Jika kamu berusaha
semua jalan akan terbuka dengan
sendirinya.
Angin
berhembus menerpa kulit, menyapu lembut telapak tangan yang kian mendingin.
Setauku aku tidak pernah merasakan darahku semendidih ini, diluar sana udara
sangat panas bahkan di ruang di mana kami duduk menuntut ilmu ini sangat panas,
aku berbicara begitu bukan tanpa alasan. Pasalnya setelah menengok kanan dan kiri
teman sekelasku sibuk menyegarkan tubuhnya.
Beberapa
dari mereka ada yang mengipasi tubuhnya dengan kipas kecil, buku tipis, bahkan
anehnya ada yang menggunakan makalah fotokopi hasil presentasi dari kelompok
lain sebagai kipas untuk membuat rasa panas yang menghinggapi tubuhnya itu
menghilang. Anehnya pedoman anak kuliah itu 'mengipasi tubuh dengan fotokopi
makalah lebih terasa segar dari pada kipas' entahlah banyolan apalagi yang
mereka celetuk kan, aku tak sanggup tertawa sekarang.
Jika kalian mengira aku sedang di hukum dosen
karena tidak mengerjakan tugas, atau sedang bermusuhan dengan teman sekelas.
Tidak, Kalian salah! setiap akhir semester di kelas kami selalu berlangsung
proses pemilihan ketua, anehnya namaku salah satu yang tercantum di papan putih
itu. Bagaimana bisa? atas dasar itu mereka mencalonkanku sebagai ketua kelas. Mereka
mengajukanku karena mereka yakin aku bisa mengayomi mereka, kalian pikir ini
pemilihan ketua ibu-ibu pkk atau aku sedang mencari anak untuk di asuh? yang
benar saja.
Selama
proses pemilihan berlangsung jantungku tak henti hentinya berdetak, jantungku
berpacu dengan sangat cepat. Kenapa bisa sebegini menegangkannya, ingin rasanya
keluar dari kelas dan berteriak seperti orang bodoh. Dan tibalah pada tahap akhir
pemilihan ketua, ketakutanku telah menuai ujung tanduk, sangat tidak bisa
kupercaya setalah melihat papan putih itu. Jantungku semakin berpacu tak karuan
pasalnya aku terpilih sebagai ketua kelas semester 5 ini.
“Astaga!
Dunia macam apa ini?' “Aku sedang dimana?' Batinku lirih. Masih belum sadar
dengan apa yang terjadi, ingin rasanya menampar pipi sendiri agar sadar bahwa
ini bukan mimpi. Anehnya aku berharap bahwa ini adalah sebuah mimpi yang harus
di akhiri. Sebait lagu berbahasa jepang ini terngiang di telinga, seperti mengiringi
kesedihanku yang tak ingin sama sekali menanggung beban menjadi ketua kelas.
'Bokuno
utau hetana.. amai... mirion hitto wo umuyorimo.. make it in your
life..darenimo youka sarenaku temo..Kimi ga aru te omo e ruyo... kimi ga
naitara'
"Selamat
ya mbak, mau gak mau walaupun sampean nangispun tetep bakalan jadi ketua kelas
semester ini, aku dulu juga gitu mbak" Aku tersadar saat kata kata itu
menamparku keras, itu tadi pesan dari ketua kelasku sebelumnya. Aku hanya
membalasnya dengan senyuman kecil. Setelah kelas hari ini berakhir, kakiku tak
ingin beranjak dari kursi yang ku duduki sepertinya tulangku sudah hilang
sampai aku tak sanggup lagi melangkah keluar dari ruangan ini. Entahlah, Aku harus
menerimanya mau tidak mau. Jabatan yang dipaksakan.
Hari-hari
berlaru sangat menyenangkan karena libur panjang bulan puasa dan juga lebaran.
Karena stok drama korea yang tak tersentuh pada saat kuliah, liburan pun terisi
dengan menjamah drama yang telah menjadi candu bagiku. Namun Setelah liburan
selesai, jantungku kembali berdegup dengan lancangnya.
“Liburan telah Berakhir, aku harus mengemban
tanggung jawab baru sekarang” aku membatin keluh kesahku sendiri. Pengalaman
baru dimulai saat proses mengurus irs online dan konsultasi wali studi
bagaimana kebanyakan mahasiswa menyebutnya. Aku bergidik dengan sendirinya
karena masih tidak percaya bahwa 'aku' adalah ketua kelas. Mereka menganggapku
mungkin berlebihan seperti ini, namun inilah yang aku rasakan pada saat awal
menjabat sebagai ketua kelas, jabatan yang tak ku inginkan, jabatan yang tak
seharusnya ku sandang, jabatan yang sama sekali tak pantas bersemat di atas
namaku.
Selama
proses konsultasi hingga pengkoordinasian pengumpulan irs online, krs manual
dan khs alhamdulillah semua berlangsung lancar, ya walaupun sebenarnya masih
ada satu dua orang yang harus di beri perhatian khusus ya tidak apalah menurutku
itu masih bisa di toleransi. Anehnya, pada hari pertama menjadi ketua pada saat
itu, telpon genggam ku 'ramai mendadak’' banyak pesan dan telfon yang masuk
dari teman-teman sekelas Jadi begini rasanya jadi ketua kelas, anehnya aku
tersenyum kecil karena hal itu.
Perkuliahan
hari pertama masuk, seperti biasa kami mengawali perkuliahan dengan berdoa
bersama. Setelah doa bersama selesai, aku meminta temanku menemaniku untuk
mendaptkan informasi nomor dosen agar memudahkanku menjalani tugasku sebagai
ketua kelas. Semua di awali dengan hal itu, sebelumnya aku juga meminta petuah
kepada ketua ketua sebelumnya dan juga meminta informasi bagaimana caranya
menjadi ketua yang baik.
Aktifitas
ku berubah total mulai dari menghubungi dosen, bertemu dosen, memimpin diskusi
di depan, menyusun jadwal kelas sesuai dengan keinginan mereka, mencocokkan
dengan jadwal dosen, membuat perangkat kelas, menyusun penanggung jawab mata
kuliah. Aku masih berusaha menjajaki dunia baruku, aku sangat lambat dalam
mengemban tugasku sebagai ketua kelas. Tidak hanya itu saat ada kumpul ketua
kelas, masih sangat terasa asing bagiku. Aku yang notabene sangat membenci
kesendirian tanpa teman yang dekat di sampingku, namun selama menjadi ketua
kelas kesepian dan sendiri bukan hal yang asing lagi bagiku.
Setelah
pertemuan ke empat dalam perkuliahan dan hampir satu bulan aku menjadi ketua
kelas, aku merasa masih belum dapat berbuat apa apa untuk kelas. Aku masih belum
bisa mengkoordinasi kelas dengan baik, belum bisa menuruti semua permintaan
mereka, aku juga terkadang ingin sekali menangis dan bersimpuh di pangkuan
ibuku karena aku yang belum pantas menjadi ketua kelas, belum bisa mewujudkan
keinginan mereka. Entahlah, aku masih merasa tidak pernah melakukan apapun
untuk kelas, terkadang aku juga merasa tak sanggup saat ada slentingan miring
tapi mau bagaimana lagi, ini tanggung jawabku.
Aku
terkadang ingin sekali menangis di hadapan mereka saat aku memberikan pengumuman
tapi mereka tak mendengarkan. Aku juga kadang masih sakit saat ada yang
menuntutku bertindak diktator namun ingin menjadi penyalur aspirasi teman-teman
dengan mengambil keputusan bersama. Aku juga sangat lelah saat aku sudah menyampaikan
pengumuman berkali-kali, tapi berkali-kali juga mereka menanyakan hal yang
sama. Aku juga masih ingin menangis saat ada orang yang pernah bilang padaku
bahwa harusnya bukan aku yang jadi ketua kelas.
Tak
kusangka kini sudah memasuki pertemuan ke sebelas, artinya hanya tinggal
sebulan lagi aku menjabat sebagai ketua kelas. Sedih, sekarang rasa ini lah
yang aku rasakan. Banyak hal yang telah kami lalui bersama. Kenangan saat
bazaar dan pgmi in art terutama, tak pernah aku lupakan. Aku sangat senang
menjadi ketua kelas, sekarang semua dapat mengalir seperti air. Air mata yang
tumpah pada saat awal menjadi ketua kelas, sekarang semua telah berubah menjadi
ukiran senyuman.
Bukankah
bunga sakura di jepang sangat indah, berwarna merah muda yang halus.
Berjatuhanpun masih tampak sangat indah, namun kamu harus menunggu musim semi
untuk melihatnya.
Bagiku
mereka tak seperti bunga sakura yang
hanya bisa kutemui pada saat musim semi.
Namun
mereka bagaikan bunga matahari bagiku, yang selalu setia melihat kepada satu
objek yaitu matahari. Aku harap suatu saat aku bisa menjadi matahari untuk
kalian semua, walaupun sangat sulit dan mustahil aku akan tetap berusaha. Aku
sangat menyayangi kalian.
Blitar, 30
Oktober 2016
KETUA KELAS PGMI 5C
RIZKA NUR ROFI’AH
Saya punya pengalaman jadi ketua di beberapa organisasi, tapi tak pernah sekalipun jadi ketua kelas. :-(
BalasHapusPadahal ngarep banget, tapi teman-teman tidak memberi kepercayaan.
Menjadi pemimpin itu perlu seni memimpin, dan itu tak semua orang punya. Bersykurlah Mbak, sampean berkesempatan merasakan pengalaman itu.
Menjadi ketua di beberapa organisasi jauh lebih keren pak ^^
Hapus