Rabu, 26 Oktober 2016

PILIH SYAR’I ATAU KEKINIAN?

Cara seseorang dalam berpakaian merupakan hal pertama yang akan menjadi penilaian bagi kacamata kaum awam yang tidak saling mengenal. Walaupun ini terkesan menghakimi, namun kenyataanya bahwa seseorang mempunyai hak untuk saling menilai sesuai pendapat mereka.
Terutama cara berpakaian mereka yang akan menjadi sorotan semua orang dengan berbagai pendapat yang mereka miliki. Lebih lagi cara berpakaian kaum hawa yang akan menjadi sorotan tidak hanya kaum adam, namun juga akan menjadi gunjingan di antara kaum hawa sendiri. Jika melihat dunia luar terutama dalam ranah perkuliahan, ada berbagai macam cara berpakaian mereka baik itu kaum adam maupun kaum hawa.
Menurut kaca mataku selama ini, dalam berpakaian kaum adam hanya dengan mengenakan celana jeans dam hem saja sudah dapat di katakana rapi, sementara akan berbeda cerita bila kaum hawa  yang mengenakannya. Akan timbul berbagai komentar baik dan buruk.
Melihat dunia perkuliahan yang sudah lima semester ini aku geluti, ada berbagai macam cara berpakaian di antara sesama kaum hawa, seperti:
1.      Mengenakan rok ketat dengan belahan belakang, baju ketat tidak melebihi pinggul, jilbab yang dapat di model dengan berbagai macam gaya dan tidak menutupi bagian dada mereka. Tidak hanya itu namun juga di lengkapi dengan sepatu bermerk, juga tas jinjing kece. Golongan seperti ini dapat dikatakan gadis-gadis kekinian abad dua puluh satu.
2.      Mengenakan rok sekenanya, baju hem atau batik seadanya, jilbab paris tipis yang di pakai hanya dengan jarum pentul dan mengenakan tas gendong dan sandal anti air. Gadis seperti ini ada beberapa kemungkinan. Pertama, tidak peduli dengan fashion dan tanggapan orang lain. Kedua, tidak memilih memakai pakaian kekinian dan syar’i. Kaum seperti ini biasanya di labeli dengan sebutan kaum tengah.
3.      Menggunakan jubah dan jilbab besar yang di dominasi warna hitam pekat, tas gendong atau tas jinjing, sepatu feminim. Jika melihat cara berpakaian mereka yang seolah menimbulkan kesan sangat anggun dan sholihah, sebenarnya mereka yang berpakaian syar’i seperti ini akan mendapat beberapa pendapat dari orang lain. Pertama, Mereka akan mendapat penilaian perempuan anggun yang taat ibadah kepada Allah, sholihah dan sopan. Kedua, Ingin terlihat anggun dan mendapat pujian dari orang lain.

Melihat cara berpakain kaum hawa yang bermacam-macam ini dalam ranah perkuliahan yang pernah aku temui, dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa kemungkinan dan alasan mereka sendiri memilih gaya dan cara berpakain mereka. Bagaimanapun cara kita berpakaian, menurut pendapatku akan lebih baik jika dalam berpakaian akan mendapatkan rasa nyaman, bukan pujian dari orang lain.
Jika kita hanya mempedulikan kritik dari orang lain dan tidak kunjung mendapat solusi, maka akankah lebih baik jika kita berpakaian dengan mempedulikan rasa nyaman yang kita, tidak untuk menunjukkan sesuatu hal yang berlebihan apalagi jika hanya untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Orang lain yang melihat cara kita berpakaian akan terdapat berbagai komentar baik dan buruk. 

Seperti kisah abu nawas dan anaknya yang akan berpergian keluar kota dengan menggunakan keledai di bawah ini
Abu Nawas dan anaknya akan pergi ke suatu kota dengan menuntun seekor keledai. Saat melewati daerah A, Abu Nawas mendengar beberapa orang yang membicarakan dirinya, “Hei, lihat Abu Nawas dan anaknya adalah orang yang bodoh. Mereka membawa seekor keledai tapi tidak ditunggangi.” Mendengar itu lantas Abu Nawas menaiki keledai dan anaknya menuntun keledai tersebut
Tiba di kota B, Abu Nawas kembali mendengar bisik-bisik mengenai dirinya. “Hei, lihat.  Abu Nawas adalah seorang ayah yang tidak menyanyangi putranya. Dia membiarkan anaknya berjalan sedangkan dirinya menungganggi keledai itu seorang diri.” Mendengar itu, Abu Nawas turun dari keledai dan anaknya menungganggi keledai tersebut.
Tiba di kota C, orang-orang di kota membicarakan dirinya. “Hei, lihat. Anak Abu Nawas adalah seorang anak yang durhaka. Dia membiarkan ayahnya berjalan kaki sedangkan dia menungganggi keledai seorang diri.” Akhirnya Abu Nawas dan anaknya menunggangi keledai itu berdua.
Di kota D, kembali orang-orang berbicara. “Hei Abu Nawas. Tidakkah kau berkasihan kepada keledai tua itu. Dia tidak kuat menanggung beban dua orang. Turunlah dan gendonglah keledai itu.” Mendengar perkataan orang itu, maka Abu Nawas dan anaknya menggendong keledai itu di punggungnya. Sepanjang sisa perjalanan orang-orang terus mebicarakan mereka.
Melihat cerita tentang abu nawas di atas, yang dapat kita simpulkan adalah jika kita mendengarkan omongan orang lain, tidak akan ada habisnya. Jika kita sudah menuruti saran dari orang lain tersebut, kita juga akan tetap mendapat berbagai gunjingan baik dan buruk dari orang lain.
Jika dilihat dari ranah agama islam, telah di paparkan di dalam Al-Qur’an dan berbagai sabda rosul di hadits, salah satunya yang terdapat dalam surah Al A’raf  ayat 26 yang artinya:
Hai, anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagaian dari tanda-tanda Kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat
Sebagai seseorang yang beriman kepada Allah, akan lebih baik jika kita dapat menjalankan segala hal yang telah di perintahkan kepada kita terutama dalam hal berpakaian ini.

Penulisan di atas di tunjukkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penulisan Kreatif yang di ampu oleh dosen yang sangat saya hormati Bapak Habibur Rohman, M.Pd
#PenulisanKreatifPGMI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar