dan mendekat ke arah dinda, dan dengan sopan nya mengulurkan
tangan “Aku Bayu, kamu dinda kan? ” Gadis itu tanpa sadar menatap pangeran nya
itu, dan membalas lembut uluran tangan laki laki yang baru diketahuinya bernama
bayu. “Ah.. Iya aku adinda” Jawab gadis itu sekenanya.
Entah kenapa seluruh tubuh gadis itu menjadi tersengat
listrik, Pipi nya memerah merona dan seperti ada ribuan kupu kupu terbang
mengelilinginya. Tidak! Jangan mengatakan nya! Jangan bilang aku sedang jatuh
cinta untuk pertama kalinya dan pada panadangan pertama pula! Hahaha! Benar
benar tidak masuk akal! “Kamu sedang belajar apa? Aku tidak mengganggu kan?”
Mengganggu! Ia sangat mengusik pikiran dan lebih tepatnya hatinya! “Ti..Tidak,
aku sedang belajar untuk ujian tengah semester besok” Jawab gadis itu masih
dengan tergagap dan masih amat sekenanya dalam menjawab setiap perkataan sang
pangeran itu.
“Oh, sudah ujian tengah semester ya? Cepat sekali ya”
Lelaki itu tetap berusaha membuat percakapan dengan sekenanya juga, karena dia
tahu ini masih sangat canggung dan dia juga masih sangat malu. “Kakak tidak
belajar? Bukankah besok juga sudah ujian?” gadis itu mulai memberanikan diri
untuk bertanya dengan lancangnya. Lelaki di sampingnya itu tampak terkesiap dan
menyunggingkan senyuman kecil. “Aku kan sudah kelas tiga, jadi fokus ke ujian
nasional. Aku sudah dua jam belajar dan memandangimu dari jauh sejak kamu
datang tadi” Gadis itu memegang ujung bajunya dan memainkan nya seperti orang
bodoh, menandakan bahwa dia benar benar tidak tenang sekarang. Gadis itu
kembali melirik pangeran nya itu
“Kakak tau aku datang? Sepertinya aku datang masih sepi”
Ah.. Jadi dia sudah kelas tiga, dia harus banyak belajar berarti. Seperti ada
sedikit penyesalan yang entah kenapa dia berharap bahwa masih dapat bertemu
lebih sering lagi dengan pangeran di sampingnya itu. “Aku berada di ujung kiri
di dekat rak buku, bagaimana bisa kamu melihatku hehe” Lelaki itu terkekeh dan
menyunggingkan senyuman. Manis! Sangat manis! Bagaimana bisa Tuhan menciptakan
makhluk seperti ini! Benar benar menakjubkan! Tak sadar percakapan mereka sudah
berlangsung satu jam, banyak hal yang mereka bicarakan mulai dari kegiatan
sekolah dan teman-teman nya di sekolah.
“Sepertinya sudah sangat siang” Gadis itu kembali melirik
jam Hello Kitty miliknya dan melihat jarum jam yang sudah menunjukkan jam
sebelas lewat lima belas menit. “Ayo pulang bersama, setidaknya sampai di ujung
jalan depan” Gadis itu membelalakkan matanya, berbagai hal baru dalam hidupnya
terlewati hari ini, Benar benar hari yang sangat indah untuk di kenang. “Iya
kak” Jawabnya singkat lalu membereskan buku bukunya yang masih berjejer di meja
dan memasukkan ke tas ransel pink miliknya. Mereka berjejeran melangkah keluar
perpustakaan, mata gadis itu melihat sekelilingnya dan mendapati bahwa puluhan
pasang mata sedang mengekori mereka ‘Apa aku membuat kesalahan?’ ‘Apa salahnya
keluar bersama dengan laki laki’ ‘Apa dia lelaki yang populer?’ Batin nya
teriris perih.
“Sepertinya akan ada banyak orang yang membenciku”
Pungkas gadis itu, dan kembali melirik pria di sampingnya itu. Bagaimana tidak!
Pasalnya lelaki yang berada di sampingnya itu merupakan pangeran paling populer
di sekolahnya, gadis gadis di sekolahnya juga sangat kagum dengan segala
keuletan, kecerdasan dan terutama ketampanan lelaki itu. Yang aneh itu adalah
bagaimana bisa gadis itu tidak mengenalnya sama sekali! “Sepertinya hujan, kamu
bawa payung?” gadis itu kembali tersadarkan dengan percakapan kecil yang
di buat oleh lelaki di sampingnya.
“Tidak, aku tidak mengira bahwa akan hujan jadi aku tidak bawa payung, kakak
bawa payung?” Seingatnya ini merupakan kata kata paling panjang yang di
ucapkannya selama ini.
“Aku juga tidak membawa payung, ayo kita berlari saja
dulu sampai ke gazebo ujung jalan itu” Belum juga sempat menjawab perkataan
sang pangeran itu, lelaki itu sudah terlebih dahulu menggandeng tangan kiri
sang gadis dan membawanya lari bersama di bawah guyuran hujan yang
membasahinya. Gadis itu sangat kaget bukan kepalang, dia hanya membelalakkan
matanya lebar dan mengikuti langkah lebar sang pangeran. Setelah sampai di
gazebo di ujung jalan yang membelah kedua jalan ke rumah mereka masing masing
mereka saling memandang. “Ma..Maaf aku tidak sengaja, Aku tadi terburu buru”
Lelaki itu melepaskan gandengan tangan mereka dan duduk di ujung gazebo itu,
Entah kenapa suasana menjadi sangat canggung! Gadis itu duduk di ujung yang
berlawanan dengan sang pangeran itu dan kembali memelintir ujung bajunya, dan
sesekali melirik lelaki di ujung yang berlawanan dengannya itu.
Lelaki itu sibuk mengeringkan dan menyibakkan rambutnya,
dan anehnya lagi itu membuat ketampanan nya beratambah tiga ratus enam puluh
derajat! Astaga apa yang aku pikirkan! “Kamu kedinginginan?” Ucap lelaki itu
berhati hati, karena dia tahu bahwa gadis itu sangat tidak nyaman sekarang,
kesimpulan itu dia ambil karena melihat polah gadis itu yang terus memelintir ujung
bajunya. “Tidak kak” Gadis itu mengelak bahwa sebenarnya dia amat sangat
kedinginan, lelaki itu membuka tas nya dan mengambil jaket abu abu tebal
miliknya dan mendekat kepada gadis itu. “Sepertinya hujan sudah berhenti, kamu
pakai saja jaket ini dulu dan pulanglah, ini sudah sangat siang nanti orang tua
mu bingung mencarimu”
Gadis itu hanya memandang kepada sang pangeran, dan
mengulurkan tanganya untuk mengambil jaket itu dan memakainya. Sebenarnya dia
tak ingin menerimanya, karena dia tahu bahwa sang pangeran pasti juga sangat
kedinginan, Entah ini alibi dari sang pangeran untuk bisa bertemu dengan nya
kembali atau apapun itu gadis itu sangat senang menerimanya. Lebih lagi gadis
itu tak ingin membuat lelaki di sampingnya itu kecewa, karena ini kali pertama
mereka pertemu bukankah alangkah baiknya membuat kesan yang baik? Entahlah yang
pasti gadis itu sangat senang. “Sekarang kamu pulang lah, sebelum hujan kembali
turun. Aku harap kita masih bisa bertemu kembali” Ucap lelaki itu dengan penuh
rasa perhatian yang tercurahkan kepada sang gadis. “Iya kak, terima kasih
banyak”
Gadis itu melangkahkan kakinya ke arah ujung jalan yang
mengarah di rumahnya, bahkan lidah nya sangat kelu untuk sekedar mengucapkan
‘senang bertemu denganmu’ ‘aku juga ingin menemu lagi’ dengan perhatian yang
tetap tertuju kepada sang gadis, mata laki laki itu terus mengekori punggung
gadis itu hingga menghilang di kejauhan. Lelaki itu bahkan berjanji pada
dirinya sendiri bahwa mulai saat itu dia akan menyukai hujan.
Tetes demi tetes air hujan yang penuh kenangan, melahirkan indahnya sang pelangi
yang membias di angkasa, melukiskan segala indahnya kenangan yang memancar,
membuat semua orang iri akan indahnya dan indahnya cinta pertama...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar