‘Kimi ga naitara’ adalah ungkapan kecil yang lembut dalam bahasa jepang untuk menggambarkan bahwa kita harus tetap semangat, tidak boleh mengeluh, harus tetap tegar menghadapi segala hal yang harus kita hadapi dan yang paling penting adalah jangan pernah menangis lagi.
Kimi ga naitara menjadi ungkapan favorit dari gadis yang selalu
menyembunyikan semua perasaan kalang kabut yang selalu terlihat di hadapan
teman-teman nya. Masih dia ingat bagaimana bunga semi di awal september
membelai lembut telapak tangan nya untuk sekedar menyapa bahwa awal baru di
bulan baru telah di mulai. Gadis ini termenung sejenak meratapi perkataan sang
‘Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan’ itu, Ketua HMJ Pgmi yang selalu di
eluh-eluhkan semua orang karena ketampananya yang mempesona para bidadari dari
prodi lain dan bahkan dari fakultas lain selalu menatapnya seperti srigala yang
ingin memburu mangsanya. Seseorang yang berperawakan proporsional, dengan
rambut klimis yang selalu menjadi khasnya, pakaian yang amat sangat rapi adalah
ciri utama yang melekat pada lelaki itu. Lelaki yang menjadi pujaan para
bidadari itu perlahan mendekatiku dan berbicara dengan nada yang lembut dan amat
sangat terlihat santun dan bijaksana, aku yakin ribuan bidadari diluar sana
pasti meleleh mendengar suaranya.
“Tinggal satu bulan tepat, Pgmi in art akan dilaksanakan.
Tepatnya tiga oktober akan segera di buka stand bazaar dan enam oktober akan
ada acara puncak pensi. Karena ini tahun terakhir kita untuk dapat mengikuti
pgmi in art, aku berharap banyak dan persiapan yang matang mulai hari ini,
persiapkan konsep pensi dan stand bazaar dengan matang” Gadis itu seperti
terhantam ribuan ton batu, dan menahan berat di pundaknya. ‘Beban apa lagi
ini?, kenapa menjadi ketua kelas sekali saja tepat dengan agenda jurusan yang
banyak’ Gadis ini hanya membatin semua keluh kesahnya
“Ingsyaallah Mar” tanggap gadis itu sekenanya dan
mendesah lirih. Awal bulan september pertemuan ke dua dalam pembelajaran adalah
minggu dimana kita terfokus pada tugas yang tidak dapat kita tinggalkan, Tugas
yang tak lagi sama dengan semester sebelumnya karena semester ini lebih banyak
tugas individu yang harus kita emban. Kami semua terfokus dengan tugas
masing-masing dan sejenak melupakan bagaimana konsep kita nanti saat pgmi in
art, bagaimana kita merancang stand bazaar agar terlihat menarik dan bagaimana
kita membuat pensi yang lebih baik dari semester sebelumnya.
Gadis ini mencoba memerankan peran nya sebegai ketua
kelas dan membuat usul untuk awal konsep pensi yang akan kita tampilkan, dia
menampilkan video di layar proyektor agar semua teman-teman nya dapat melihat
bagaimana konsep yang ingin dia usulkan dan memberikan tanggapan atas usulnya
itu. Namun teman-teman nya terlihat sangat fokus dengan tugas masing-masing
bahkan para perempuan di barisan belakang sibuk membicarakan entah apa yang
mereka gadis itu sudah tidak dapat menebaknya lagi. Dia menoleh ke kanan dan ke
kiri hanya beberapa orang yang melihat layar, dia fokus ke barisan belakang
bahkan tak satupun yang melihat usulannya itu. Kesal, marah, jengkel sudah
pasti bergelayutan dalam pikiran nya tapi gadis ini berusaha baik-baik saja di
hadapan teman-temannya.
Setelah usulnya yang hanya di ‘iyakan’ oleh teman-teman
nya tanpa ada usulan lain membuat nya tambah bingung bagaimana konsep kita
nanti, dan pertemuan ketiga berlalu begitu saja. ‘Tugas kami terlalu menumpuk.
Dan harus mempersiapkan bazaar dan pensi mungkin sangat sulit untuk kita
maksimal nanti’ batin gadis itu yang termenung di kursi barisan depan sendiri,
tempat dimana sekarang selalu duduk saat pembelajaran. Gadis ini akhirnya maju
ke depan kelas dan membagikan tugas kepada masing-masing mahasiswa di kelasnya,
dia memberikan sedikit bebannya kepada teman-teman nya dengan menunjuk siapa
yang bertanggung jawab pada bazaar dan konsep pensi nanti. Namun nihil, mereka
tetap terfokuskan pada tugas yang kian tak terbendung banyak nya. Gadis ini
masih mengingat pada pertemuan ke empat dalam pembelajaran, tepatnya hari senin
pagi dia meminta teman-teman nya agar berkumpul jam sembilan pagi untuk sekedar
mematangkan konsep pensi. Lagi! Teman-teman nya seperti mencekik dan ingin
membunuhnya perlahan, hanya segelintir teman nya yang datang dan itupun
berakhir dengan mereka kelompokan tugas dan mengerjakan review matematika.
Lebih menyakitkan nya lagi bahwa lebih banyak yang tidak hadir dari pada yang
hadir, dan gadis ini sudah murka sekali, dia sama lelahnya dan tak ingin menanggung
beban ini setidaknya kita harus menanggungnya bersama.
Perlahan gadis yang kalang kabut dan termenung dengan
situasi yang ada di sekitarnya itu, pikiran nya melayang membayangkan bagaimana
indahnya semester kemarin yang dia jalani dengan ke tiga teman akrab nya itu,
seperti tersayat belati gadis ini merasa sakit dengan semua situasi di
sekitarnya. Lebih lagi ke tiga teman akrab nya yang kian menjauh dari genggaman
nya, gadis ini merasa sakit ketika
membayangkan bagaimana indah nya semester yang telah berlalu. Sekarang dia
selalu sendiri dan terbiasa sendiri kemana-mana. Hanya untuk sekedar kumpul
ketua kelas, rapat excursion study, ataupun technical meeting
untuk pgmi in art nanti, gadis ini berangkat ke kampus tidak pernah bersama
ketiga teman nya itu karena dia tau bahwa ketiga teman nya itu benci berangkat
pagi dan tidak mau kalau di suruh untuk cepat-cepat. Gadis ini takut terlambat
jika menunggu ketiga temannya setiap hari dan memutuskan untuk berangkat
sendiri pagi pagi buta hanya dengan alasan dia ingin duduk di depan, menata
bangku sebelum pembelajaran dan lebih lagi dia tidak ingin terlambat.
Dia merasa ketiga teman nya begitu jauh dari genggaman
nya dan tidak mempunyai teman dekat lagi, padahal dia berharap banyak kepada
ketiga temannya itu hanya sekedar untuk mengucapkan ‘semangat’ ‘aku selalu
mendukungmu’ ‘iya’ ‘jangan khawatir’ namun perkataan seperti itu tidak muncul
sama sekali, entah mereka sadar atau tidak dan hubungan kami berubah menjadi
sedikit canggung karena memang kami jarang bersama pada semester ini dengan
berbagai kendala yang menghadang. Dia mengingat bagaimana perkataan salah satu
sohib nya yang membuat hatinya terluka ‘Kamu jangan terlalu terfokus memerankan
tugasmu sebagai ketua kelas’ deg! Bukan perkataan dukungan atau semangat yang
dia dapat namun kata seperti inilah yang terlontar, dia sangat sedih dan
membendung air matanya sebisa mungkin. Namun gadis ini tetap berusaha
menegarkan dirinya, dia yakin gadis itu mengucapkanya sebagai kata dukungan
untuk tetap semangat menjadi ketua kelas dan bentuk dukungan kepada dirinya.
Pada saat hari senin itu, ketiga teman sohib nya itu juga
tidak datang. Padahal jika mereka tau bahwa orang pertama yang dia inginkan
untuk datang dan menepuk halus punggungnya adalah mereka bertiga. Akhirnya
diskusi tentang pensi itu berakhir dengan diskusi dengan beberapa orang saja
dan kami langsung membangi kepada beberapa anggota dengan peran masing-masing.
Kami sudah mempunyai konsep dan gambaran namun belum tau bagaimana cerita yang
kita usung nanti. Setelah semua tersampaikan di hadapan semua mahasiswa di
kelasnya, gadis itu belum juga merasa lega karena konsep mereka yang masing
belum jelas. Dia akhirnya berdiskusi dengan ketua hmj di kelas nya itu, sang
ketua hmj itu memberikan usulan nya dengan menampilkan video di laptop.
“Jika nanti kalian kepepet dan tidak mempunyai konsep
yang matang, kalian bisa memakai konsep seperti ini. Satu penyanyi yang di
iringi oleh banyak penari, semua anak
tetap bisa tampil seperti keinginanmu karena ini memang pgmi in art terakhir
kita. Namun ini sebenarnya konsep yang akan di tampilkan hmj, tapi kalian bisa sedikit
merubahnya” Gadis itu hanya menginyakan perkataan laki-laki itu, padahal dia
sangat tidak setuju karena konsep itu sudah di pakai hmj bagaimana bisa kita
menjiplaknya, namun jika nanti kepepet dan tidak mempunyai konsep dia terpaksa
beralih dari konsep drama kolosal usulannya.
Semburat mega merah telah muncul pertanda bahwa petang
datang, gadis itu menjinjing tas nya dan pulang ke asrama nya, malam hari saat
mengaji salah satu teman nya mengeluh kepadanya “ma, punggungku sakit badanku
sakit semua gara gara latihan untuk pgmi in art” deg! Kelas lain sudah latihan,
namun kelasku yang sudah jauh-jauh memasang konsep tak kunjung menemui jalan
untuk memberikan kejelasan pada konsep nya. “Kelasmu konsep pensi nya nanti
gimana ma?” gadis yang memanggilnya dengan sebutan Eomma dalam bahasa
korea atau dalam bahasa indonesia yang artinya ibu, karena gadis ini memang
menganggapnya seperti ibunya sendiri.
“Lihat saja nanti” sebenarnya konsep kami belum jelas,
jadi aku hanya menjawab sekenanya saja, lebih tepatnya aku tidak mau kalah
sebelum perang jika aku menjawab konsep kami belum matang. Latihan pertama kami
di mulai saat ada waktu luang setelah pembelajaran, kami menuju lantai enam di
gedung syaifudin zuhri itu dengan sekedar memastikan konsep kita, dan kami
membentuk kelompok sesuai peran masing-masing. Padahal saat itu cerita yang
akan kita usung belum jelas, namun sudah pasti nanti di pembukaan akan di buka
dengan tujuh gadis colour guard. Sebenarnya hanya enam anak, namun salah
satu anggota marching band itu ingin ikut dan pikirku ini sangat membantu kami
dan aku mengiyakan usulan itu. Mereka mencari berbagai video referensi untuk
tampilan mereka, namun kami yang lainnya belum menemukan cerita apa yang ingin
di usung.
“Pokoknya ada satu putri dan satu pangeran” begitu usul
sang gadis itu kepada teman-temannya, dan mereka berburu cerita di internet
mengenai cerita apa yang akan mereka usulkan. Gadis itu melirik ke sekeliling
ruangan dan mencari ketiga teman nya namun nihil, mereka tidak ikut berkumpul
pada saat yang lain berkumpul untuk sekedar merenungkan konsep. Gadis itu hanya
mendesah pelan dan mengumpulkan semangatnya karena dia bersyukur bahwa masih
ada teman-teman nya yang ikhlas untuk berkumpul. Ke esokan harinya dia
mengumpulkan anak anak yang bertugas pada konsep pgmi in art itu, dan salah
satu sie budaya di hmj pgmi itu memberikan usulan untuk mengusung cerita ‘Roro
Jonggrang’ dan dia berjanji membawakan file nya pada saat latihan minggu depan.
Dan minggu ke empat dalam pembelajaran di kuliahnya berakhir dengan hanya
beradu argumen dan menemukan konsep roro jonggrang yang akan di usungnya.
Minggu ke lima dalam pembelajaran kami lalui dengan
senyum cerah karena setidaknya kami mempunyai konsep, dan aku meminta
teman-teman untuk berkumpul saat waktu luang untuk sekedar latihan dan terus
latihan. Teman-teman yang bertugas pada colour guard latihan di ruang marching
band dan kami sisanya latihan di lantai enam seperti yang telah di rencanakan,
kami selalu latihan saat ada ruang kosong dan waktu luang. Walaupun mereka
sering telat ketika gadis itu meminta mereka berkumpul, bahkan ada beberapa
dari mereka yang tidak latihan, dan selalu mengeluh lelah saat latihan dan
mengeluh tidak ingin latihan. Namun sang gadis tetap memberikan dukungan dan
senyum lembut kepada teman-temannya.
Hari-hari berlalu begitu cepat karena tugas kuliah kami
yang tidak berkurang sementara beban kami terus bertambah, kami harus memikirkan
latihan dan tugas pada satu waktu. Mereka mempersiapkan berbagai bahan bahan
untuk stand bazar mereka nanti dan alat-alat yang perlu di pakai saat pensi dan
berbagai kostum yang akan mereka pakai nantinya. Minggu terakhir untuk
mempersiapkan pensi telah tiba, mereka sejenak melupakan pensi dan terfokuskan
pada stand bazar kita nanti. Kita semua mempersiapkan stand bazar sebagus
mungkin, dan mempersiapkan apa saja yang di jual saat bazar dengan rapi, gadis
itu masih ingat hari selasa saat pertama kali mendirikan stand bazar dan
meminta teman-temannya untuk datang pagi dan membantu di stand bazar dengan
memakai batik pgmi lalu di lanjutkan dengan latihan pensi. Mereka latihan
gabungan dengan berbagai kelompok yang bertugas untuk pertama kalinya, kelompok
colour guard, yang memerkan sebagai setan, roro jonggrang dan bandung bondowoso
juga kelompok tari semua berkumpul untuk latihan konsep roro jonggrang mereka.
Mereka terlihat banyak perkembangan kata sang pengusul
konsep sie kebudayaan di hmj pgmi itu. ‘Alhamdulillah’ batinku dalam hati,
usaha kami telah semaksimal mungkin, juara atau tidak yang terpenting bahwa
momen latihan bersama kita, penampilan kita terakhir untuk pgmi in art, kami
akan menampilkan seluruh anggota kelas yang belum pernah merasakan tampil untuk
pgmi in art itulah sebenarnya tujuan awal dari konsep kami. Tinggal satu hari
waktu untuk pensi datang menjemput, mereka mengeluh bahwa mereka sangat gugup
dan aku meminta mereka latihan. Kami tertegun sejenak, karena kami melakukan
banyak kesalahan di latihan terakhir kita, entah ini demam panggung atau apa
namun teman-teman melakukan banyak kesalahan khususnya pada bagian tari.
‘Khawatir’ itulah yang aku rasakan karena waktu tinggal tersisa hari ini untuk
latihan, dan salah satu panitia pensi memberi tahu bahwa gladi bersih di
laksanakan tepat mulai jam satu siang.
Sang gadis buru-buru memberitahukan teman nya bahwa ba’da
dhuhur harus gladi bersih di Aula Utama. Namun salah satu temannya mengiriminya
pesan bahwa dia sedang di rumah sakit karena ayahnya sakit dan mungkin dia
tidak bisa tampil. Rasa khawatir sang gadis semakin karena takut dengan situasi
yang kacau balau dan emosinya membuncah karena teman-teman nya tak kunjung
berkumpul dan segera gladi bersih, lebih lagi ketiga teman sohib nya yang tak
terlihat sama sekali. Lagi! Gadis ini jengkel di buat sang teman sekelas yang
selalu tak menghiraukan nya itu. Kami berkumpul di sebelah timur aula utama
sembari menunggu teman-teman lain untuk datang, sang gadis yang awalnya mengadu
tidak akan tampil dia datang dan semua orang menyambutnya dengan bahagia, kami
menunggu bersama-sama danwaktu berjalan begitu cepat, namun mereka tak kunjung
berkumpul. Tepat jam dua semua berkumpul, sebenarnya ada satu anak yang tidak
hadir dan dia orang terdekatku. Kamipun memasuki area gladi bersih, satu
kelompok dari kelas pgmi tiga D sedang berlatih dengan grup nya, kami
terperangah melihat mereka latihan dan kami menciut melihat mereka sangat lihai
dalam menari dan bermain bendera itu.
Mereka hanya saling pandang satu sama lain, tanpa mengucap sepatah katapun
mereka tahu apa yang di benak mereka masing-masing.
Waktu latihan kami tiba, di mulai dengan pembukaan colour
guard yang memasuki area panggung terlebih dahulu. Semua orang khawatir karena panggung
yang kurang lebar dan kita terbiasa latihan di tempat terbuka yang sangat luas.
Benar! Semuanya sulit menyesuaikan tempat yang kurang lebar, dan setelah
latihan selesai yang di iringi dengan keluh kesah mereka atas panggung yang
sempit. Kita semua berjalan menuju tempat marching band dan berlatih dengan
tempat yang sempit menyesuaiakan dengan panggung yang tersedia, belum juga kita
berlatih kembali anak-anak dari colour guard adu argumen dan mereka
menginginkan bahwa mereka menginginkan tampil hanya empat orang saja lalu
mengadu kepada sang gadis ketua kelas.
“Kita tampil nya empat orang saja, panggung nya sempit”
adu salah seorang pemegang bendera itu, namun permintaan nya tak langsung di
kabulkan oleh sang kepala suku. Justru jawaban getir yang menampar mereka
“Latihan nya kalian dari awal ber tujuh, tangan kalian sakit semua kenapa malah
mau tampil bertujuh saja? Ingsyaallah panggungnya tetap cukup” Hanya tinggal
hari ini untuk berlatih, namun kenapa mereka malah beradu argumen dan mendebatkan
hal yang tak seharusnya. Lelah! Gadis itu melihat semua raut muka teman-teman
nya yang terlihat kehilangan semangat dan terlihat sangat lelah. Setelah para
pemain colour guard telah mengiyakan dengan bermain dengan pemain utuh,
sekarang giliran para penari yang mengeluh tempatnya sempit. Mereka merubah
formasi dan harus menyesuaikan lagi dari awal, formasi di rubah lagi padahal
tampil tinggal besok! Semua orang terlihat frustasi dengan hal yang menjadi
kacau balau ini.
“Tidak sudah tampil saja kalau di rubah terus” sorak
sorai suara sumbing terdengar dari berbagai bibir teman-teman sekelas sang
gadis itu. Ingin rasanya gadis itu mencekik tenggorokannya sendiri karena sudah
tidak tahan melihat teman-teman nya yang adu argumen tanpa henti. Akhirnya
dengan berbagai formasi baru kami berlatih dari awal hingga membuat penutup
yang belum jadi, kami membuat penutup saja masih terjadi perdebatan lagi dan
lagi. Gadis itu hanya mendesah dalam dan mengiyakan apa yang mereka katakan,
karena gadis itu sudah tidak punya tenaga untuk meluruskan semua persepsi
teman-temannya. Akhirnya semua telah terangkum menjadi satu, mereka latihan
dari awal lagi dan ingin mencoba berlatih di panggung lagi namun waktu tidak
cukup dan mereka berkumpul di stand bazar untuk sekedar melepas penat, membuat
properti, berfoto bersama, mengunjungi stand bazar lain, dan menunggu esok
datang.
Semburat embun telah membelai lembut tangan sang gadis
yang terburu dengan berbagai persiapan untuk tampil hari ini, dia mengecek
sosial media nya dan terperangah mendapati salah satu teman sekelasnya yang
menjadi panitia pgmi in art memberitahukan bahwa mereka di undur dari
penampilan ke lima belas menjadi dua puluh tiga, gadis ini terbelalak kaget
karena memikirkan tampil jam berapa dia dan teman sekelasnya nanti. Gadis yang
hanya menggunakan jersey barcelona jaket super junior dan rok lebar nya itu
nekad ke stand bazar dengan dandanan yang mirip gembel itu, dia sangat
terburu-buru karena teman-teman nya menyuruhnya untuk segera ke stand bazar.
Setiba di stand bazar mereka saling membincangkan penampilan mereka yang di
undur dengan kesalnya, dan kami menghubungi mbak salon yang akan mendandani
kami nanti agar datang lebih siang jam
sebelas siang saja yang awalnya pukul delapan pagi. Namun kami mendapatkan
informasi bahwa penampilan kami pukul lima sore, dan kami bersantai ria karena
masih sangat lama.
Setelah mendapatkan informasi itu kami menghubungi mbak
salon agar datang pukul satu siang saja agar kami dapat istirahat dan sholat.
Waktu telah menunjukkan pukul sebelas siang dan kami tak kunjung berkumpul dan
malah menonton acara tampilan dari kampus lain di Aula Utama. Kami terpana
melihat penampilan mereka yang sangat total dan bagus itu, dengan kostum yang
sangat bagus juga, mereka meliak liuk di atas panggung. Mereka saling melirik
satu sama lain, menandakan keciutan hati mereka sebelum tampil, entahlah mereka
sudah berusaha yang terpenting itu. Terutama gadis yang menjabat sebagai ketua
kelas itu terlihat sangat resah.
“Mereka cantik sekali dengan pakaian nya yang bagus juga”
dia mengadu kepada salah satu temannya dan mendapat suntikan semangat dengan
menerima jawaban yang lugu dari temannya “Kamu juga cantik tidak usah khawatir”
mereka mencoba menenangkan satu sama lain. Jam sudah menunjukkan waktu sholat
dhuhur dan gadis itu mengajak teman-teman nya untuk berkumpul mempersiapkan
diri dan sholat terlebih dahulu. Sesampainya di kos salah satu temannya, gadis
itu mendapati teman-temannya yang sedang tidur dan ada yang sedang makan, lalu
gadis itu mengambil air wudhu dan sholat. Dia juga menyuruh teman-teman nya
agar segera sholat karena jam satu siang nanti mbak dari salon akan segera
datang untuk mendandani mereka.
Jam satu kurang seperempat gadis itu menjemput sang
perias dari salon itu di dekat salah satu kafe baru di dekat kampusnya, kakinya
tak berhenti bergetar karena waktu yang sudah semakin siang dan menunggu terasa
lama sekali. Setelah sampai di kos dan bersama mbak perias itu mereka mendapati
bahwa kurang lima penampilan lagi lalu mereka akan tampil, sementara mereka
belum mempersiapkan apapun. Dengan terburu-buru mereka berdandan sesuai peran
masing-masing, yang mencengangkan yaitu fakta bahwa mbak nya yang merias hanya
satu orang dan ada sembilan perempuan yang harus di rias. Kami semua sangat
tegang dengan situasi ini, dan waktu berlalu begitu cepat dan kami benar-benar
belum siap, dan salah satu teman kami memberitahukan bahwa jam tiga harus sudah
siap dan kami masih memulai merias diri. Tiba waktunya kita tampil dan masih
beberapa orang yang belum di rias, akhirnya sang panitia dari kelas kami itu
meminta kami yang telah siap untuk berkumpul seadanya saja.
Salah satu gadis pencetus konsep kami itu memarahi kami
habis-habisan karena kami yang tak kunjung berkumpul dan memberitahu bahwa kita
tampil di akhir acara. Sementara sang roro jonggrang masih belum di rias sama
sekali, setelah kedelan dayangnya itu selesai di rias dengan terburu-buru
mereka menuju Aula Utama. Dua gadis datang menjemput sang roro jonggrang bahwa
kita telah mendapatkan pengurangan poin dan maju di akhir acara karena kita
terlambat tampil. Gadis itu hanya dapat mendesah dengan situasi yang semakin
kacau balau ini, yang di pikirannya saat ini entahlah yang penting tampil saja
dulu. Setelah selesai di rias sang roro jonggrang berangkat dengan teman-teman
nya yang tersisa dan menuju ke Aula Utama di kampus tercintanya itu.
“Kita tampil setelah isya’ mah” Adu salah satu temannya
itu, gadis itu terperangah dengan kabar itu dan sang gadis percaya begitu saja
namun ternyata itu hanya canda mereka, mereka akan segera tampil. Sang gadis
menemui salah satu panitia perempuan dari kelasnya itu dan meminta maaf karena
membuatnya khawatir dan berterima kasih karena tidak mengundur lagi penampilan
kami. Tibalah penampilan kami yang di awali dengan colour guard yang
menggetarkan seluruh Aula itu, mereka memberikan tepuk tangan yang meriah dan
giliran sang roro jonggrang yang masuk para penonton semakin bersorak sorai dan
membuat sang gadis itu bunga namun tidak dapat memasang senyum di wajahnya
karena terlalu tegang, lalu sang delapan dayangpun masuk dengan lihainya menari
dengan sang roro jonggrang.
Kami melakukan beberapa kesalahan, namun mereka tetap
memberikan kami tepuk tangan dan sorak sorai yang meriah dan membuat kami
sangat bersemangat. Tiba saat adegan bandung bondowoso dan roro jonggrang
bertengkar para penonton terlihat sangat tertarik dan terus memberikan tepuk
tangan meriah, lalu sang setan yang akan membantu bandung bondowoso pun muncul
dengan enerjiknya membangun candi dan membuat gelak tawa dari para penonton.
Kami sangat senang atas respon baik dari para penonton bahkan dari dosen-dosen,
kami sangat bahagia mendapat respon seperti ini untuk pertama kalinya. Para
dosen memberikan pujian atas penampilan kami dan memfoto kami. Lantunan puisi
indah dan percakapan dalam drama tersebut membuat penonton sangat
mengapresiasinya.
Akhirnya kami berada di ujung penampilan lalu berkumpul
di tengah panggung dengan semua pemain lengkap dan mereka bersorak-sorai atas
penampilan kami, dan membuat kami sangat bahagia, lalu mereka keluar dari
panggung dan menuju ke timur Aula dengan rasa bahagia yang luar biasa. Salah
satu dosen yang menjadi panutan kami, moodbooster kami melangkah mendekati kami
dan meberikan acungan jempol lalu mengatakan “Kalian keren” dan kamipun berfoto
bersama sang bapak dosen. Setelah
berbagai sesi foto yang panjang dengan berbagai macam teman, berbagai macam
gaya, kami langsung mengumpulkan property jadi satu, membersihkan stand dengan
kostum yang masih lengkap dan pulang untuk sholat dan membersihkan diri.
Sesaimpainya di
kos temannya tempat mereka berias tadi, sang gadis itu menerima telfon dari
salah satu teman perempuannya yang memintanya berkumpul di Aula Utama dan
meminta agar teman-teman nya berkumpul pukul setengah tujuh. Gadis itu dengan
terburu-buru memberitahu teman nya untuk berkumpul dan segera berbenah diri untuk pergi ke
Aula utama karena dia yakin akan ada kabar baik. Sesampainya di sana masih ada
berbagai acara yang di suguhkan oleh himpunan mahasiswa jurusan dan panitia
penyelenggara, mereka sibuk unjuk kebolehan dalam tarik suara. Satu demi satu
teman nya berkumpul dan terhitung sebelas orang yang berkumpul di Aula saat
itu, dia tau bahwa mereka sangat lelah dan baru sampai di rumah mereka
masing-masing.
Mereka duduk di barisan paling belakang dengan lampu yang
sedikit temaram, sang kajur masuk ke Aula dan melayangkan senyuman bangganya
selama beberapa detik kepada kami. Deg! Ini tidak nyatakan? Beliau melontarkan
senyum tulus kepada kami padahal kami sudah tidak memakai riasan apapun dan
beliau mengenali kami, rasa bangga dan haru bercampur jadi satu bagi gadis itu.
Dan tibalah saat pengumuman pentas seni pgmi in art, ketika akan mengumumkan
hasil juara pertama kelas lain berteriak ‘lima C, lima C’ padahal kami hanya
diam saja dan mereka mengumumkan bahwa kelas kami yang mendapatkan juara satu.
‘Katakan bahwa ini hanya mimpi’ ‘Apa ini hanya bualan semata’ batin gadis itu
tidak percaya.
Dengan pakaian yang sangat compang camping gadis itu maju
ke panggung untuk mewakili kerja keras teman-temannya menerima piala dan
sertifikat. Haru, senang menjadi satu dan air mata tidak dapat terbendung,
mereka sangat senang karena di akhir partisipasi mereka dalam mengikuti pgmi in
art mereka mendapatkan penghargaan yang sangat luar biasa.
Rasa hormat dan terima kasih aku sampaikan dengan tulus
aku sampaikan kepada seluruh anggota kelas PGMI
5C, aku selaku ketua kelas sementara di semester ini merasa bangga dengan kerja
keras dan semangat kalian. Semoga kalian kelak akan terus menjalin persaudaraan
yang indah dan selalu mengenang berbagai hal yang kita lalu bersama. Lebih lagi
terima kasih yang amat sangat banyak aku sampaikan kepada:
1.
Zulfa
Rosyidah, Endri Emilyawati, Widayanti ayuningtyas yang selalu kunantikan genggaman lembut kalian, dukungan dan
semangat kalian untuk ku selalu kuharapkan, aku
menyayangi kalian.
2.
Fatkhatul
Himah yang telah memberikan kami gambaran
konsep, lagu dan selalu setia menemani kita latihan dengan sabarnya, dan atas
kerja kerasnya di sie kebudayaan HMJ PGMI IAIN Raden Syahid Tulungagung, juga
kerja kerasnya sebagai panitia penyelenggara PGMI In Art 2016.
3.
Umar
Bisri Mustofa selaku ketua
HMJ PGMI yang selalu bekerja keras dengan mengemban tanggung jawab beratnya,
dan selalu mendukung kami dengan cercaan pertanyaan dan selalu menginginkan
kami tampil yang terbaik.
4.
M.
Maskana Cahya selaku ketua bazaar
untuk kelas pgmi 5c yang selaku bekerja keras tanpa lelah dan melakukan
tugasnya dengan baik.
5.
Tria
Nur Laily rasa hormat dan terima kasih yang
tiada tara aku lantunkan khusus untukmu karena semua cucuran keringatmu yang
tak pernah berhenti untuk kita, semua hal kamu lakukan tanpa lelah dan keluh
kesah, aku sangat menyayangimu.
6.
Yogie
Dwi Prasetyo U yang tanpa lelah berlatih pensi dan selalu
berusaha yang terbaik untuk kelas kita, selalu membantu bazar dan segala hal
yang telah dia lakukan untuk kelas kami.
7.
Riza
Badi’atus Shalihah yang selalu
mendukungku, bergelayut manja di hadapanku, memelukku ketika lelah. Selalu
memanggilku dengan sapaan “mamah” yang selalu menjadi favorit dan suntikan
semangatku, Aku sangat menyayangimu
8.
Rizki
Nur Fitria yang selalu membimbing aku dan
yogie berlatih memerankan bandung bondowoso dan roro jonggrang ketika perang.
Terima kasih banyak mbak, aku sangat menghormatimu.
9.
Savitri
Widyaningsih yang selalu
setia menemani kemanapun aku berada, dan memerankan tugas nya sebagai wakil
ketua dengan sangat baik, mampu mendengarkan keluh kesahku dengan baik. Aku
sangat berterima kasih dan sangat membutuhkanmu.
10.
Yeni
Binti Nursiyami yang tanpa
lelah mendedikasikan semua tenaga dan kerja kerasnya untuk kelas pgmi 5c, aku
mengucapkan terima kasih banyak atas cucuran keringat yang telah kamu berikan.
Kami sangat menyayangimu.
11.
Rizki
Amalia seseorang yang dahulu terlihat
sangat asing bagiku, dan sekarang aku dapat merasakan hangat nya pelukan,
panggilan dan perlakuan manjanya, semua tingkah laku lucunya dan semnagat juang
selama latihan tidak ada yang menandingi, aku sangat menyayangimu.
12.
Yunita
Binti Rosyidah, Laily Badriyatin, Ulfa Lailatul Izza tingkah lucu dan imut kalian, pelukan hangat yang kalian berikan
sangat membuat semangatku kembali lagi, terima kasih banyak atas segala hal
yang kalian berikan, rasa sayang yang kalian ekspresikan aku sangat menyayangi
kalian.
13.
Rizki
Amalia, Ulfa lailatul Izza, Surrayya Layyin Hamndiyah, Zulfa Rosyidah, Yunita
Binti Rosyidah, Yeni Binti Nursiyami, Savitri Widyaningsih, Laily Badriatin yang memerankan dayang-dayang dengan tarian lenggak lenggok nya
yang sangat baik, terima kasih atas semangat kalian.
14.
Yulis
Dea Kumalasari, Siti Laela Nur A, Rizki Nur Fitria, Rina Natalia yang mampu memerankan sebagai para jin dewasa yang dapat membangun
candi untuk sang bandung bondowoso.
15.
Riza
Badi’atus Sholihah, Endry Emilyawati, Salsabila Nadhifah, Titis Enggar Puji R, mereka mampu memerankan sebagai jin kecil yang membangun candi
untuk bandung bondowoso.
16.
Uri
Nishfi Naharin, Yusfi Fiatin Harnifa, Zulfa Luyyina Ifadah, Widayanti
Ayuningtyas, Dwi Koniatus Sa’adah, Tania Iswara Wentyne A, Rifatul Husna para pemain colour guard yang mampu memerankan tugas mereka dengan
sangat apik dan menawan.
17.
M.
Sirojul Munir, Tsani Luzzam H, Ahmad Badrul Z, Selaku panitia penyelenggara pgmi in art yang selalu bekerja keras,
terima kasih atas dukungan dan semangat kalian.
18. Umi Sayyidatus Sukhriyah. Rifa Nur
Mazidah, Suci Handayani yang selalu
setia menjaga stand bazaar, memberikan suntikan semangat untuk kami, kami
sangat menghargai jerih payah kalian.
Sembura
mega merah yang kian luntur
Pekatnya mendung yang hilang terlindas guntur
Sapaan hangat sinar mentari yang menyulut
semangat
Hingga sang bintang yang berkelip menggenggam
tabiat
Bahkan sang pelangi yang selalu muncul di saat
yang tidak tepat
Kami selalu mengumpulkan ribuan semangat
Untuk tetap saling menunjukkan genggaman erat
KETUA KELAS
PGMI 5C
RIZKA NUR
ROFI’AH
Spechless
BalasHapusPengin nangis tapi gengsi ahhhh....hwaaaa
hahaha nangis ae ris, gausah gengsi ^^
HapusAku nangiss.. gek iki posisi nek tempat her nek ngunot.. jan isin.. tpi cuwe aj lah.. hhh
BalasHapusHahaha dasar mbak duwi, nanti dikira putus cinta loh haha
HapusTulisan di atas sangat tidak menarik. Ada yang tau kenapa?
BalasHapuskarena tidak ada nama Khabibur Rohman dalam daftar nama yang diberi ucapan terima kasih. :D