Pemain:
Ong Seongwoo
Moon Lili (OC)
Genre : Romance Fantasy
Rate : PG 13 (One Shoot)
Gelap, sunyi, seperti biasa aku
hanya menikmati suasana keheningan
kampus dengan secangkir kopi hangat dan wifi kampus yang setia menemani
mengerjakan tugas. Saat seperti inilah wifi benar-benar berfungsi dengan baik,
karena hanya beberapa mahasiswa saja yang aktif di malam hari. Terutama
mahasiswa semester akhir sepertiku, ah~ jika mengingat aku adalah mahasiswa
semester akhir membuat kepalaku mau meledak karena skripsi yang tak kunjung
selesai. Kapan sebenarnya semua penderitaan ini berakhir, aku lagi-lagi
bertarung dengan diriku sendiri karena rasa muak dan malas yang bercampur.
Godaan benar-benar banyak sekali saat mengerjakan skripsi.
Red
Sun! cepatlah selesai wahai skripsi, aku sudah muak
kepadamu. Begitulah umpatan hatiku setiap hari ketika aku menatap layar yang
penuh tulisan seperrti semut yang berjajar, buku yang berserakan di atas bangku
gazebo. Ah muak sekali dengan pemandangan yang sama setiap hari, kapan aku bisa
mengalahkan diriku sendiri dan bertarung dengan waktu seperti ini? Aku
benar-benar muak. Red Sun, Red Sun! Red Sun!! beberapa kali aku
mengucapkan mantra sihir dalam hati dengan bodohnya dan berharap skripsiku
selesai. Ternyata mantra bodoh itu tentunya tak akan membantuku, aku menutup
notebookku dan mengemasi semua buku memasukkannya kedalam tas ransel hitamku.
Akhirnya aku meninggalkan tempat itu.
Aku
berjalan ke arah yang sama seperti biasanya, seperti de javu karena aku
melakukannya berhari-hari. Seperti biasanya aku selalu berhenti sebentar di
depan perpustakaan, bukan untuk mengembalikan buku pinjaman, namun untuk
menatap salah satu gadis yang juga selalu berada di tempat yang sama, melakukan
hal yang sama juga. Gadis itu selalu duduk di gazebo pojok yang benar-benar
sepi, dengan mata yang sayu di balut kacamata. Gadis itu menatap notebooknya,
dan sesekali gadis itu menatap mega merah. Apakah gadis itu juga mahasiswa
semester akhir sepertiku? Sepertinya dia jauh lebih frustasi dari pada aku.
Tiba-tiba gadis itu berjalan mendekatiku.
“Cutter…Apa
kamu punya Cutter?” entah kapan gadis itu tepat di depanku dan tanpa
mengenalkan dirinya dia meminjam cutter seperti akan membunuh seseorang. “C..Cutter?
Ah...aku tidak punya, ah sepertinya aku punya sebentar” entah kenapa aku
tergagap seperti ketahuan memandangnya setiap kali aku melewati tempat itu, apa
dia mengetahuinya ketika aku memandangnya setiap kali pulang? Memangnya aku
bertindak cabul, aku hanya memandangnya saja. Aku membuka tasku dan
mengambilkan cutter seperti permintaannya, dan memberikan cutter itu kepadanya.
Tanpa sengaja ujung jariku bersentuhan dengan tangannya, kenapa tanganya dingin
sekali? Apa dia sakit? Atau jangan-jangan dia gadis vampir seperti di di cerita
webtoon itu hahaha, masih sempat saja aku berfikiran konyol di depan orang
asing.
“Terima
kasih, berikan hpmu.” Tiba-tiba gadis itu meminta hpku seperti seorang pencuri.
Tadi dia meminta cutter dan sekarang dia meminta hpku, sejauh ini bukan seorang
vampir tapi dia pencuri. Red Sun! seperti tersihir mantraku sendiri aku memberikan
hpku tanpa berfikir panjang. Kemudian dia mengetikkan sesuatu di layar hpku dan
menyodorkan kembali hpku. Tanpa berkata sepatah katapun gadis itu pergi
meninggalkanku yang masih terdiam seperti orang yang terkena sihir. Apa yang
baru saja terjadi sebenarnya? Akal fikiranku seperti dikendalikan gadis itu,
dengan setengah sadar aku membaca tulisan yang dia tuliskan di memo hpku.
‘Temui
aku di taman lili pukul enam sore’ hanya itu saja yang dia tuliskan,
bukannya memberi nomor telfon tapi dia hanya memberi tahuku untuk datang ke
taman lili dan lagi-lagi pukul enam sore, benar-benar gadis aneh. Entah kenapa
bulu kudukku berdiri semua apakah karena cuaca dingin atau karena gadis itu yang
membuat suhu tubuhku meningkat. Aku harus menemui gadis itu besok untuk
menghapuskan rasa penasaran dan semua kejadian aneh yang aku alami selama ini.
Apakah firasatku benar atau hanya pengaruh halusinasiku yang sangat besar.
Semuanya masih menjadi misteri dan pertarungan dengan jiwaku sendiri.
Akhirnya
hari ini datang, walaupun masih pagi aku segera menyelesaikan tugas skripsi
yang perlu di ketik dan mengembalikan buku ke perpustakan. Setelah itu aku
harus bergegas menemui gadis pukul enam itu dan menjawab rasa penasaranku. Sebelum
mandi aku memilih baju untuk aku kenakan hari ini, entah kenapa aku terlalu
memikirkan apa yang harus pakai hari ini. Aku menemui gadis itu bukan untuk
kencan buta, tapi kenapa aku sibuk memilih baju hari. Ah sudahlah~ jangan
terlalu memikirkan baju cepatlah mandi dan pergi ke perpustakaan, aku mencoba
melawan kehendak diriku lagi dan pergi mandi.
Taman
lili, sudah lama sekali aku tidak kesini. Banyak sekali orang yang bergandengan
tangan, saling bersandar, mengusap rambut satu sama lain. Ah! Menyebalkan,
kenapa gadis itu memintaku datang ke taman lili yang sudah jelas tempat
orang-orang memadu kasih. Aku melihat kearah cahaya matahari yang sudah mulai menghilang dari bumi
dan berganti dengan mega merah yang indah. Aku menundukkan pandanganku dan
melihat gadis itu duduk di bangku dekat pohon rindang dan juga mengarahkan
pandangannya kepada mega merah itu. Apakah ini de javu lagi? Kenapa dia selalu
melakukan hal yang sama setiap kali aku memandangnya. Aku mendekati gadis itu
yang berpakaian rapi dengan syal merah yang menutupi lehernya.
“Hai” ucapku canggung dan menjaga jarak darinya, walau
bagaimanapun dia tetap orang asing bagiku karena hanya beberapa saat saja kami
mengenal. Dia tidak menyapaku kembali, dia hanya mengarahkan pandangan yang
dingin kepadaku. Aku hanya berdiri terpaku di depannya, gadis itupun tak
memintaku duduk di dekatnya. Benar-benar situasi yang canggung, sebenarnya aku
ingin duduk disampingnya namun aku takut jika tidak sopan karena ukuran bangku
yang akan membuat kami saling berdekatan jika duduk bersama. Entah apa yang ada
dipikiranku, aku duduk disampingnya seperti naluri yang terarahkan.
“Kenapa kamu datang?” gadis itu melontarkan kata yang
penuh tanda tanya bagiku, bukannya dia yang menyuruhku datang dan mengambil
cutter di taman lili. Tapi kenapa dia
malah seakan benci melihat kehadiranku dan membuatku seperti orang yang
mengganggunya.
“Bukannya kamu yang menyuruhku datang? Mana cutterku?”
Aku benar-benar kesal karena situasi ini, seakan-akan aku benar-benar
mengganggunya. Tch! Bukannya seharusnya cowok yang menarik ulur situasi,
benar-benar situasi yang membuatku kalah telak dan kesal.
“Bodoh! Ayo pergi” gadis itu tiba tiba menarik tanganku
dan tanpa sadar aku juga menggenggam tanganya. Deg! apa yang gadis ini lakukan.
Bahkan kami hanya sebatas orang asing yang baru saling mengucapkan satu dua
patah kata. Aku membeku dan tidak tahu harus berbuat apa. Aku melangkahkan
kakiku mengikuti langkah kakinya. Tiba-tiba gadis itu menarikku masuk ke dalam
sebuah gondola yang berada di dekat taman lili. Gondola ini berjalan diatas
semua taman lili dengan di penuhi pasangan kekasih disetiap gondolanya, ini
tambah membuat situasi menjadi canggung. Tapi aku hanya mengikuti langkahnya
memasuki gondola itu, dengan tangan tetap saling mengenggam gadis itu menarikku
untuk duduk disampingnya. Dan gadis itu melepaskan genggamannya.
Gadis
itu memalingkan pandangannya pad ataman lili, menatapnya dengan penuh arti.
Entah kenapa situasi menjadi menyedihkan ketika melihat gadis itu bersandar
pada kaca gondola dan memandang keluar pada hamparan bunga lili. Ingin bertanya
apa yang terjadi tapi situasi akan menjadi lebih canggung, ingin menepuk
punggungnya tapi hubungan kami hanya sebatas orang asing. Ah apa yang harus aku
lakukan dalam situasi ini.
“Ong~
Namaku Ong Seongwoo. Panggil saja ong” Tanpa sadar aku malah mengenalkan diriku
kepadanya, Gadis itu menoleh
kepadaku dengan pandangan dingin. Hanya beberapa saat saja, gadis itu lalu
mengalihkan pandanganya lagi kepada hamparan bunga lili itu. Wah~ lagi lagi
gadis ini berperan sangat pintar dalam tarik ulur, benar-benar membuatku sesak
dan ingin marah.
“Aku sudah tahu, jadi jangan banyak bicara” Gadis itu
dengan angkuhnya mengucapkan kata yang bahkan tak pernah kuduga. Lagi lagi
posisiku seperti seorang pengganggu, sebenarnya apa yang gadis ini inginkan.
Ingin rasanya melompat dari gondola karena situasi aneh ini.
“Hah? Terus kenapa kamu menyuruhku kesini? Hanya sebatas
ingin mengembalikan cutter? Cepat berikan aku akan turun setelah gondolanya
berhenti” Lagi lagi kemarahanku meluap tanpa aku sadari, aku benar-benar
mengeluarkan isi hatiku. Semua yang aku rasakan, aku ucapkan begitu saja tanpa
peduli maksud gadis aneh ini.
“Moon lili, panggil saja lili” gadis itu akhirnya
memalingkan wajahku kehadapanku, kami berhadapan seperti ini membuat situasi
semakin canggung ternyata. Lebih baik aku berbicara dengan punggungnya tanpa
melihat wajahnya, jika begini aku tak sanggup mengumpat lagi. Tak lama kemudian
gadis itu memalingkan wajahnya lagi ke hamparan bunga lili, gadis ini seperti
mendengar apa kata hatiku. Benar-benar mengerikan
“Dahulu ayahku menamaiku lili karena ingin melihat
anaknya kuat dan indah seperti bunga lili, Ayahku benar-benar menyukai mega
merah karena kata ayahku mega merah lambang dari akhir perjalanan matahari yang
indah dan berganti dengan rembulan yang kuat. Ayahku ingin melihatku seperti
bunga lili dan rembulan yang indah dan kuat. Tapi ayahku ternyata berbohong,
dia tidak menungguku menjadi bunga lili dewasa dan rembulan yang kuat. Dia
meninggalkanku begitu cepat.” Tiba tiba gadis itu bercerita dengan panjangnya,
membuat situasi semakin canggung sekali. Terlebih dia menceritakan hal yang
sangat sensitif, apa yang harus aku lakukan. Gadis itu kembali memalingkan
wajahnya menatapku, gadis itu semakin mendekatkan dirinya kepadaku.
“Aku akan menciummu, jika kamu tidak menginginkannya
hindarilah” Belum sempat aku menjawab, gadis itu memojokkanku kearah kaca
gondola, dan mendaratkan bibirnya ke bibirku. Gadis itu sedikit melumat ujung
bibirku, dan tanpa bisa menolak aku hanya mengikuti apa yang gadis itu lakukan.
Hanya berlangsung beberapa detik, gadis itu memundurkan wajahnya dan melihat
keluar jendela gondola. Kami sudah sampai di ujung pemberhentian gondola
ternyata, gadis itu turun mendahuluiku. Belum sempat aku turun dari gondola
gadis itu menghadap kepadaku yang masih berada di dalam gondola.
“Karena kamu tidak menghindar berarti kamu menyukaiku,
aku akan menunggu pesanmu” Hanya mengucapkan kata-kata itu, gadis itu meninggalkanku
yang masih terpaku dengan kejadian yang baru saja terjadi. Seperti tersambar
petir di siang hari, aku masih membeku ditempatku sendirian. Apa sebenarnya
yang baru saja terjadi.
“Penumpang dimohon meninggalkan gondola dengan segera”
Pengumuman itu membuatku tersadar kembali kepada dunia nyata. Aku melangkahkan
kaki keluar gondola dan berjalan lunglai keluar dari taman lili. Deg! Deg! Deg!
Jantungku benar-benar berpacu dengan cepat. Aku menunggu bis untuk pulang dan
di dalam bis aku hanya bersandar pada kaca dan kejadian yang aku alami hari ini
seperti klise yang terus berputar di dalam otak. Ah benar-benar gila, tapi aku
juga menyukai semua hal yang terjadi hari ini. Sampai dirumah aku langsung
mandi dan mengambil ponselku, benar sesuai dugaanku gadis itu tidak mengubungiku
sama sekali. Aku memberanikan diri menghubunginya.
“Bisakah besok kita belajar bersama di perpustakaan jam 8
malam? Aku akan menunggumu” Aku mengirimkan pesan itu dengan memberanikan diri.
Sampai kapan aku akan berada dalam tarik ulurnya. Bukankah hal aneh jika aku
tak bertindak seperti selayaknya laki-laki. Aku terus memandangi layar hpku dan
akhirnya pesanku dibalas. Tch! Gadis itu hanya menjawab dengan emoticon senyum.
“Ah~ Benar-benar menyebalkan, bagaimana dia bisa sepandai
ini dalam bermain tarik ulur.” Aku hanya menggerutu karena gadis ini
terus-terusan membuat jantungku berdetak cepat karena tarik ulurnya. Senang
sekaligus sebal dalam satu waktu. Aku memutuskan menyiapkan baju untuk besok
dan semua buku yang aku bawa besok, berharap jika besok aku akan bertindak
seperti laki-laki yang seharusnya. Ah tolonglah biarkan aku memimpin, jangan
buatku menjadi laki-laki yang payah.
Jam setengah delapan malam, aku berangkat menuju
perpustakaan umum di dekat kampus yang selalu penuh dengan mahasiswa semester
akhir. Aku membuka laptopku dan meneruskan pengerjaan skripsiku, aku sesekali
melihat sekeliling untuk melihat gadis itu. Aku duduk di bangku yang disediakan
untuk dua orang, tepat di ujung perpustakaan. Jam delapan lebih sepuluh belum
juga datang gadis itu, aku sudah semakin muak mengerjakan skripsi ini tapi
gadis itu belum juga datang. Aku membaca beberapa buku dan tiba tiba ada
seseorang yang duduk disampingku.
“Maaf menunggu lama” suara lembut itu mengalihkan
pandanganku dari buku, aku benar-benar tersentak dan sedikit menjauhkan badanku
tubuhku ke ujung kursi yang aku duduki. Aku melihat gadis itu tersenyum dan
mengeluarkan buku juga laptopnya. Satu jam, dua jam, waktu benar-benar berlalu
dengan membosankan karena gadis itu benar-benar konsentrasi pada laptop dan
buku tanpa melihatku sedikitpun, gadis ini benar-benar mempermainkanku atau
bagaimana. Aku dengan bosannya menulis surat kecil dan aku letakkan di atas
keyboard laptopnya saat dia sibuk membaca.
‘Aku tidak bisa konsentrasi dan hanya dapat memperhatikan
bibirmu, tapi kamu hanya memperhatikan buku. Menyebalkan’ Gadis itu melihat
catatan itu dan memandangku sambil mengernyitkan dahi, dia mengambil catatan
itu dan membalasnya ‘Dasar Mesum’ dan meletakkannya di atas bukuku. Ah menyebalkan,
bukannya dia yang mesum kenapa situasi menjadi terbalik sekarang. Bukannya dia
yang menciumku dan mengajak berkencan, benar-benar aneh.
“Ayo pulang sudah larut sekali” Gadis itu membereskan
bukunya dan memasukkannya kedalam tas. Akupun juga menurut dengan perintahnya
dan memasukkan bukuku ke dalam tas. Gadis itu menarik tanganku kembali dan
mengenggamnya dengan hangat sepanjang perpustakaan. Semua mata benar-benar
melihat kami sepanjang perjalanan keluar dari perpustakaan, ah gadis ini
benar-benar membuat jantungku tak berhenti berdetak dengan setiap tingkahnya.
Gadis itu menuntunku keluar perpustakaan dan berhenti di depan supermarket
dekat perpustakaan
“Aku benar-benar lelah, sepertinya kadar gulaku turun. Bisakah
kita beli es krim coklat sebentar” Gadis itu benar benar terlihat lelah, dan
aku hanya mengangguk mengikuti langkahnya menuju supermarket dengan tangan yang
tetap bergandengan. Akhirnya dia melepaskan tanganku ketika memilih es krim,
aku tidak suka es krim apalagi rasa coklat benar benar bukan seleraku. Gadis
itu mengajakku duduk di depan supermarket dan aku duduk di sampingnya, aku
hanya melihatnnya memakan es krim dengan lucunya. Dia seperti manusia biasa
jika begini, rasanya ingin sekali mengusap lembut ujung kepalanya. Aku hanya
memandanginya memakan es krim itu.
“Katanya tidak suka es krim, tapi kamu terlihat seperti
sangat menginginkannya. Apa kamu mau?” Gadis itu menyodorkan es krimnya, tapi
aku hanya menggelengkan kepala karena tingkah lucunya itu.
“Aku tidak suka es krim, apa lagi rasa coklat. Tapi jika kamu menawarkannya aku punya cara sendiri untuk menikmatinya” Aku mendekatkan wajahku kepada wajahnya, dan tubuh kami sangat berdekatan. Aku menciumnya dengan penuh hasrat seperti membalaskan dendamku kemarin, aku melumat beberapa kali bibirnya. Memeringkan ke kanan dan kekiri beberapa kali bibirku. Sepertinya es krim yang dia pegang juga sudah terjatuh, aku menggenggam tangannya dengan lembut. Perlahan aku menjauhkan wajahku dan melihat sesekali reaksinya, dia sepertinya sangat terkejut dengan tindakanku. Aku berdiri dan mengenggam tangannya, dia melangkah mengikuti langkahku. Akhirnya aku membalikkan keadaan seperti yang seharusnya, aku benar benar senang sekali.
“Ah menyenangkan” tiba tiba aku sedikit mengeraskan suaraku tanpa sadar dan melihat reaksi gadis itu yang hanya tersenyum lembut. Aku memandang tanganku yang bergandengan dengan tangannya, sesekali aku melihat wajahnya yang merona. Aku berhenti dipinggir jalan dan menusap ujung rambutnya.
“Jangan bertingkah aneh kepada laki-laki, kamu
benar-benar pantas di hukum” Aku mengucapkan kata itu dengan mengusap usap
kepalanya, aku memajukan wajahku dan mencium dahinya. Ah benar-benar hari yang
indah, aku kembali meneruskan langkahku pulang dengan terus mengenggam
tangannya.
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar