Selasa, 25 Oktober 2016

GEGAP GEMPITA PERTINAS V BUMI PERKEMAHAN SERUT BLITAR


            Oktober tujuh belas sampai dua puluh tiga adalah seminggu paling berharga bagi peserta yang mengikuti perkemahan tingkat Nasional di Blitar. Karena dalam skala Nasional acara ini mengundang banyak perhatian dari masyarakat sekitar, akupun juga sedikit tertarik dengan acara itu. Sedikit rasa tertarik itu muncul saat mendengar cakupan Nasional yang tersemat dalam acara tersebut. Aku yakin acaranya akan bagus, jadi aku mengajak salah teman asramaku untuk menginap di rumahku.
            Hari sabtu adalah malam puncak dari serangkaian acara perkemahan berskala Nasional itu. Kami akan berangkat menuju lapangan utama tempat berlangsungnya acara, namun aku harus menunggu ibu pulang dari yasinan dahulu. Kami berangkat pukul setengah delapan malam dengan sepuluh orang rombongan keluargaku dengan memakai kendaraan motor dan saling berboncengan. Sesampainya di dekat tempat pelaksanaan perkemahan, kami memarkirkan motor di rumah salah satu saudara dari ibuku.
            Kami memulai perjalanan dengan berkeliling di pasar tradisional dadakan yang muncul di area perkemahan. Aku sangat bosan dan tidak tertarik dengan para penjual yang berjejeran, aku hanya ingin langsung melihat pensi dari berbagai kota. Akhirnya kami langsung ke lapangan utama yang terdapat panggung megah dan pencahayaan yang luar biasa mengagumkan. Aku juga sudah berjanjian akan bertemu dengan temanku di tempat itu untuk sekedar menyaksikan bersama.
            Kami berada di sebelah barat panggung di bagian depan di kelilingi dengan para laki-laki dan perempuan yang memakai baju pramuka lengkap dengan segala macam aksesoris nya. Tiba-tiba suara keras muncul dari atas panggung.
            “Siapa ketua pramuka di kwartir Blitar?” sang pembawa acara menjanjikan satu lembar kertas merah untuk yang mampu menjawab, namun harus seseorang dari luar blitar yang menjawab.
            “Aku..aku” Mbak ku justru kegirangan ingin menjawab, padahal dia tidak memakai baju pramuka dan berdomisili di Blitar. Salah satu mahluk di sebelahnya juga ikut nimbrung.
            “Mbak kalau bisa kasih tau saya saja hehe” mbak ku dengan cekatan dan sok kenal ikut menambahkan percakapan dengan orang yang baru di kenalnya itu.
            “Loh… mas nya domisili mana loh?” Tanpa  menjawab, sesosok laki-laki dengan tubuh tegap, dan cukup tampan itu menunjukkan bet yang tertera di baju kanannya.
            “Oh… Lampung” mbak ku tertegun dan sedikit rasa sumringah mendengar kota yang jauh dari kota kecil kami.
            “Ndut, aku di ajak kenalan orang lampung” mbak ku dengan girangnya menggoyangkan bajuku dan memamerkan percakapan singkatnya itu.
            “Iku namane percakapan singkat dengan orang asing mbak uduk kenalan haha” Aku menjulurkan lidahku sebagai tanda mengejeknya, sebenarnya aku  juga cukup girang melihat percakapan mereka tadi.
            Suara lagu “Sipong-Sipong” muncul dengan keras dari atas panggung, aku melihat sekelilingku sedang ikut menari bersama, dan akupun mengikuti gerakan mereka dengan girangnya. Kami bertiga lebih tepatnya aku, mbak ku dan salah satu temanku ikut bergoyang dengan girangnya. Ibu dan bulek ku yang melihat kelakuan kami hanya mampu menggelengkan kepalanya dan tertawa.
            Di acara tersebut kita di suguhkan berbagai penampilan tari-tarian tradisional dari berbagai daerah, dan di tutup dengan penampilan dari yang amat sangat memukau dari rayon Blitar. Rombongan pramuka dari tuan rumah itu mengusung tema ‘Asal mula kota Blitar’
            Aku sudah berada di bagian panggung sangat depan dan di sebelah panggung bagian timur karena tadi aku sibuk mencari teman-temanku. Saat penampilan drama kolosal dari tuan rumah itu di mulai, teman-temanku berteriak.
“Bandung bondowoso...” Dengan menirukan gaya ku saat tampil pensi dulu, aku terkekeh melihat kelakuan mereka.
“Plis..Move on plis” Teriak ku kepada mereka yang sengaja mengejekku dengan kelakuan lucu mereka.
Kami benar-benar menikmati penampilan itu, menurutku penampilan dari wilayah tuan rumah lah yang paling memukau. Dengan segala tata rias dan peran yang dimainkan dengan amat teliti, membuat mereka menjadi bintang dalam dua puluh menit penampilan elok mereka.
Setelah penampilan mereka selesai, ternyata ada bintang tamu yang kata pembawa acaranya langsung di datangkan dari ibu kota. Ternyata bintang tamunya adalah band ternamaan ibu kota yaitu Drive. Sebetulnya aku tidak begitu tertarik namun aku hanya menyaksikan penampilan mereka yang sangat panas di panggung.
Aku melirik sekelilingku semua sangat antusias, sedangkan aku malah di gelayuti rasa kantuk yang amat sangat. Aku melirik telpon genggamku yang sudah menunjukkan jam sepuluh lebih. Aku menghampiri ibuku dan melihat rasa bosan yang amat tergambar.
“Ayo pulang, sudah berahir semua tampilannya. Iku band opo jingkrak-jingkrak gak jelas” Aku tertawa melihat ibuku yang melihat band itu, justru ibu merespon nya dengan pandangan aneh dan tidak biasa. Aku yang sedari tadi menggendong anak dari bulek ku juga sudah pegal, kedua sepupuku juga sudah mengajak pulang.
Sementara dua orang yang baru kenal ini, mbak ku dan teman ku masih asik dan enggan untuk meninggalkan lapangan pertunjukan. Dengan berat hati aku mengajak mereka pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar