Seperti biasa sore hari satu
persatu murid les berdatangan tak beratur jamnya karena hujan, hari itu setelah
menjemput dilla dari pondok tahfidz aku pulang dan mengajari dilla dan salah
satu murid les laki-laki. Hari itu kebetulan ada tugas Bahasa Arab tentang silsilah
keluarga, setelah mengerjakan silsilah keluarga ada beberapa jawaban yang harus
di koreksi pada saat itu. Kebetulan selain melengkapi juga harus mengartikan
beberapa kata yang berhubungan dengan keluarga. Mengartikan kata demi kata, kalimat
demi kalimat tanpa ada rengekan ataupun hal yang aneh. Tiba saat mengartikan
bahasa arab yang artinya ‘ini ayahku’ salah satu murid laki-laki itu mengatakan
sesuatu kepadaku.
“Kamu gak punya ayah kan” deg!
Setelah tekadku melupakan hal yang berhubungan dengan ayah, untuk alasan yang
bodoh aku sakit hati oleh perkataan anak kecil. Memang tidak benar dan tidak
seharusnya aku merasakan sakit hati, lebih lagi karena anak kecil yang sepontan
mengatakannya. Saat itu sepersekian detik aku bingung harus mengatakan apa,
disisi lain ada dilla yang sangat polos mendengarkan perkataan itu. Aku segera
menyadarkan diri dan mengalihkan kepada materi selanjutnya, dan akhirnya
berlalu bergitu saja setelah semua pekerjaan rumah diselesaikan. Tapi tidak
denganku, aku aku masih saja memikirkan perkataan anak kecil itu.
‘Darimana dia tahu? Kenapa dia bisa
menyimpulkan begitu? Apa semua terlihat sangat nyata?’ Beberapa pertanyaan
terus saja berada dalam pikiran dalam beberapa hari, bahkan beberapa hari
kedepannya aku terus memikirkan setiap kali bertemu anak itu. Ah menyebalkan
ketika memikirkannya lagi, kenapa pula aku harus sakit hati karena ucapan anak
kecil? Benar benar membenci diriku sendiri karena hal itu. Semoga anak-anak
tidak memikirkan hal yang berkaitan dengan ayahku, semoga aku terus di beri
kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi mereka. Amin~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar