Cara seseorang
dalam berpakaian merupakan hal pertama yang akan menjadi penilaian bagi
kacamata kaum awam yang tidak saling mengenal. Walaupun ini terkesan
menghakimi, namun kenyataanya bahwa seseorang mempunyai hak untuk saling
menilai sesuai pendapat mereka.
Terutama cara
berpakaian mereka yang akan menjadi sorotan semua orang dengan berbagai
pendapat yang mereka miliki. Lebih lagi cara berpakaian kaum hawa yang akan
menjadi sorotan tidak hanya kaum adam, namun juga akan menjadi gunjingan di
antara kaum hawa sendiri. Jika melihat dunia luar terutama dalam ranah
perkuliahan, ada berbagai macam cara berpakaian mereka baik itu kaum adam
maupun kaum hawa.
Menurut kaca
mataku selama ini, dalam berpakaian kaum adam hanya dengan mengenakan celana
jeans dam hem saja sudah dapat di katakana rapi, sementara akan berbeda cerita
bila kaum hawa yang mengenakannya. Akan
timbul berbagai komentar baik dan buruk.
Melihat dunia
perkuliahan yang sudah lima semester ini aku geluti, ada berbagai macam cara
berpakaian di antara sesama kaum hawa, seperti:
1. Mengenakan rok ketat dengan belahan belakang, baju ketat tidak melebihi
pinggul, jilbab yang dapat di model dengan berbagai macam gaya dan tidak
menutupi bagian dada mereka. Tidak hanya itu namun juga di lengkapi dengan
sepatu bermerk, juga tas jinjing kece. Golongan seperti ini dapat dikatakan
gadis-gadis kekinian abad dua puluh satu.
2. Mengenakan rok sekenanya, baju hem atau batik seadanya, jilbab paris tipis
yang di pakai hanya dengan jarum pentul dan mengenakan tas gendong dan sandal
anti air. Gadis seperti ini ada beberapa kemungkinan. Pertama, tidak
peduli dengan fashion dan tanggapan orang lain. Kedua, tidak memilih
memakai pakaian kekinian dan syar’i. Kaum seperti ini biasanya di labeli dengan
sebutan kaum tengah.
3. Menggunakan jubah dan jilbab besar yang di dominasi warna hitam pekat, tas
gendong atau tas jinjing, sepatu feminim. Jika melihat cara berpakaian mereka
yang seolah menimbulkan kesan sangat anggun dan sholihah, sebenarnya mereka
yang berpakaian syar’i seperti ini akan mendapat beberapa pendapat dari orang
lain. Pertama, Mereka akan mendapat penilaian perempuan anggun yang taat
ibadah kepada Allah, sholihah dan sopan. Kedua, Ingin terlihat anggun
dan mendapat pujian dari orang lain.
Melihat cara berpakain kaum hawa yang
bermacam-macam ini dalam ranah perkuliahan yang pernah aku temui, dapat kita
simpulkan bahwa ada beberapa kemungkinan dan alasan mereka sendiri memilih gaya
dan cara berpakain mereka. Bagaimanapun cara kita berpakaian, menurut
pendapatku akan lebih baik jika dalam berpakaian akan mendapatkan rasa nyaman,
bukan pujian dari orang lain.
Jika kita hanya mempedulikan kritik dari orang
lain dan tidak kunjung mendapat solusi, maka akankah lebih baik jika kita berpakaian
dengan mempedulikan rasa nyaman yang kita, tidak untuk menunjukkan sesuatu hal
yang berlebihan apalagi jika hanya untuk mendapatkan pujian dari orang lain.
Orang lain yang melihat cara kita berpakaian akan terdapat berbagai komentar
baik dan buruk.
Seperti kisah abu nawas dan anaknya yang akan
berpergian keluar kota dengan menggunakan keledai di bawah ini
Abu Nawas dan anaknya akan pergi ke suatu kota
dengan menuntun seekor keledai. Saat melewati daerah A, Abu Nawas mendengar
beberapa orang yang membicarakan dirinya, “Hei, lihat Abu Nawas dan anaknya
adalah orang yang bodoh. Mereka membawa seekor keledai tapi tidak ditunggangi.”
Mendengar itu lantas Abu Nawas menaiki keledai dan anaknya menuntun keledai
tersebut
Tiba di kota B, Abu Nawas kembali mendengar
bisik-bisik mengenai dirinya. “Hei, lihat. Abu Nawas adalah seorang ayah
yang tidak menyanyangi putranya. Dia membiarkan anaknya berjalan sedangkan
dirinya menungganggi keledai itu seorang diri.” Mendengar itu, Abu Nawas turun
dari keledai dan anaknya menungganggi keledai tersebut.
Tiba di kota C, orang-orang di kota membicarakan
dirinya. “Hei, lihat. Anak Abu Nawas adalah seorang anak yang durhaka. Dia
membiarkan ayahnya berjalan kaki sedangkan dia menungganggi keledai seorang
diri.” Akhirnya Abu Nawas dan anaknya menunggangi keledai itu berdua.
Di kota D, kembali orang-orang berbicara. “Hei
Abu Nawas. Tidakkah kau berkasihan kepada keledai tua itu. Dia tidak kuat
menanggung beban dua orang. Turunlah dan gendonglah keledai itu.” Mendengar
perkataan orang itu, maka Abu Nawas dan anaknya menggendong keledai itu di
punggungnya. Sepanjang sisa perjalanan orang-orang terus mebicarakan mereka.
Melihat cerita tentang abu
nawas di atas, yang dapat kita simpulkan adalah jika kita mendengarkan omongan
orang lain, tidak akan ada habisnya. Jika kita sudah menuruti saran dari orang
lain tersebut, kita juga akan tetap mendapat berbagai gunjingan baik dan buruk
dari orang lain.
Jika dilihat dari ranah
agama islam, telah di paparkan di dalam Al-Qur’an dan berbagai sabda rosul di
hadits, salah satunya yang terdapat dalam surah Al A’raf
ayat 26 yang
artinya:
“Hai,
anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling
baik. Yang demikian itu adalah sebagaian dari tanda-tanda Kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat”
Sebagai seseorang yang
beriman kepada Allah, akan lebih baik jika kita dapat menjalankan segala hal
yang telah di perintahkan kepada kita terutama dalam hal berpakaian ini.
Penulisan di atas di
tunjukkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Kreatif yang di
ampu oleh dosen yang sangat saya hormati Bapak Habibur Rohman, M.Pd
#PenulisanKreatifPGMI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar