Senin, 10 Oktober 2016

PGMI IN ART (PGMI 5C)


 

 
‘Kimi ga naitara’ adalah ungkapan kecil yang lembut dalam bahasa jepang untuk menggambarkan bahwa kita harus tetap semangat, tidak boleh mengeluh, harus tetap tegar menghadapi segala hal yang harus kita hadapi dan yang paling penting adalah jangan pernah menangis lagi.

Kimi ga naitara menjadi ungkapan favorit dari gadis yang selalu menyembunyikan semua perasaan kalang kabut yang selalu terlihat di hadapan teman-teman nya. Masih dia ingat bagaimana bunga semi di awal september membelai lembut telapak tangan nya untuk sekedar menyapa bahwa awal baru di bulan baru telah di mulai. Gadis ini termenung sejenak meratapi perkataan sang ‘Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan’ itu, Ketua HMJ Pgmi yang selalu di eluh-eluhkan semua orang karena ketampananya yang mempesona para bidadari dari prodi lain dan bahkan dari fakultas lain selalu menatapnya seperti srigala yang ingin memburu mangsanya. Seseorang yang berperawakan proporsional, dengan rambut klimis yang selalu menjadi khasnya, pakaian yang amat sangat rapi adalah ciri utama yang melekat pada lelaki itu. Lelaki yang menjadi pujaan para bidadari itu perlahan mendekatiku dan berbicara dengan nada yang lembut dan amat sangat terlihat santun dan bijaksana, aku yakin ribuan bidadari diluar sana pasti meleleh mendengar suaranya.
“Tinggal satu bulan tepat, Pgmi in art akan dilaksanakan. Tepatnya tiga oktober akan segera di buka stand bazaar dan enam oktober akan ada acara puncak pensi. Karena ini tahun terakhir kita untuk dapat mengikuti pgmi in art, aku berharap banyak dan persiapan yang matang mulai hari ini, persiapkan konsep pensi dan stand bazaar dengan matang” Gadis itu seperti terhantam ribuan ton batu, dan menahan berat di pundaknya. ‘Beban apa lagi ini?, kenapa menjadi ketua kelas sekali saja tepat dengan agenda jurusan yang banyak’ Gadis ini hanya membatin semua keluh kesahnya
“Ingsyaallah Mar” tanggap gadis itu sekenanya dan mendesah lirih. Awal bulan september pertemuan ke dua dalam pembelajaran adalah minggu dimana kita terfokus pada tugas yang tidak dapat kita tinggalkan, Tugas yang tak lagi sama dengan semester sebelumnya karena semester ini lebih banyak tugas individu yang harus kita emban. Kami semua terfokus dengan tugas masing-masing dan sejenak melupakan bagaimana konsep kita nanti saat pgmi in art, bagaimana kita merancang stand bazaar agar terlihat menarik dan bagaimana kita membuat pensi yang lebih baik dari semester sebelumnya.
Gadis ini mencoba memerankan peran nya sebegai ketua kelas dan membuat usul untuk awal konsep pensi yang akan kita tampilkan, dia menampilkan video di layar proyektor agar semua teman-teman nya dapat melihat bagaimana konsep yang ingin dia usulkan dan memberikan tanggapan atas usulnya itu. Namun teman-teman nya terlihat sangat fokus dengan tugas masing-masing bahkan para perempuan di barisan belakang sibuk membicarakan entah apa yang mereka gadis itu sudah tidak dapat menebaknya lagi. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri hanya beberapa orang yang melihat layar, dia fokus ke barisan belakang bahkan tak satupun yang melihat usulannya itu. Kesal, marah, jengkel sudah pasti bergelayutan dalam pikiran nya tapi gadis ini berusaha baik-baik saja di hadapan teman-temannya.
Setelah usulnya yang hanya di ‘iyakan’ oleh teman-teman nya tanpa ada usulan lain membuat nya tambah bingung bagaimana konsep kita nanti, dan pertemuan ketiga berlalu begitu saja. ‘Tugas kami terlalu menumpuk. Dan harus mempersiapkan bazaar dan pensi mungkin sangat sulit untuk kita maksimal nanti’ batin gadis itu yang termenung di kursi barisan depan sendiri, tempat dimana sekarang selalu duduk saat pembelajaran. Gadis ini akhirnya maju ke depan kelas dan membagikan tugas kepada masing-masing mahasiswa di kelasnya, dia memberikan sedikit bebannya kepada teman-teman nya dengan menunjuk siapa yang bertanggung jawab pada bazaar dan konsep pensi nanti. Namun nihil, mereka tetap terfokuskan pada tugas yang kian tak terbendung banyak nya. Gadis ini masih mengingat pada pertemuan ke empat dalam pembelajaran, tepatnya hari senin pagi dia meminta teman-teman nya agar berkumpul jam sembilan pagi untuk sekedar mematangkan konsep pensi. Lagi! Teman-teman nya seperti mencekik dan ingin membunuhnya perlahan, hanya segelintir teman nya yang datang dan itupun berakhir dengan mereka kelompokan tugas dan mengerjakan review matematika. Lebih menyakitkan nya lagi bahwa lebih banyak yang tidak hadir dari pada yang hadir, dan gadis ini sudah murka sekali, dia sama lelahnya dan tak ingin menanggung beban ini setidaknya kita harus menanggungnya bersama.
Perlahan gadis yang kalang kabut dan termenung dengan situasi yang ada di sekitarnya itu, pikiran nya melayang membayangkan bagaimana indahnya semester kemarin yang dia jalani dengan ke tiga teman akrab nya itu, seperti tersayat belati gadis ini merasa sakit dengan semua situasi di sekitarnya. Lebih lagi ke tiga teman akrab nya yang kian menjauh dari genggaman nya, gadis  ini merasa sakit ketika membayangkan bagaimana indah nya semester yang telah berlalu. Sekarang dia selalu sendiri dan terbiasa sendiri kemana-mana. Hanya untuk sekedar kumpul ketua kelas, rapat excursion study, ataupun technical meeting untuk pgmi in art nanti, gadis ini berangkat ke kampus tidak pernah bersama ketiga teman nya itu karena dia tau bahwa ketiga teman nya itu benci berangkat pagi dan tidak mau kalau di suruh untuk cepat-cepat. Gadis ini takut terlambat jika menunggu ketiga temannya setiap hari dan memutuskan untuk berangkat sendiri pagi pagi buta hanya dengan alasan dia ingin duduk di depan, menata bangku sebelum pembelajaran dan lebih lagi dia tidak ingin terlambat.
Dia merasa ketiga teman nya begitu jauh dari genggaman nya dan tidak mempunyai teman dekat lagi, padahal dia berharap banyak kepada ketiga temannya itu hanya sekedar untuk mengucapkan ‘semangat’ ‘aku selalu mendukungmu’ ‘iya’ ‘jangan khawatir’ namun perkataan seperti itu tidak muncul sama sekali, entah mereka sadar atau tidak dan hubungan kami berubah menjadi sedikit canggung karena memang kami jarang bersama pada semester ini dengan berbagai kendala yang menghadang. Dia mengingat bagaimana perkataan salah satu sohib nya yang membuat hatinya terluka ‘Kamu jangan terlalu terfokus memerankan tugasmu sebagai ketua kelas’ deg! Bukan perkataan dukungan atau semangat yang dia dapat namun kata seperti inilah yang terlontar, dia sangat sedih dan membendung air matanya sebisa mungkin. Namun gadis ini tetap berusaha menegarkan dirinya, dia yakin gadis itu mengucapkanya sebagai kata dukungan untuk tetap semangat menjadi ketua kelas dan bentuk dukungan kepada dirinya.
Pada saat hari senin itu, ketiga teman sohib nya itu juga tidak datang. Padahal jika mereka tau bahwa orang pertama yang dia inginkan untuk datang dan menepuk halus punggungnya adalah mereka bertiga. Akhirnya diskusi tentang pensi itu berakhir dengan diskusi dengan beberapa orang saja dan kami langsung membangi kepada beberapa anggota dengan peran masing-masing. Kami sudah mempunyai konsep dan gambaran namun belum tau bagaimana cerita yang kita usung nanti. Setelah semua tersampaikan di hadapan semua mahasiswa di kelasnya, gadis itu belum juga merasa lega karena konsep mereka yang masing belum jelas. Dia akhirnya berdiskusi dengan ketua hmj di kelas nya itu, sang ketua hmj itu memberikan usulan nya dengan menampilkan video di laptop.
“Jika nanti kalian kepepet dan tidak mempunyai konsep yang matang, kalian bisa memakai konsep seperti ini. Satu penyanyi yang di iringi oleh  banyak penari, semua anak tetap bisa tampil seperti keinginanmu karena ini memang pgmi in art terakhir kita. Namun ini sebenarnya konsep yang akan di tampilkan hmj, tapi kalian bisa sedikit merubahnya” Gadis itu hanya menginyakan perkataan laki-laki itu, padahal dia sangat tidak setuju karena konsep itu sudah di pakai hmj bagaimana bisa kita menjiplaknya, namun jika nanti kepepet dan tidak mempunyai konsep dia terpaksa beralih dari konsep drama kolosal usulannya.
Semburat mega merah telah muncul pertanda bahwa petang datang, gadis itu menjinjing tas nya dan pulang ke asrama nya, malam hari saat mengaji salah satu teman nya mengeluh kepadanya “ma, punggungku sakit badanku sakit semua gara gara latihan untuk pgmi in art” deg! Kelas lain sudah latihan, namun kelasku yang sudah jauh-jauh memasang konsep tak kunjung menemui jalan untuk memberikan kejelasan pada konsep nya. “Kelasmu konsep pensi nya nanti gimana ma?” gadis yang memanggilnya dengan sebutan Eomma dalam bahasa korea atau dalam bahasa indonesia yang artinya ibu, karena gadis ini memang menganggapnya seperti ibunya sendiri.
“Lihat saja nanti” sebenarnya konsep kami belum jelas, jadi aku hanya menjawab sekenanya saja, lebih tepatnya aku tidak mau kalah sebelum perang jika aku menjawab konsep kami belum matang. Latihan pertama kami di mulai saat ada waktu luang setelah pembelajaran, kami menuju lantai enam di gedung syaifudin zuhri itu dengan sekedar memastikan konsep kita, dan kami membentuk kelompok sesuai peran masing-masing. Padahal saat itu cerita yang akan kita usung belum jelas, namun sudah pasti nanti di pembukaan akan di buka dengan tujuh gadis colour guard. Sebenarnya hanya enam anak, namun salah satu anggota marching band itu ingin ikut dan pikirku ini sangat membantu kami dan aku mengiyakan usulan itu. Mereka mencari berbagai video referensi untuk tampilan mereka, namun kami yang lainnya belum menemukan cerita apa yang ingin di usung.
“Pokoknya ada satu putri dan satu pangeran” begitu usul sang gadis itu kepada teman-temannya, dan mereka berburu cerita di internet mengenai cerita apa yang akan mereka usulkan. Gadis itu melirik ke sekeliling ruangan dan mencari ketiga teman nya namun nihil, mereka tidak ikut berkumpul pada saat yang lain berkumpul untuk sekedar merenungkan konsep. Gadis itu hanya mendesah pelan dan mengumpulkan semangatnya karena dia bersyukur bahwa masih ada teman-teman nya yang ikhlas untuk berkumpul. Ke esokan harinya dia mengumpulkan anak anak yang bertugas pada konsep pgmi in art itu, dan salah satu sie budaya di hmj pgmi itu memberikan usulan untuk mengusung cerita ‘Roro Jonggrang’ dan dia berjanji membawakan file nya pada saat latihan minggu depan. Dan minggu ke empat dalam pembelajaran di kuliahnya berakhir dengan hanya beradu argumen dan menemukan konsep roro jonggrang yang akan di usungnya.
Minggu ke lima dalam pembelajaran kami lalui dengan senyum cerah karena setidaknya kami mempunyai konsep, dan aku meminta teman-teman untuk berkumpul saat waktu luang untuk sekedar latihan dan terus latihan. Teman-teman yang bertugas pada colour guard latihan di ruang marching band dan kami sisanya latihan di lantai enam seperti yang telah di rencanakan, kami selalu latihan saat ada ruang kosong dan waktu luang. Walaupun mereka sering telat ketika gadis itu meminta mereka berkumpul, bahkan ada beberapa dari mereka yang tidak latihan, dan selalu mengeluh lelah saat latihan dan mengeluh tidak ingin latihan. Namun sang gadis tetap memberikan dukungan dan senyum lembut kepada teman-temannya.
Hari-hari berlalu begitu cepat karena tugas kuliah kami yang tidak berkurang sementara beban kami terus bertambah, kami harus memikirkan latihan dan tugas pada satu waktu. Mereka mempersiapkan berbagai bahan bahan untuk stand bazar mereka nanti dan alat-alat yang perlu di pakai saat pensi dan berbagai kostum yang akan mereka pakai nantinya. Minggu terakhir untuk mempersiapkan pensi telah tiba, mereka sejenak melupakan pensi dan terfokuskan pada stand bazar kita nanti. Kita semua mempersiapkan stand bazar sebagus mungkin, dan mempersiapkan apa saja yang di jual saat bazar dengan rapi, gadis itu masih ingat hari selasa saat pertama kali mendirikan stand bazar dan meminta teman-temannya untuk datang pagi dan membantu di stand bazar dengan memakai batik pgmi lalu di lanjutkan dengan latihan pensi. Mereka latihan gabungan dengan berbagai kelompok yang bertugas untuk pertama kalinya, kelompok colour guard, yang memerkan sebagai setan, roro jonggrang dan bandung bondowoso juga kelompok tari semua berkumpul untuk latihan konsep roro jonggrang mereka.
Mereka terlihat banyak perkembangan kata sang pengusul konsep sie kebudayaan di hmj pgmi itu. ‘Alhamdulillah’ batinku dalam hati, usaha kami telah semaksimal mungkin, juara atau tidak yang terpenting bahwa momen latihan bersama kita, penampilan kita terakhir untuk pgmi in art, kami akan menampilkan seluruh anggota kelas yang belum pernah merasakan tampil untuk pgmi in art itulah sebenarnya tujuan awal dari konsep kami. Tinggal satu hari waktu untuk pensi datang menjemput, mereka mengeluh bahwa mereka sangat gugup dan aku meminta mereka latihan. Kami tertegun sejenak, karena kami melakukan banyak kesalahan di latihan terakhir kita, entah ini demam panggung atau apa namun teman-teman melakukan banyak kesalahan khususnya pada bagian tari. ‘Khawatir’ itulah yang aku rasakan karena waktu tinggal tersisa hari ini untuk latihan, dan salah satu panitia pensi memberi tahu bahwa gladi bersih di laksanakan tepat mulai jam satu siang.
Sang gadis buru-buru memberitahukan teman nya bahwa ba’da dhuhur harus gladi bersih di Aula Utama. Namun salah satu temannya mengiriminya pesan bahwa dia sedang di rumah sakit karena ayahnya sakit dan mungkin dia tidak bisa tampil. Rasa khawatir sang gadis semakin karena takut dengan situasi yang kacau balau dan emosinya membuncah karena teman-teman nya tak kunjung berkumpul dan segera gladi bersih, lebih lagi ketiga teman sohib nya yang tak terlihat sama sekali. Lagi! Gadis ini jengkel di buat sang teman sekelas yang selalu tak menghiraukan nya itu. Kami berkumpul di sebelah timur aula utama sembari menunggu teman-teman lain untuk datang, sang gadis yang awalnya mengadu tidak akan tampil dia datang dan semua orang menyambutnya dengan bahagia, kami menunggu bersama-sama danwaktu berjalan begitu cepat, namun mereka tak kunjung berkumpul. Tepat jam dua semua berkumpul, sebenarnya ada satu anak yang tidak hadir dan dia orang terdekatku. Kamipun memasuki area gladi bersih, satu kelompok dari kelas pgmi tiga D sedang berlatih dengan grup nya, kami terperangah melihat mereka latihan dan kami menciut melihat mereka sangat lihai dalam menari dan  bermain bendera itu. Mereka hanya saling pandang satu sama lain, tanpa mengucap sepatah katapun mereka tahu apa yang di benak mereka masing-masing.
Waktu latihan kami tiba, di mulai dengan pembukaan colour guard yang memasuki area panggung terlebih dahulu. Semua orang khawatir karena panggung yang kurang lebar dan kita terbiasa latihan di tempat terbuka yang sangat luas. Benar! Semuanya sulit menyesuaikan tempat yang kurang lebar, dan setelah latihan selesai yang di iringi dengan keluh kesah mereka atas panggung yang sempit. Kita semua berjalan menuju tempat marching band dan berlatih dengan tempat yang sempit menyesuaiakan dengan panggung yang tersedia, belum juga kita berlatih kembali anak-anak dari colour guard adu argumen dan mereka menginginkan bahwa mereka menginginkan tampil hanya empat orang saja lalu mengadu kepada sang gadis ketua kelas.
“Kita tampil nya empat orang saja, panggung nya sempit” adu salah seorang pemegang bendera itu, namun permintaan nya tak langsung di kabulkan oleh sang kepala suku. Justru jawaban getir yang menampar mereka “Latihan nya kalian dari awal ber tujuh, tangan kalian sakit semua kenapa malah mau tampil bertujuh saja? Ingsyaallah panggungnya tetap cukup” Hanya tinggal hari ini untuk berlatih, namun kenapa mereka malah beradu argumen dan mendebatkan hal yang tak seharusnya. Lelah! Gadis itu melihat semua raut muka teman-teman nya yang terlihat kehilangan semangat dan terlihat sangat lelah. Setelah para pemain colour guard telah mengiyakan dengan bermain dengan pemain utuh, sekarang giliran para penari yang mengeluh tempatnya sempit. Mereka merubah formasi dan harus menyesuaikan lagi dari awal, formasi di rubah lagi padahal tampil tinggal besok! Semua orang terlihat frustasi dengan hal yang menjadi kacau balau ini.
“Tidak sudah tampil saja kalau di rubah terus” sorak sorai suara sumbing terdengar dari berbagai bibir teman-teman sekelas sang gadis itu. Ingin rasanya gadis itu mencekik tenggorokannya sendiri karena sudah tidak tahan melihat teman-teman nya yang adu argumen tanpa henti. Akhirnya dengan berbagai formasi baru kami berlatih dari awal hingga membuat penutup yang belum jadi, kami membuat penutup saja masih terjadi perdebatan lagi dan lagi. Gadis itu hanya mendesah dalam dan mengiyakan apa yang mereka katakan, karena gadis itu sudah tidak punya tenaga untuk meluruskan semua persepsi teman-temannya. Akhirnya semua telah terangkum menjadi satu, mereka latihan dari awal lagi dan ingin mencoba berlatih di panggung lagi namun waktu tidak cukup dan mereka berkumpul di stand bazar untuk sekedar melepas penat, membuat properti, berfoto bersama, mengunjungi stand bazar lain, dan menunggu esok datang.
Semburat embun telah membelai lembut tangan sang gadis yang terburu dengan berbagai persiapan untuk tampil hari ini, dia mengecek sosial media nya dan terperangah mendapati salah satu teman sekelasnya yang menjadi panitia pgmi in art memberitahukan bahwa mereka di undur dari penampilan ke lima belas menjadi dua puluh tiga, gadis ini terbelalak kaget karena memikirkan tampil jam berapa dia dan teman sekelasnya nanti. Gadis yang hanya menggunakan jersey barcelona jaket super junior dan rok lebar nya itu nekad ke stand bazar dengan dandanan yang mirip gembel itu, dia sangat terburu-buru karena teman-teman nya menyuruhnya untuk segera ke stand bazar. Setiba di stand bazar mereka saling membincangkan penampilan mereka yang di undur dengan kesalnya, dan kami menghubungi mbak salon yang akan mendandani kami  nanti agar datang lebih siang jam sebelas siang saja yang awalnya pukul delapan pagi. Namun kami mendapatkan informasi bahwa penampilan kami pukul lima sore, dan kami bersantai ria karena masih sangat lama.
Setelah mendapatkan informasi itu kami menghubungi mbak salon agar datang pukul satu siang saja agar kami dapat istirahat dan sholat. Waktu telah menunjukkan pukul sebelas siang dan kami tak kunjung berkumpul dan malah menonton acara tampilan dari kampus lain di Aula Utama. Kami terpana melihat penampilan mereka yang sangat total dan bagus itu, dengan kostum yang sangat bagus juga, mereka meliak liuk di atas panggung. Mereka saling melirik satu sama lain, menandakan keciutan hati mereka sebelum tampil, entahlah mereka sudah berusaha yang terpenting itu. Terutama gadis yang menjabat sebagai ketua kelas itu terlihat sangat resah.
“Mereka cantik sekali dengan pakaian nya yang bagus juga” dia mengadu kepada salah satu temannya dan mendapat suntikan semangat dengan menerima jawaban yang lugu dari temannya “Kamu juga cantik tidak usah khawatir” mereka mencoba menenangkan satu sama lain. Jam sudah menunjukkan waktu sholat dhuhur dan gadis itu mengajak teman-teman nya untuk berkumpul mempersiapkan diri dan sholat terlebih dahulu. Sesampainya di kos salah satu temannya, gadis itu mendapati teman-temannya yang sedang tidur dan ada yang sedang makan, lalu gadis itu mengambil air wudhu dan sholat. Dia juga menyuruh teman-teman nya agar segera sholat karena jam satu siang nanti mbak dari salon akan segera datang untuk mendandani mereka.
Jam satu kurang seperempat gadis itu menjemput sang perias dari salon itu di dekat salah satu kafe baru di dekat kampusnya, kakinya tak berhenti bergetar karena waktu yang sudah semakin siang dan menunggu terasa lama sekali. Setelah sampai di kos dan bersama mbak perias itu mereka mendapati bahwa kurang lima penampilan lagi lalu mereka akan tampil, sementara mereka belum mempersiapkan apapun. Dengan terburu-buru mereka berdandan sesuai peran masing-masing, yang mencengangkan yaitu fakta bahwa mbak nya yang merias hanya satu orang dan ada sembilan perempuan yang harus di rias. Kami semua sangat tegang dengan situasi ini, dan waktu berlalu begitu cepat dan kami benar-benar belum siap, dan salah satu teman kami memberitahukan bahwa jam tiga harus sudah siap dan kami masih memulai merias diri. Tiba waktunya kita tampil dan masih beberapa orang yang belum di rias, akhirnya sang panitia dari kelas kami itu meminta kami yang telah siap untuk berkumpul seadanya saja.
Salah satu gadis pencetus konsep kami itu memarahi kami habis-habisan karena kami yang tak kunjung berkumpul dan memberitahu bahwa kita tampil di akhir acara. Sementara sang roro jonggrang masih belum di rias sama sekali, setelah kedelan dayangnya itu selesai di rias dengan terburu-buru mereka menuju Aula Utama. Dua gadis datang menjemput sang roro jonggrang bahwa kita telah mendapatkan pengurangan poin dan maju di akhir acara karena kita terlambat tampil. Gadis itu hanya dapat mendesah dengan situasi yang semakin kacau balau ini, yang di pikirannya saat ini entahlah yang penting tampil saja dulu. Setelah selesai di rias sang roro jonggrang berangkat dengan teman-teman nya yang tersisa dan menuju ke Aula Utama di kampus tercintanya itu.
“Kita tampil setelah isya’ mah” Adu salah satu temannya itu, gadis itu terperangah dengan kabar itu dan sang gadis percaya begitu saja namun ternyata itu hanya canda mereka, mereka akan segera tampil. Sang gadis menemui salah satu panitia perempuan dari kelasnya itu dan meminta maaf karena membuatnya khawatir dan berterima kasih karena tidak mengundur lagi penampilan kami. Tibalah penampilan kami yang di awali dengan colour guard yang menggetarkan seluruh Aula itu, mereka memberikan tepuk tangan yang meriah dan giliran sang roro jonggrang yang masuk para penonton semakin bersorak sorai dan membuat sang gadis itu bunga namun tidak dapat memasang senyum di wajahnya karena terlalu tegang, lalu sang delapan dayangpun masuk dengan lihainya menari dengan sang roro jonggrang.
Kami melakukan beberapa kesalahan, namun mereka tetap memberikan kami tepuk tangan dan sorak sorai yang meriah dan membuat kami sangat bersemangat. Tiba saat adegan bandung bondowoso dan roro jonggrang bertengkar para penonton terlihat sangat tertarik dan terus memberikan tepuk tangan meriah, lalu sang setan yang akan membantu bandung bondowoso pun muncul dengan enerjiknya membangun candi dan membuat gelak tawa dari para penonton. Kami sangat senang atas respon baik dari para penonton bahkan dari dosen-dosen, kami sangat bahagia mendapat respon seperti ini untuk pertama kalinya. Para dosen memberikan pujian atas penampilan kami dan memfoto kami. Lantunan puisi indah dan percakapan dalam drama tersebut membuat penonton sangat mengapresiasinya.
Akhirnya kami berada di ujung penampilan lalu berkumpul di tengah panggung dengan semua pemain lengkap dan mereka bersorak-sorai atas penampilan kami, dan membuat kami sangat bahagia, lalu mereka keluar dari panggung dan menuju ke timur Aula dengan rasa bahagia yang luar biasa. Salah satu dosen yang menjadi panutan kami, moodbooster kami melangkah mendekati kami dan meberikan acungan jempol lalu mengatakan “Kalian keren” dan kamipun berfoto bersama sang bapak dosen. Setelah berbagai sesi foto yang panjang dengan berbagai macam teman, berbagai macam gaya, kami langsung mengumpulkan property jadi satu, membersihkan stand dengan kostum yang masih lengkap dan pulang untuk sholat dan membersihkan diri.
Sesaimpainya di kos temannya tempat mereka berias tadi, sang gadis itu menerima telfon dari salah satu teman perempuannya yang memintanya berkumpul di Aula Utama dan meminta agar teman-teman nya berkumpul pukul setengah tujuh. Gadis itu dengan terburu-buru memberitahu teman nya untuk berkumpul dan segera berbenah diri untuk pergi ke Aula utama karena dia yakin akan ada kabar baik. Sesampainya di sana masih ada berbagai acara yang di suguhkan oleh himpunan mahasiswa jurusan dan panitia penyelenggara, mereka sibuk unjuk kebolehan dalam tarik suara. Satu demi satu teman nya berkumpul dan terhitung sebelas orang yang berkumpul di Aula saat itu, dia tau bahwa mereka sangat lelah dan baru sampai di rumah mereka masing-masing.
Mereka duduk di barisan paling belakang dengan lampu yang sedikit temaram, sang kajur masuk ke Aula dan melayangkan senyuman bangganya selama beberapa detik kepada kami. Deg! Ini tidak nyatakan? Beliau melontarkan senyum tulus kepada kami padahal kami sudah tidak memakai riasan apapun dan beliau mengenali kami, rasa bangga dan haru bercampur jadi satu bagi gadis itu. Dan tibalah saat pengumuman pentas seni pgmi in art, ketika akan mengumumkan hasil juara pertama kelas lain berteriak ‘lima C, lima C’ padahal kami hanya diam saja dan mereka mengumumkan bahwa kelas kami yang mendapatkan juara satu. ‘Katakan bahwa ini hanya mimpi’ ‘Apa ini hanya bualan semata’ batin gadis itu tidak percaya.
Dengan pakaian yang sangat compang camping gadis itu maju ke panggung untuk mewakili kerja keras teman-temannya menerima piala dan sertifikat. Haru, senang menjadi satu dan air mata tidak dapat terbendung, mereka sangat senang karena di akhir partisipasi mereka dalam mengikuti pgmi in art mereka mendapatkan penghargaan yang sangat luar biasa.


Rasa hormat dan terima kasih aku sampaikan dengan tulus aku sampaikan kepada seluruh anggota kelas PGMI 5C, aku selaku ketua kelas sementara di semester ini merasa bangga dengan kerja keras dan semangat kalian. Semoga kalian kelak akan terus menjalin persaudaraan yang indah dan selalu mengenang berbagai hal yang kita lalu bersama. Lebih lagi terima kasih yang amat sangat banyak aku sampaikan kepada:
1.      Zulfa Rosyidah, Endri Emilyawati, Widayanti ayuningtyas yang selalu kunantikan genggaman lembut kalian, dukungan dan semangat kalian untuk ku selalu kuharapkan, aku  menyayangi kalian.
2.      Fatkhatul Himah yang telah memberikan kami gambaran konsep, lagu dan selalu setia menemani kita latihan dengan sabarnya, dan atas kerja kerasnya di sie kebudayaan HMJ PGMI IAIN Raden Syahid Tulungagung, juga kerja kerasnya sebagai panitia penyelenggara PGMI In Art 2016.
3.      Umar Bisri Mustofa selaku ketua HMJ PGMI yang selalu bekerja keras dengan mengemban tanggung jawab beratnya, dan selalu mendukung kami dengan cercaan pertanyaan dan selalu menginginkan kami tampil yang terbaik.
4.      M. Maskana Cahya selaku ketua bazaar untuk kelas pgmi 5c yang selaku bekerja keras tanpa lelah dan melakukan tugasnya dengan baik.
5.      Tria Nur Laily rasa hormat dan terima kasih yang tiada tara aku lantunkan khusus untukmu karena semua cucuran keringatmu yang tak pernah berhenti untuk kita, semua hal kamu lakukan tanpa lelah dan keluh kesah, aku sangat menyayangimu.
6.      Yogie Dwi Prasetyo U  yang tanpa lelah berlatih pensi dan selalu berusaha yang terbaik untuk kelas kita, selalu membantu bazar dan segala hal yang telah dia lakukan untuk kelas kami.
7.      Riza Badi’atus Shalihah yang selalu mendukungku, bergelayut manja di hadapanku, memelukku ketika lelah. Selalu memanggilku dengan sapaan “mamah” yang selalu menjadi favorit dan suntikan semangatku, Aku sangat menyayangimu
8.      Rizki Nur Fitria yang selalu membimbing aku dan yogie berlatih memerankan bandung bondowoso dan roro jonggrang ketika perang. Terima kasih banyak mbak, aku sangat menghormatimu.
9.      Savitri Widyaningsih yang selalu setia menemani kemanapun aku berada, dan memerankan tugas nya sebagai wakil ketua dengan sangat baik, mampu mendengarkan keluh kesahku dengan baik. Aku sangat berterima kasih dan sangat membutuhkanmu.
10.  Yeni Binti Nursiyami yang tanpa lelah mendedikasikan semua tenaga dan kerja kerasnya untuk kelas pgmi 5c, aku mengucapkan terima kasih banyak atas cucuran keringat yang telah kamu berikan. Kami sangat menyayangimu.
11.  Rizki Amalia seseorang yang dahulu terlihat sangat asing bagiku, dan sekarang aku dapat merasakan hangat nya pelukan, panggilan dan perlakuan manjanya, semua tingkah laku lucunya dan semnagat juang selama latihan tidak ada yang menandingi, aku sangat menyayangimu.
12.  Yunita Binti Rosyidah, Laily Badriyatin, Ulfa Lailatul Izza tingkah lucu dan imut kalian, pelukan hangat yang kalian berikan sangat membuat semangatku kembali lagi, terima kasih banyak atas segala hal yang kalian berikan, rasa sayang yang kalian ekspresikan aku sangat menyayangi kalian.
13.  Rizki Amalia, Ulfa lailatul Izza, Surrayya Layyin Hamndiyah, Zulfa Rosyidah, Yunita Binti Rosyidah, Yeni Binti Nursiyami, Savitri Widyaningsih, Laily Badriatin yang memerankan dayang-dayang dengan tarian lenggak lenggok nya yang sangat baik, terima kasih atas semangat kalian.
14.  Yulis Dea Kumalasari, Siti Laela Nur A, Rizki Nur Fitria, Rina Natalia yang mampu memerankan sebagai para jin dewasa yang dapat membangun candi untuk sang bandung bondowoso.
15.  Riza Badi’atus Sholihah, Endry Emilyawati, Salsabila Nadhifah, Titis Enggar Puji R, mereka mampu memerankan sebagai jin kecil yang membangun candi untuk bandung bondowoso.
16.  Uri Nishfi Naharin, Yusfi Fiatin Harnifa, Zulfa Luyyina Ifadah, Widayanti Ayuningtyas, Dwi Koniatus Sa’adah, Tania Iswara Wentyne A, Rifatul Husna para pemain colour guard yang mampu memerankan tugas mereka dengan sangat apik dan menawan.
17.  M. Sirojul Munir, Tsani Luzzam H, Ahmad Badrul Z, Selaku panitia penyelenggara pgmi in art yang selalu bekerja keras, terima kasih atas dukungan dan semangat kalian.
18.  Umi Sayyidatus Sukhriyah. Rifa Nur Mazidah, Suci Handayani yang selalu setia menjaga stand bazaar, memberikan suntikan semangat untuk kami, kami sangat menghargai jerih payah kalian.

 Sembura mega merah yang kian luntur
Pekatnya mendung yang  hilang terlindas guntur
Sapaan hangat sinar mentari yang menyulut semangat
Hingga sang bintang yang berkelip menggenggam tabiat
Bahkan sang pelangi yang selalu muncul di saat yang tidak tepat
Kami selalu mengumpulkan ribuan semangat
Untuk tetap saling menunjukkan genggaman erat

KETUA KELAS PGMI 5C
RIZKA NUR ROFI’AH

5 komentar:

  1. Spechless
    Pengin nangis tapi gengsi ahhhh....hwaaaa

    BalasHapus
  2. Aku nangiss.. gek iki posisi nek tempat her nek ngunot.. jan isin.. tpi cuwe aj lah.. hhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha dasar mbak duwi, nanti dikira putus cinta loh haha

      Hapus
  3. Tulisan di atas sangat tidak menarik. Ada yang tau kenapa?
    karena tidak ada nama Khabibur Rohman dalam daftar nama yang diberi ucapan terima kasih. :D

    BalasHapus