Selasa, 23 Januari 2018

Luka Kedua ~

LUKA KEDUA
            ‘Kenapa kamu memustuskan membuka hati lagi? Padahal kamu tahu bahwa semuanya hanya akan berakhir sia-sia’ hal itulah yang sekarang aku pikirkan. Penyesalan memang selalu berada di akhir, jika penyesalan sudah berada awal kisah bukan lagi penyesalan, namun menjaga jarak dari kenyataan. Kini nasi telah menjadi bubur kisah yang telah berlalu hanya menjadi cerita dan pengalaman hidup yang harus dijadikan patokan untuk memilih selanjutnya.
            Semester tiga, waktu itu aku membuka lagi hatiku yang sudah lama aku tutup. Lebih dari satu tahun lamanya dari sekarang, jika mengingatnya lagi mungkin waktu itu tahun 2015 akhir. Aku mempunyai seorang kekasih dari kampus yang sama tetapi jurusan yang berbeda. Memang benar jika cinta akan membutakan seluruh akal sehatmu, dan akan menjadi penyesalan setelahnya. Aku mengenal lelaki itu karena temanku, kami sangat sering berkomunikasi dan membuat kami menjadi akrab.
            Jika mengingatnya kembali, fantasiku telah terlampiaskan namun hanya menyisahkan kenangan buruk. Malam itu dia mengajakku keluar ke sebuah kafe di dekat alun-alun tempat aku menimba ilmu, kami berbicara ini itu dan membuat suasana menjadi canggung. Aku tidak bisa memakan apapun yang dia belikan, walaupun dia memintaku makan aku hanya meminum apa yang dia belikan. Tiba-tiba dia memegang tanganku dan menyatakan perasaanya, jika mengingatnya lagi aku tak langsung menjawabnya. Aku menyukai momen itu karena sesuai fantasiku, namun aku benar-benar menyesal dan merasa bersalah karena terlibat hal seperti itu. Ibu maafkan aku yang tidak belajar dengan baik, dan pernah menghabiskan waktu dengan sia-sia seperti itu.
            Dia sering mengajakku keluar bahkan ketika di rumahpun, aku sangat menyesal karena dia pernah berkunjung ke rumahku dan mengenal orangtuaku. Semua orang tau dan membuat penyesalanku berlipat ganda. Kami bahkan pernah menghabisakan satu hari saat hari raya untuk berlibur, aku bahkan tak mendengarkan apa kata Ibuku sendiri. Seingatku aku hanya dibutakan oleh cinta dan kesenangan semu. Aku benar-benar menyesali perbuatanku saat itu, fantasiku tentang kisah cinta tak seharusnya aku pupuk menjadi sebuah luka bagi ibuku seperti itu. Aku benar-benar orang yang buruk waktu itu, aku menyesalinya amat sangat.
            Tak lebih dari tiga bulan, kisah itu berlalu begitu cepat. Dan jika mengingatnya mengakhiri hubungan itu adalah hal yang sangat tepat. Lagi-lagi aku terlibat dengan lelaki yang tak bisa memalingkan diri dari kisah cinta pertamanya. Memuakkan, sampai kapan aku harus terlibat kisah seperti ini dalam hidupku. Dia benar-benar membuatku tampak bodoh dengan kisah yang berlangsung cepat dan menyesalkan ini. Aku selalu memberikan semua yang aku punya, tapi dia selalu mengatakan kepadaku bahwa aku memperlakukannya seperti mantan kekasihnya dahulu. Sama sekali tidak benar, aku tidak pernah membandingkannya. Aku bahkan berlaku lebih baik dan mengimbangi gaya hidupnya yang tak seharusnya aku ikuti.
            Pahit jika aku mengingatnya lagi, aku pernah memberikan dia obat dan beberapa makanan ringan juga surat di atas motornya. Namun dia meninggalkannya di lapangan tempat dia memarkirkan motor, benar-benar menyakitkan. Usahaku hanya sebuah sampah yang tergeletak, dia bahkan tak menghargainya. Kisah ini merumit, seakan dia ingin lepas dariku dan membuat alasan yang tidak masuk akal dan kembali kepada kisah cinta pertamanya. Aku benar-benar bodoh yang hanya sakit sendirian, tak seharusnya aku menjalin kisah dengan seseorang yang hanya akan melampiaskan rasa haus kasih sayang kepada seseorang sepertiku.
            Aku benar-benar melepaskannya, dan tak lama kemudian dugaanku benar. Aku mendengar bahwa dia kembali kepada cinta pertamanya. Seseorang yang telah lama dia menjalin kasih, aku benar-benar bodoh mau singgah kedalam sela-sela ras jenuhnya. Aku benar-benar menyesal dan terlihat menyedihkan, tak seharusnya aku menyukainya. Aku benar-benar ingin sekali memeluk cinta pertamanya dan meminta maaf karena telah mengganggu hubungan mereka. Dengan bodohnya aku terbutakan oleh cinta dan tak pernah mengerti situasi. Lagi, aku hanya terdiam oleh keadaan yang aku alami


21/01/2018

DOWNPOUR~~

DOWNPOUR
            Semua perempuan pasti akan mengakui bahwa di dalam dirinya yang tak pernah diakui, dia memiliki fantasi tentang kisah cinta mereka masing-masing. Mereka ingin memulai sesuatu hal yang berkaitan dengan ‘cinta’, dengan hal yang ada dalam fantasinya. Bagiku kisah cinta yang aku inginkan adalah kisah cinta yang benar-benar murni, benar-benar tulus dan saling menerima kekurangan juga kelebihan masing-masing. Tidak pernah lebih dari itu.
            Berbeda dengan laki-laki yang selalu terjebak dengan kisah cinta pertamanya yang menyebalkan. Bukankah lelaki yang baik tidak akan meninggalkan orang yang ia cintai? Kenapa kebanyakan dari mereka meninggalkan cinta pertamanya dan terkurung dalam lembah hitam atas perasaan yang tidak pernah bisa teralihkan dari kisah cinta pertamanya. Jika perempuan bisa mengadukan kepada semua laki-laki, hal yang mereka lakukan lebih dari sebuah kejahatan yang menyiksa.
            Jika mengingatnya kembali, waktu itu aku masih awal menjadi mahasiswa. Entah apa yang aku pikirkan aku meracuni diri bahwa sebaiknya aku harus memiliki seseorang seperti temanku lainya. Entah karena lingkunganku, entah karena pengaruh mereka yang pasti aku menjadi gila karena memikirkan bahwa aku harus memiliki kekasih. Semua berjalan sesuai keinginanku, beberap lelaki mendekat. Aku seperti dibutakan oleh nafsu karena menjadi seseorang yang tidak ku kenal sebelumnya. Entahlah jika mengingatnya kembali, tak seharusnya aku menjadi orang yang buruk seperti itu.
            Entah dari mana asalnya, seseorang tiba-tiba menghubungi lewat pesan. Dia mengenalkan dirinya dan segala macam tenangnya juga akhirnya dia menginginkan untuk bertemu. Setelah pertemuan yang canggung di awal, kami saling mengirim pesan disela-sela kesibukan perkuliahan masing-masing. Jika mengingatnya kembali waktu itu masih tahun 2014. Setalah pertemuan pertama kami, tiba-tiba dia mengirimkan pesan yang tak pernah aku lupakan ‘Menyukai seseorang pada saat waktu pertama bertemu adalah nafsu’
            Mungkin karena nafsu yang tak dapat aku kendalikan, perasaan ini tumbuh menjadi perasaan suka yang berlebihan. Aku selalu menuruti apa yang dia katakan dan lama kelamaan perasaan ini seperti perasaan yang tak terbalas. Aku mengerjakan tugas kuliahnya, aku selalu mengirimkan pesan terlebih dahulu, aku menunggu jawabanya yang lama dengan gelisah, aku mengurusnya ketika sakit, aku membaca buku yang dia beri, aku datang ketempat yang dia suruh. Jika bukan perasaan yang bertepuk sebelah tangan, lalu sebenarnya apa semua ini?
            Aku benar-benar tidak mengerti dengan diriku sendiri, aku bahkan muak dengan perlakuanku yang berlebihan tanpa pernah mengetahui apa yang dia rasakan sebenarnya. Jika mengingat lagi, dia adalah misteri bagiku. Seseorang yang tak pernah mengungkapkan apa yang dia rasakan, seseorang yang selalu membuatku menunggu, seseorang yang membuatku menjadi gadis bodoh dalam hal percintaan. Aku lelah dengan diriku sendir, semua yang ada dalam fantasiku terhapus dengan hujan yang lebat. Aku benar-benar ingin mengakhiri perasaan berlebihan yang menyiksa ini.
            ‘Dia sama baiknya dengan seseorang yang pernah kusuka, dia orang kedua terbaik setelah kekasihku yang dahulu’ Pesan itu dia kirimkan kepada temanku. Benar, memang sudah seharusnya aku mengakhiri kisah tak berguna ini. Kisah yang hanya mengorbankan satu perasaan, kisah yang hanya menjadi pelampiasan rasa sakit yang belum terkubur, kisah nyata yang tak pernah sama dengan khayalan itu. Dan aku memilih untuk menghindarinya, aku memilih jalanku tanpa kisah cinta yang hanya sebatas omong kosong. Benar-benar menyakitkan, aku hanya terlibat kisah cinta dengan orang yang hanya akan menyakitiku.
            Aku memutuskan untuk menghindari semuanya, semua hal yang berkaitan dengan laki-laki itu. Laki-laki yang hanya menikmati indahnya dicintai dan tak pernah membalas dengan hal yang sama. Dia hanya laki-laki yang terjebak dengan kisah cinta pertamanya, memuakkan. Berapa kali aku harus mendengar bahwa kisah cinta pertama laki-laki benar tidak akan pernah dilupakan, menyedihkan sekali bagi perempuan yang harus menerimannya. Termasuk diriku sendiri.
            Ratusan pesan, ratusan telfon aku abaikan karena aku benar-benar ingin meninggalkannya. Dia terus membicarakan penyesalan yang membuatku muak, akhirnya aku memblokir nomornya dan semua kontak yang berkaitan dengannya. Yang tersisa hanyalah buku dan kaos putih pemberiannya. Kenangan yang sama sekali tak ingin kukenang, kenangan yang hanya membuatku menarik nafas dalam. Dan aku memutuskan untuk tidak tertarik dengan pria lagi setelah pengalaman pahit itu.
            Memuakkan sekali melihat laki-laki yang terjebak dengan kisah cinta pertamanya. Mereka tak pantas mendapat kasih sayang dari seseorang yang mencintainya dengan tulus. Mereka harus menata kembali perasaan itu hingga menjadi seseorang yang layak dicintai, seseorang yang dapat dijadikan sandaran. Seseorang yang akan membalas kasih sayang seseorang lainnya, bukan seseorang yang hanya menguji rasa cinta orang lain.

Cinta tak terbalasmu.

21/01/2018

KOSA KATA HANGUL DALAM LIRIK LAGU PART 2

NCT 127 – Limitless

어제 (oje)                    : Kemarin                   무거워 (mugowo)       : Berat
악몽 (akmong)            : Mimpi Buruk            필요 (pilyo)                 : Membutuhkan
아직 (ajik)                   : Masih                        도와 (dowa)                : Membantu
닮아 (dalma)               : Sama                           (kakkeum)              : Kadang
소리 (sori)                   : Suara                         찾아 (chaja)                : Mencari
따라 (ddara)               : Mengikuti                  열어 (yeoro)                : Membuka
시작 (sijak)                 : Mulai                         뜨거 (ddeugo)              : Panas
무한 (muhan)              : Tak Terbatas               (jalb)                       : Pendek
노래 (norae)                : Lagu                          감각 (gamgak)            : Indra
미래 (mirae)                : Masa Depan              바꿔 (bagwo)              : Mengubah

NCT 127 – Switch
여기 (yogi)                  : Disini                         가까워 (kakkawo)      : Dekat
다른 (dareun)              : Lainya                       어디 (odi)                   : Dimana
멀어 (molo)                 : Jauh                           저기(jogi)                    : Disana
기분 (gibun)                : Merasa                       느낌 (neukkim)           : Merasa
(kil)                         : Jalan                          같이 (kati)                   : Bersama

NCT 127 – Baby Don’t Like It
소름 (soreum)             : Merinding                 주제 (juje)                  : Topik
만죽 (manjuk)             : Puas                           (kwak)                   : Erat
오답 (odab)                 : Salah                           나쁜 (nappeun)           : Buruk
정답 (jongdab)            : Benar                         (jit)                         : Hal
찾아 (chaja)                : Mencari                     눌려 (nulyo)                : Bermain

NCT DREAM – MY FIRST AND LAST
이때 (iddae)                : Ketika                       설명 (solmyeong)       : Menjelaskan
부려워 (buryowo)      : Iri                              (chum)                    : Tarian
확실 (hwaksil)            : Yakin                        (chaek)                   : Buku
이건 (igon)                  : Ini                              터져 (tojyo)                : Meledak
점점 (jomjom)             : Perlahan                     고민 (gomin)               : Madalah
현실 (hyunsil)             : Nyata                        살펴 (salpyo)              : Kanan
앞뒤 (apdwi)               : Kiri                            너만 (noman)              : Hanya Kamu

EXO – Peterpan
멈추 (momchu)           : Berhenti                    (Jum)                      : Agak
보다 (boda)                 : Lebih                         부터 (buto)                 : Sejak
두근 (dugeun)             : Berdetak                   (ta)                          : Naik
떨려 (ddolyo)             : Gugup                       만든 (mandeun)          : Membuat
외러운 (wiroun)         : Kesepian                   떠나 (ddona)              : Pergi
지워 (jiwo)                  : Hapus                        장문 (jangmun)           : Jendela
얘기 (yegi)                  : Cerita                        설레 (solle)                 : Berdebar
먼지 (monji)                : Debu                         용기 (yonggi)              : Keberanian

BTS – Just One Day
달콤 (darkom)             : Manis                        (sum)                      : Bernafas
향기 (hyanggi)            : Wangi                        수영 (suyong)             : Berenang
취해 (cwihae)              : Mabuk                       고백 (gobaek)             : Menyatakan
불러 (bullo)                 : Meamanggil              예술 (yesul)                : Seni
이름 (ireum)                : Nama                         현실 (hyoensil)           : Nyata
목소리 (moksori)        : Suara                         (jung)                      : Tengah



Selasa, 16 Januari 2018

AYAHKU


Seperti biasa sore hari satu persatu murid les berdatangan tak beratur jamnya karena hujan, hari itu setelah menjemput dilla dari pondok tahfidz aku pulang dan mengajari dilla dan salah satu murid les laki-laki. Hari itu kebetulan ada tugas Bahasa Arab tentang silsilah keluarga, setelah mengerjakan silsilah keluarga ada beberapa jawaban yang harus di koreksi pada saat itu. Kebetulan selain melengkapi juga harus mengartikan beberapa kata yang berhubungan dengan keluarga. Mengartikan kata demi kata, kalimat demi kalimat tanpa ada rengekan ataupun hal yang aneh. Tiba saat mengartikan bahasa arab yang artinya ‘ini ayahku’ salah satu murid laki-laki itu mengatakan sesuatu kepadaku.
“Kamu gak punya ayah kan” deg! Setelah tekadku melupakan hal yang berhubungan dengan ayah, untuk alasan yang bodoh aku sakit hati oleh perkataan anak kecil. Memang tidak benar dan tidak seharusnya aku merasakan sakit hati, lebih lagi karena anak kecil yang sepontan mengatakannya. Saat itu sepersekian detik aku bingung harus mengatakan apa, disisi lain ada dilla yang sangat polos mendengarkan perkataan itu. Aku segera menyadarkan diri dan mengalihkan kepada materi selanjutnya, dan akhirnya berlalu bergitu saja setelah semua pekerjaan rumah diselesaikan. Tapi tidak denganku, aku aku masih saja memikirkan perkataan anak kecil itu.

‘Darimana dia tahu? Kenapa dia bisa menyimpulkan begitu? Apa semua terlihat sangat nyata?’ Beberapa pertanyaan terus saja berada dalam pikiran dalam beberapa hari, bahkan beberapa hari kedepannya aku terus memikirkan setiap kali bertemu anak itu. Ah menyebalkan ketika memikirkannya lagi, kenapa pula aku harus sakit hati karena ucapan anak kecil? Benar benar membenci diriku sendiri karena hal itu. Semoga anak-anak tidak memikirkan hal yang berkaitan dengan ayahku, semoga aku terus di beri kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi mereka. Amin~

SCENE STEALER (YOUR MANITO)


Sekarang era di mana pemain utama benar-benar kalah telak dengan ‘pencuri perhatian’. Era di mana Scene Stealer lebih mendapatkan perhatian yang lebih dan seakan menjadi pemain utama. Duniaku adalah dunia dimana, aku selalu meninggikan Scene Stealer dari pada diriku sendiri selaku pemain utamanya. Jika mengingatnya lagi, aku selalu berubah karena kasih sayang yang aku berikan selalu berakhir dengan kasih yang dingin. Entahlah di titik ini aku selalu merasa bahwa aku adalah orang yang jahat, tapi bagaimana lagi bukankah Scene Stealer hanyalah seseorang yang hanya melewati hidupku dengan kenangan yang indah dalam waktu yang benar-benar singkat.
Menjadi orang yang penuh kasih sayang yang selalu terlihat hanya bertepuk tangan, menjadi orang yang selalu memikirkan hal yang tidak penting, menjadi orang yang selalu memberikan apapun kepada orang lain tanpa berkata ‘tidak’ sekalipun benar-benar waktu yang sangat sulit kulalui. Entah dari mana perasaan itu aku dapatkan, entah dari mana aku menanamkan prinsip-prinsip yang tak seharusnya aku tanamkan tapi aku sangat tersiksa dengan karakter yang aku punya. Apakah sebagian perasaan lembut yang aku punya adalah pemberian ibu, mungkin saja.
Awal penyiksaan perasaan yang kulalui berawal dari saat sekolah dasar, aku berteman dengan salah satu perempuan yang membuatku selalu bersamanya saat dikelas ataupun di rumah. Manito adalah julukan yang seharusnya kutanamkan pada diriku sendiri, aku selalu membenarkan jawaban gadis itu jika salah, menemaninya kemana-mana, meminta maaf dahulu jika mengingat kenangan itu entah kenapa aku juga sudah lelah sendiri. Saat itu entah apa karena masih sangat kecil kami sering sekali bertengkar, dan aku melewati waktu dengan penuh ketakutan.
Saat sekolah menengah pertama aku tak bisa berpisah dengannya, satu kelas, satu bangku kemana-mena bersama dan terpaksa aku harus memperlakukannya dengan baik. Aku selalu menghampirinya dan menunggu dengan waktu lama, menjaganya seperti anak kecil, lagi jika mengingatnya benar-benar lelah. Waktu tak berhenti aku berada di Sekolah Menengah Atas yang sama, setiap hari menjemputnya dan menggandengnya ke sekolah. Untunglah saat berada di Sekolah Menengah Atas aku tidak satu kelas bersamanya, aku selalu menghindari apa yang dia pilih. Ektrakurikuler, Jurusan bahkan hal sepenting itu aku kesampingkan.
Namun sekarang jika mengingat perjalanan panjang itu hilang saat kami berada di bangku perkuliahaan. Bahkan sekarang sama sekali tidak ada kabar, tak bisa saling berhubungan, tak bisa saling bertemu, bahkan aku tak punya nomernya sekarang. Lebih buruknya lagi kini kami seakan menjadi orang yang asing. Jika bertemu tanpa sengajapun kini kami tak punya bahasan yang tepat untuk dibahas, tak mungkin sekali jika membahasa masa lalu benar-benar waktu yang membingungkan. Dengan penuh penyesalan aku harus mengatakan tugasku sebagai Manito berakhir disini, aku selalu berdo’a yang terbaik untukmu. Semoga kamu juga.
Karena aku tak bersamanya saat di kelas sepuluh, aku memiliki teman-teman yang baru dan membuatku nyaman. Entah bagaimana bisa secepat itu, aku kini merasakan harus memerankan peranku kembali, semenjak sekolah menengah pertama aku menyukai k-pop dan segala hal yang berhubungan dengan itu. Di kelas sepuluh aku merasa harus memperlakukan anak itu dengan baik karena dia menyukai kpop juga. Peranku sebagai manito muncul kembali entah kenapa aku memperlakukannya dengan terlalu berlebihan, bahkan hingga melewati batas. Rasa sukaku kepadanya sebagai adik benar-benar keterlaluan, bahkan pernah sekali aku pulang maghrib hanya karena menuruti dia pergi ke warnet.
Jika mengingatnya lagi aku benar-benar menyesal karena membuat orang tuaku khawatir pulang terlambat, hubungan kami hanya berakhir saat di kelas sepuluh. Karena saat pembagian jurusan kelas sebelas dia tidak sekelas denganku, namun sebenarnya dia akan pindah di kelasku tapi tidak jadi karena ada salah satu guru matematika yang membuat semua orang takut. Hubungan kami benar-benar berakhir bahkan lebih buruknya kami saling menjauhi karena kpop pula, semua sosial mediaku di blokir bahkan ketika ada acara alumni  kelas sepuluh dia tidak pernah ikut karena ada aku. Untuk apa aku memperlakukannya dengan baik? Benar-benar sia-sia.
Aku akan mengira setelah kekecewaan itu peranku sebagai manito berakhir disana, namun ternyata semuanya hanya berjeda saat aku kelas sebelas dan dua belas. Di kelas sebelas aku benar-benar menemukan seseorang yang sangat membuatku percaya diri, seseorang teman yang selalu menjadi sandaran, seseorang yang telah menjadi keluarga. Irma, Cindy, Eka mereka benar-benar membuatku menjadi orang yang berani berbicara kepada orang lain, membuatku menjadi lebih percaya diri, membuat rasa minder yang aku pendam selama ini berakhir menjadi seseorang yang dapat berinteraksi lebih kepada orang lain. Mereka adalah orang-orang yang sangat berharga dalam perjalanan hidupku, terima kasih banyak kalian adalah keluarga yang lebih dari sekedar keluarga.
Selama kelas sebelas dan dua belas aku hanya tersenyum dan menjadi manito tingkat rendah untuk beberapa orang yang menyukai kpop, walaupun terkadang berlebihan namun kukira semua itu hanya jeritan kpopers yang menginginkan teman untuk berbicara tentang kpop bersama. Semuanya berjalan dengan damai saat kelas sebelas dan dua belas, berkat Cindy, Irma, Eka. Hingga saat aku dengan berat memutuskan untuk kuliah, aku kira dunia yang baru membuatku menjadi orang yang tidak akan menjadikan orang lain lagi spesial.
Saat kelas semester awal, karena aku berada dalam lingkungan orang-orang yang mempunyai gandengan sendiri membuatku menyukai beberapa orang, berpacaran dengan seseorang dan peranku sebagai manito teralihkan kepada mereka . Ini lebih buruk lagi dan aku sangat meminta maaf kepada Ibuku atas kelakuan burukku saat itu, aku benar-benar menyesal karena berhubungan dengan laki-laki. Namun itu hanya saat aku berada disemester awal, setelah semester empat aku pindah ke salah satu asrama wanita di dekat kampus untuk mendapat beberapa pencerahan dan mengalihkan perhatianku sepenuhnya pada perkuliahan.
Aku kira aku hanya akan fokus pada materi perkuliahan karena menyesal atas perbuatanku, namun rasa kpopersku untuk menyukai kpopers lainnya benar-benar besar dan berlebihan. Lagi aku harus memerankan peranku sebagai manito, aku berhubungan dekat dengan salah satu kpopers yang ada di asrama. Memperlakukannya dengan berlebihan dan entah dengan alasan apa aku dekat denganya. Aku membelikan dia ini itu, mengajak dia kesana kemari, membantu dia ini itu benar-benar melelahkan jika mengingatnya lagi. Akhirnya aku muak dengan diriku sendiri dan melampiaskan kepada anak itu dan hubungan kami menjadi renggang, bukan lebih tepatnya aku ingin mengakhiri peranku sebagai manito. Aku muak dengan diriku sendiri saat itu.
Beberapa peranku sebagai manito sebenarnya aku tunjukkan kepada beberapa orang lagi, namun semuanya tidak seperah beberapa orang itu. Sebenarnya jika orang lain melihatnya benar-benar berlebihan namun aku berusaha memperbaiki semuanya, saat di kkn pun aku benar-benar menjadi orang yang gila akan peran manitoku. Aku kira jika aku berada lama dengan seseorang membuatku menjadi seseorang yang penuh kasih sayang yang berlebihan. Sekarang setelah aku berada dirumah, lebih banyak menghabiskan dengan anak kecil, aku benar-benar menjadi orang-orang yang hanya peduli dengan diri sendiri. Lebih suka dirumah dari pada diajak keluar, lebih peduli menonton variety dan menulis dari pada menghabiskan waktu dengan mereka. Semoga rasa individual dan hommies ku cepat hilang, amin~

Manito adalah peran yang sangat berat dan membebani
Berkat kalian aku belajar banyak
Terimakasih banyak, terimakasih………..
Terimakasih karena kalian tetap bagian dari hidupku


THE STORY OF FULL MOON



Pemain: Ong Seongwoo
               Moon Lili (OC)
Genre :  Romance Fantasy
Rate    :  PG 13 (One Shoot)
            Gelap, sunyi, seperti biasa aku hanya menikmati suasana keheningan kampus dengan secangkir kopi hangat dan wifi kampus yang setia menemani mengerjakan tugas. Saat seperti inilah wifi benar-benar berfungsi dengan baik, karena hanya beberapa mahasiswa saja yang aktif di malam hari. Terutama mahasiswa semester akhir sepertiku, ah~ jika mengingat aku adalah mahasiswa semester akhir membuat kepalaku mau meledak karena skripsi yang tak kunjung selesai. Kapan sebenarnya semua penderitaan ini berakhir, aku lagi-lagi bertarung dengan diriku sendiri karena rasa muak dan malas yang bercampur. Godaan benar-benar banyak sekali saat mengerjakan skripsi.
Red Sun! cepatlah selesai wahai skripsi, aku sudah muak kepadamu. Begitulah umpatan hatiku setiap hari ketika aku menatap layar yang penuh tulisan seperrti semut yang berjajar, buku yang berserakan di atas bangku gazebo. Ah muak sekali dengan pemandangan yang sama setiap hari, kapan aku bisa mengalahkan diriku sendiri dan bertarung dengan waktu seperti ini? Aku benar-benar muak. Red Sun, Red Sun! Red Sun!! beberapa kali aku mengucapkan mantra sihir dalam hati dengan bodohnya dan berharap skripsiku selesai. Ternyata mantra bodoh itu tentunya tak akan membantuku, aku menutup notebookku dan mengemasi semua buku memasukkannya kedalam tas ransel hitamku. Akhirnya aku meninggalkan tempat itu.
Aku berjalan ke arah yang sama seperti biasanya, seperti de javu karena aku melakukannya berhari-hari. Seperti biasanya aku selalu berhenti sebentar di depan perpustakaan, bukan untuk mengembalikan buku pinjaman, namun untuk menatap salah satu gadis yang juga selalu berada di tempat yang sama, melakukan hal yang sama juga. Gadis itu selalu duduk di gazebo pojok yang benar-benar sepi, dengan mata yang sayu di balut kacamata. Gadis itu menatap notebooknya, dan sesekali gadis itu menatap mega merah. Apakah gadis itu juga mahasiswa semester akhir sepertiku? Sepertinya dia jauh lebih frustasi dari pada aku. Tiba-tiba gadis itu berjalan mendekatiku.
Cutter…Apa kamu punya Cutter?” entah kapan gadis itu tepat di depanku dan tanpa mengenalkan dirinya dia meminjam cutter seperti akan membunuh seseorang. “C..Cutter? Ah...aku tidak punya, ah sepertinya aku punya sebentar” entah kenapa aku tergagap seperti ketahuan memandangnya setiap kali aku melewati tempat itu, apa dia mengetahuinya ketika aku memandangnya setiap kali pulang? Memangnya aku bertindak cabul, aku hanya memandangnya saja. Aku membuka tasku dan mengambilkan cutter seperti permintaannya, dan memberikan cutter itu kepadanya. Tanpa sengaja ujung jariku bersentuhan dengan tangannya, kenapa tanganya dingin sekali? Apa dia sakit? Atau jangan-jangan dia gadis vampir seperti di di cerita webtoon itu hahaha, masih sempat saja aku berfikiran konyol di depan orang asing.
“Terima kasih, berikan hpmu.” Tiba-tiba gadis itu meminta hpku seperti seorang pencuri. Tadi dia meminta cutter dan sekarang dia meminta hpku, sejauh ini bukan seorang vampir tapi dia pencuri. Red Sun! seperti tersihir mantraku sendiri aku memberikan hpku tanpa berfikir panjang. Kemudian dia mengetikkan sesuatu di layar hpku dan menyodorkan kembali hpku. Tanpa berkata sepatah katapun gadis itu pergi meninggalkanku yang masih terdiam seperti orang yang terkena sihir. Apa yang baru saja terjadi sebenarnya? Akal fikiranku seperti dikendalikan gadis itu, dengan setengah sadar aku membaca tulisan yang dia tuliskan di memo hpku.
Temui aku di taman lili pukul enam sore’ hanya itu saja yang dia tuliskan, bukannya memberi nomor telfon tapi dia hanya memberi tahuku untuk datang ke taman lili dan lagi-lagi pukul enam sore, benar-benar gadis aneh. Entah kenapa bulu kudukku berdiri semua apakah karena cuaca dingin atau karena gadis itu yang membuat suhu tubuhku meningkat. Aku harus menemui gadis itu besok untuk menghapuskan rasa penasaran dan semua kejadian aneh yang aku alami selama ini. Apakah firasatku benar atau hanya pengaruh halusinasiku yang sangat besar. Semuanya masih menjadi misteri dan pertarungan dengan jiwaku sendiri.
Akhirnya hari ini datang, walaupun masih pagi aku segera menyelesaikan tugas skripsi yang perlu di ketik dan mengembalikan buku ke perpustakan. Setelah itu aku harus bergegas menemui gadis pukul enam itu dan menjawab rasa penasaranku. Sebelum mandi aku memilih baju untuk aku kenakan hari ini, entah kenapa aku terlalu memikirkan apa yang harus pakai hari ini. Aku menemui gadis itu bukan untuk kencan buta, tapi kenapa aku sibuk memilih baju hari. Ah sudahlah~ jangan terlalu memikirkan baju cepatlah mandi dan pergi ke perpustakaan, aku mencoba melawan kehendak diriku lagi dan pergi mandi.
Taman lili, sudah lama sekali aku tidak kesini. Banyak sekali orang yang bergandengan tangan, saling bersandar, mengusap rambut satu sama lain. Ah! Menyebalkan, kenapa gadis itu memintaku datang ke taman lili yang sudah jelas tempat orang-orang memadu kasih. Aku melihat kearah cahaya matahari yang sudah mulai menghilang dari bumi dan berganti dengan mega merah yang indah. Aku menundukkan pandanganku dan melihat gadis itu duduk di bangku dekat pohon rindang dan juga mengarahkan pandangannya kepada mega merah itu. Apakah ini de javu lagi? Kenapa dia selalu melakukan hal yang sama setiap kali aku memandangnya. Aku mendekati gadis itu yang berpakaian rapi dengan syal merah yang menutupi lehernya.
“Hai” ucapku canggung dan menjaga jarak darinya, walau bagaimanapun dia tetap orang asing bagiku karena hanya beberapa saat saja kami mengenal. Dia tidak menyapaku kembali, dia hanya mengarahkan pandangan yang dingin kepadaku. Aku hanya berdiri terpaku di depannya, gadis itupun tak memintaku duduk di dekatnya. Benar-benar situasi yang canggung, sebenarnya aku ingin duduk disampingnya namun aku takut jika tidak sopan karena ukuran bangku yang akan membuat kami saling berdekatan jika duduk bersama. Entah apa yang ada dipikiranku, aku duduk disampingnya seperti naluri yang terarahkan.
“Kenapa kamu datang?” gadis itu melontarkan kata yang penuh tanda tanya bagiku, bukannya dia yang menyuruhku datang dan mengambil cutter di taman lili. Tapi  kenapa dia malah seakan benci melihat kehadiranku dan membuatku seperti orang yang mengganggunya.
“Bukannya kamu yang menyuruhku datang? Mana cutterku?” Aku benar-benar kesal karena situasi ini, seakan-akan aku benar-benar mengganggunya. Tch! Bukannya seharusnya cowok yang menarik ulur situasi, benar-benar situasi yang membuatku kalah telak dan kesal.
“Bodoh! Ayo pergi” gadis itu tiba tiba menarik tanganku dan tanpa sadar aku juga menggenggam tanganya. Deg! apa yang gadis ini lakukan. Bahkan kami hanya sebatas orang asing yang baru saling mengucapkan satu dua patah kata. Aku membeku dan tidak tahu harus berbuat apa. Aku melangkahkan kakiku mengikuti langkah kakinya. Tiba-tiba gadis itu menarikku masuk ke dalam sebuah gondola yang berada di dekat taman lili. Gondola ini berjalan diatas semua taman lili dengan di penuhi pasangan kekasih disetiap gondolanya, ini tambah membuat situasi menjadi canggung. Tapi aku hanya mengikuti langkahnya memasuki gondola itu, dengan tangan tetap saling mengenggam gadis itu menarikku untuk duduk disampingnya. Dan gadis itu melepaskan genggamannya.
Gadis itu memalingkan pandangannya pad ataman lili, menatapnya dengan penuh arti. Entah kenapa situasi menjadi menyedihkan ketika melihat gadis itu bersandar pada kaca gondola dan memandang keluar pada hamparan bunga lili. Ingin bertanya apa yang terjadi tapi situasi akan menjadi lebih canggung, ingin menepuk punggungnya tapi hubungan kami hanya sebatas orang asing. Ah apa yang harus aku lakukan dalam situasi ini.
“Ong~ Namaku Ong Seongwoo. Panggil saja ong” Tanpa sadar aku malah mengenalkan diriku kepadanya, Gadis itu menoleh kepadaku dengan pandangan dingin. Hanya beberapa saat saja, gadis itu lalu mengalihkan pandanganya lagi kepada hamparan bunga lili itu. Wah~ lagi lagi gadis ini berperan sangat pintar dalam tarik ulur, benar-benar membuatku sesak dan ingin marah.
“Aku sudah tahu, jadi jangan banyak bicara” Gadis itu dengan angkuhnya mengucapkan kata yang bahkan tak pernah kuduga. Lagi lagi posisiku seperti seorang pengganggu, sebenarnya apa yang gadis ini inginkan. Ingin rasanya melompat dari gondola karena situasi aneh ini.
“Hah? Terus kenapa kamu menyuruhku kesini? Hanya sebatas ingin mengembalikan cutter? Cepat berikan aku akan turun setelah gondolanya berhenti” Lagi lagi kemarahanku meluap tanpa aku sadari, aku benar-benar mengeluarkan isi hatiku. Semua yang aku rasakan, aku ucapkan begitu saja tanpa peduli maksud gadis aneh ini.
“Moon lili, panggil saja lili” gadis itu akhirnya memalingkan wajahku kehadapanku, kami berhadapan seperti ini membuat situasi semakin canggung ternyata. Lebih baik aku berbicara dengan punggungnya tanpa melihat wajahnya, jika begini aku tak sanggup mengumpat lagi. Tak lama kemudian gadis itu memalingkan wajahnya lagi ke hamparan bunga lili, gadis ini seperti mendengar apa kata hatiku. Benar-benar mengerikan
“Dahulu ayahku menamaiku lili karena ingin melihat anaknya kuat dan indah seperti bunga lili, Ayahku benar-benar menyukai mega merah karena kata ayahku mega merah lambang dari akhir perjalanan matahari yang indah dan berganti dengan rembulan yang kuat. Ayahku ingin melihatku seperti bunga lili dan rembulan yang indah dan kuat. Tapi ayahku ternyata berbohong, dia tidak menungguku menjadi bunga lili dewasa dan rembulan yang kuat. Dia meninggalkanku begitu cepat.” Tiba tiba gadis itu bercerita dengan panjangnya, membuat situasi semakin canggung sekali. Terlebih dia menceritakan hal yang sangat sensitif, apa yang harus aku lakukan. Gadis itu kembali memalingkan wajahnya menatapku, gadis itu semakin mendekatkan dirinya kepadaku.
“Aku akan menciummu, jika kamu tidak menginginkannya hindarilah” Belum sempat aku menjawab, gadis itu memojokkanku kearah kaca gondola, dan mendaratkan bibirnya ke bibirku. Gadis itu sedikit melumat ujung bibirku, dan tanpa bisa menolak aku hanya mengikuti apa yang gadis itu lakukan. Hanya berlangsung beberapa detik, gadis itu memundurkan wajahnya dan melihat keluar jendela gondola. Kami sudah sampai di ujung pemberhentian gondola ternyata, gadis itu turun mendahuluiku. Belum sempat aku turun dari gondola gadis itu menghadap kepadaku yang masih berada di dalam gondola.
“Karena kamu tidak menghindar berarti kamu menyukaiku, aku akan menunggu pesanmu” Hanya mengucapkan kata-kata itu, gadis itu meninggalkanku yang masih terpaku dengan kejadian yang baru saja terjadi. Seperti tersambar petir di siang hari, aku masih membeku ditempatku sendirian. Apa sebenarnya yang baru saja terjadi.
“Penumpang dimohon meninggalkan gondola dengan segera” Pengumuman itu membuatku tersadar kembali kepada dunia nyata. Aku melangkahkan kaki keluar gondola dan berjalan lunglai keluar dari taman lili. Deg! Deg! Deg! Jantungku benar-benar berpacu dengan cepat. Aku menunggu bis untuk pulang dan di dalam bis aku hanya bersandar pada kaca dan kejadian yang aku alami hari ini seperti klise yang terus berputar di dalam otak. Ah benar-benar gila, tapi aku juga menyukai semua hal yang terjadi hari ini. Sampai dirumah aku langsung mandi dan mengambil ponselku, benar sesuai dugaanku gadis itu tidak mengubungiku sama sekali. Aku memberanikan diri menghubunginya.
“Bisakah besok kita belajar bersama di perpustakaan jam 8 malam? Aku akan menunggumu” Aku mengirimkan pesan itu dengan memberanikan diri. Sampai kapan aku akan berada dalam tarik ulurnya. Bukankah hal aneh jika aku tak bertindak seperti selayaknya laki-laki. Aku terus memandangi layar hpku dan akhirnya pesanku dibalas. Tch! Gadis itu hanya menjawab dengan emoticon senyum.
“Ah~ Benar-benar menyebalkan, bagaimana dia bisa sepandai ini dalam bermain tarik ulur.” Aku hanya menggerutu karena gadis ini terus-terusan membuat jantungku berdetak cepat karena tarik ulurnya. Senang sekaligus sebal dalam satu waktu. Aku memutuskan menyiapkan baju untuk besok dan semua buku yang aku bawa besok, berharap jika besok aku akan bertindak seperti laki-laki yang seharusnya. Ah tolonglah biarkan aku memimpin, jangan buatku menjadi laki-laki yang payah.
Jam setengah delapan malam, aku berangkat menuju perpustakaan umum di dekat kampus yang selalu penuh dengan mahasiswa semester akhir. Aku membuka laptopku dan meneruskan pengerjaan skripsiku, aku sesekali melihat sekeliling untuk melihat gadis itu. Aku duduk di bangku yang disediakan untuk dua orang, tepat di ujung perpustakaan. Jam delapan lebih sepuluh belum juga datang gadis itu, aku sudah semakin muak mengerjakan skripsi ini tapi gadis itu belum juga datang. Aku membaca beberapa buku dan tiba tiba ada seseorang yang duduk disampingku.
“Maaf menunggu lama” suara lembut itu mengalihkan pandanganku dari buku, aku benar-benar tersentak dan sedikit menjauhkan badanku tubuhku ke ujung kursi yang aku duduki. Aku melihat gadis itu tersenyum dan mengeluarkan buku juga laptopnya. Satu jam, dua jam, waktu benar-benar berlalu dengan membosankan karena gadis itu benar-benar konsentrasi pada laptop dan buku tanpa melihatku sedikitpun, gadis ini benar-benar mempermainkanku atau bagaimana. Aku dengan bosannya menulis surat kecil dan aku letakkan di atas keyboard laptopnya saat dia sibuk membaca.
‘Aku tidak bisa konsentrasi dan hanya dapat memperhatikan bibirmu, tapi kamu hanya memperhatikan buku. Menyebalkan’ Gadis itu melihat catatan itu dan memandangku sambil mengernyitkan dahi, dia mengambil catatan itu dan membalasnya ‘Dasar Mesum’ dan meletakkannya di atas bukuku. Ah menyebalkan, bukannya dia yang mesum kenapa situasi menjadi terbalik sekarang. Bukannya dia yang menciumku dan mengajak berkencan, benar-benar aneh.
“Ayo pulang sudah larut sekali” Gadis itu membereskan bukunya dan memasukkannya kedalam tas. Akupun juga menurut dengan perintahnya dan memasukkan bukuku ke dalam tas. Gadis itu menarik tanganku kembali dan mengenggamnya dengan hangat sepanjang perpustakaan. Semua mata benar-benar melihat kami sepanjang perjalanan keluar dari perpustakaan, ah gadis ini benar-benar membuat jantungku tak berhenti berdetak dengan setiap tingkahnya. Gadis itu menuntunku keluar perpustakaan dan berhenti di depan supermarket dekat perpustakaan
“Aku benar-benar lelah, sepertinya kadar gulaku turun. Bisakah kita beli es krim coklat sebentar” Gadis itu benar benar terlihat lelah, dan aku hanya mengangguk mengikuti langkahnya menuju supermarket dengan tangan yang tetap bergandengan. Akhirnya dia melepaskan tanganku ketika memilih es krim, aku tidak suka es krim apalagi rasa coklat benar benar bukan seleraku. Gadis itu mengajakku duduk di depan supermarket dan aku duduk di sampingnya, aku hanya melihatnnya memakan es krim dengan lucunya. Dia seperti manusia biasa jika begini, rasanya ingin sekali mengusap lembut ujung kepalanya. Aku hanya memandanginya memakan es krim itu.
“Katanya tidak suka es krim, tapi kamu terlihat seperti sangat menginginkannya. Apa kamu mau?” Gadis itu menyodorkan es krimnya, tapi aku hanya menggelengkan kepala karena tingkah lucunya itu.

“Aku tidak suka es krim, apa lagi rasa coklat. Tapi jika kamu menawarkannya aku punya cara sendiri untuk menikmatinya” Aku mendekatkan wajahku kepada wajahnya, dan tubuh kami sangat berdekatan. Aku menciumnya dengan penuh hasrat seperti membalaskan dendamku kemarin, aku melumat beberapa kali bibirnya. Memeringkan ke kanan dan kekiri beberapa kali bibirku. Sepertinya es krim yang dia pegang juga sudah terjatuh, aku menggenggam tangannya dengan lembut. Perlahan aku menjauhkan wajahku dan melihat sesekali reaksinya, dia sepertinya sangat terkejut dengan tindakanku. Aku berdiri dan mengenggam tangannya, dia melangkah mengikuti langkahku. Akhirnya aku membalikkan keadaan seperti yang seharusnya, aku benar benar senang sekali.

“Ah menyenangkan” tiba tiba aku sedikit mengeraskan suaraku tanpa sadar dan melihat reaksi gadis itu yang hanya tersenyum lembut. Aku memandang tanganku yang bergandengan dengan tangannya, sesekali aku melihat wajahnya yang merona. Aku berhenti dipinggir jalan dan menusap ujung rambutnya.
“Jangan bertingkah aneh kepada laki-laki, kamu benar-benar pantas di hukum” Aku mengucapkan kata itu dengan mengusap usap kepalanya, aku memajukan wajahku dan mencium dahinya. Ah benar-benar hari yang indah, aku kembali meneruskan langkahku pulang dengan terus mengenggam tangannya.

THE END